Happy Reading:)
.
.
.Sekarang ini ruangan itu senyap, yang biasanya muncul teriakan atau tawa tak wajar kini sepi seolah tak berpenghuni. Remima sedaritadi diam dan hanya menatap dinding. Rama yang biasanya menemaninya kini tidak bisa karena membantu sang Papih di kantor.
Entah sudah berapa helaan nafas yang Remima keluarkan, tapi yang jelas cukup banyak. "Gaada yang mau jenguk gue gitu?" Pandangannya mengarah ke pintu yang tertutup.
“Assalamu’alaikum! “ Tommy mengucap salam.
Senyum di bibirnya terangkat sempurna. “Waalaikum salam pujaan hati” jawab Remima dengan hati senang.
“ Baperin aja terus sampe puas! “ Tommy meledek.
“ Abang Tommy galak ih, mau pulang aja ah! “
“ eh jangan! “ Tommy tak mau Remima pulang, kondisinya aja masih begitu.
“ Kenapa jangan? Serah gue dong! “Remima menyangkal.
“ ni gue bawain buah kesukaan lo! “ alih Tommy.
Remima menatap berbinar. Walau di ruangannya sudah ada buah yang disediakan tapi kalo dari pacar mah beda gitu. Bucin.
Tommy membantu Remima untuk duduk. Remina langsung menyantap buah pir itu. Buah kesukaannya.
“ lo kayak ga dikasih makan setahun!
“ Tommy berkomentar melihat Remima yang makan dengan lahap, ralat sangat lahap.“ Kalo iya emang kenapa hah? “ Remima membalasnya.
“ pinter boong ya sekarang” Tommy meledek.
“ siapa yang boong” Remima nyolot.
‘lo” Tommy jawab singkat.
“sotoy amat lo” Remima bergumam.
“ belajar dimana? “ tanya Tommy
“lo ngeselin amat sih! Di kasih makan apa emangnya lo hah?! “
“ Tanya sama mama gue! “
Remima melanjutkan kembali memakan buah itu dengan damai dan tentram, sedangkan Tommy diam.
“ Reem! “ Tommy memanggil nama Remima dengan tidak lengkap.
“ apaan” Tanya Remina dengan nada jutek.
“ Ga jadi batal! “
Remima mendengus. Apa Tommy juga bisa baperan ya? “ Iya kenapa prince?? “ Remima melembutkam ucapanya.
“ ini aku bawa emh... Apa kau tidak keberatan jika aku memberimu ini? “ sodor Tommy sebuah liontin indah berlogo R dengan bentuk hati patahan.
Remima terpaku sesaat saat melihat liontin cantik itu. Sumpah demi apapun Remima ingin memakainya, tapi gimana dengan.... “Emh ... anu Tom.” Remima dengan cepat menyembunyikan. “Bukannya aku nggak mau, tapi kau lihat 'kan aku sudah pakai liontin” Remima sebisa mungkin menjelaskan dengan baik agar Tommy tidak berfikir macam-macam.
“ Oh iya, sepertinya liontin yang sangat bermakna ya! “ seru Tommy.
“ah.. Ehh.. Ti.. Tidak Tom! “ Remima tergagap-gagap mengucapkannya.
“ lo ngapain bohong berbohong! “ Tanya Tommy, lebih tepatnya semacam tuduhan.“Ngga bohong! “ Remima berteriak refleks.
“Lo kira gue nggak tau lo nyembunyiin sesuatu! “ Tommy berasumsi.
“Ngga nyembunyiin apa-apa kok!“ elak Remima dengan nada rendah.
“Oh jangan-jangan itu dari mantan lo, hebat banget ya! “ tuduh Tommy.
Remima diem sesaat karena tuduhan Tommy itu benar. “Tommy apaan sih, bikin orang nangis aja! “
“Memangnya lo nangis? “ Tanya Tommy.
Pertanyaan bodoh. Ga liat apa mata Remima udah merah gini. “TOMMY KAMU JAHATTTT!!! “ Remima berteriak-teriak.
“DOK.. TOLONG ADA PASIEN GILA DISINI! “ panggil Tommy kepada dokter.
“INI LAGI APAAN PAKEK NGATAIN PASIEN GILA, WAH YA LO BENER-BENER!!! “ Remima ingin mengeluarkan jurus andalannya.
“ Woy!! INGET LO TU LAGI SAKIT! “
Kondisi ruangan kembali sepi walau di isi oleh sepasang kekasih yang baru-baru ini berhubungan.
Remima menatap Tommy yang diam setelah keributan yang cukup membuat para perawat masuk ke ruangan Remima.
"Tom," panggil Remima dengan menjulurkan tangannya seperti meminta sesuatu.
"Hmm."
Remima berdecak saat mendengar balasan Tommy. "Tommy," rengek Remima.
Tommy menaruh handphone nya dan menatap Remima. "Apa?" tanya Tommy lembut.
"Mana barang yang lo mau kasih?" tanya Remima lebih tepatnya menodong.
"Barang apa?"
Remima menatap Tommy jengah. "Gausah pura-pura bego kalo bego beneran baru tau rasa."
"Lo 'kan udah punya, jadi buat apa?"
"Ya kasih aja. Itukan buat gue."
"Gausah."
Remima mengelarkan sesuatu dari dalam bajunya. "Lo marah gara-gara ini? Emang ini dari mantan gue. Gue juga gatau kita udah mantan atau belum karena emang belum ada yang mutusin. Sorry ya kalo gue belum bisa lupain semuanya, tapi kalo lo mau akhirin sama gue gapapa, gue terima. Emang dari awal gue minta lo jadi pacar gue itu maksa," jelas Remima dengan lirih.
Tommy beranjak dari duduknya dan berdiri berhadapan Remima memakaikan liontin yang dia bawa tadi. "Pas. Sama-sama cantik."
"Gue sama liontinnya?" tanya Remima.
"Bukan. Dua liontinnya yang cantik."
Remima mendengus. "Cowok di luar sana banyak yang bilang gue cantik kok."
"Siapa?"
"Ya banyak bahkan lebih ganteng dari lo," ucap Remima.
Ting
Layar handphone Remima menyala dan memunculkan pesan whatsapp. Remima segera membalikan posisi handphone itu saat Tommy hampir melihatnya.
"Siapa?" tanya Tommy serius.
"Bukan siapa-siapa," jawab Remima cepat.
"Selingkuhan lo ya?"
"Gue ga pernah selingkuh!" jawab Remima tegas.
TBC
Jangan lupa vote dan komentarnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Remima [END]
Teen FictionRemima Fiyeena memang terkenal dengan sosok badgirl di SMA Razarda. Semuanya mengenal Remima dengan tingkah jahil dan topik paling utama jika para guru sedang bergibah. Remima, sosok gadis yang terjerat cinta masalalu harus dipertemukan dengan keto...