9

621 55 0
                                    

- Victoria Pov

Aku masih tidak percaya bisa bertemu dengan grandmanya Nio. Lebih tidak percaya lagi dengan sikap grandmanya Nio. Aku tidak tahu Nio memiliki grandma. Oh aku lupa kalau aku memang tidak mengetahui apapun tentang pria berwajah datar itu.

" Keluarlah. Grandma sudah pergi. " Suara Nio terdengar dibelakangku. Sejak kapan dia dibelakangku?

" Antar aku pulang sekarang juga. " Ucapku ketika keluar dari tempat persembunyianku.

" Mulai sekarang kamu tinggal disini. " Ucapnya santai. Aku menatapnya tajam. Emang dia pikir dia siapa berani mengatur hidupku.

" Tidak mau! Aku akan pulang sendiri kalau begitu. " Aku berjalan menuju pintu keluar setelah mengatakan itu. Jika dia tidak mau mengantarku maka aku akan pulang sendiri. Susah amat. Sedikit heran karena dia tidak menghalangiku sama sekali. Oke itu lebih bagus.

Ketika sampai kedepan pintu aku menarik gagang pintu. Tapi pintu itu tidak terbuka. Jangankan terbuka bergerak sedikitpun tidak. Aku mencoba sekuat tenaga. Sial kenapa susah sekali membuka pintu ini. Aku melirik kebelakang dan aku malu setengah mati karena Nio sedang menatapku dengan ekspresi meremehkan. Kedua tangannya dilipat didepan dadanya.

" Kamu butuh pin untuk membuka pintu itu. " Perkataan Nio malah membuatku lebih malu lagi. Astaga wajahku pasti sudah memerah.

" Sialan. Seharusnya kamu bilang dari tadi. Berapa pinnya? " Teriakku emosi tanpa menatapnya. Sebenarnya itu karena untuk menutupi rasa malu-ku.
Kalian mengerti kan?

" Ayo aku tunjukkan kamarmu. " Nio berbicara dari tempatnya berdiri. Dia masih belum bergerak sama sekali.

" Aku mau pulang. "

" Mau berjalan atau aku gendong? " Dia mengancamku. Berani sekali dia? Kurang ajar.

" Sini kalau berani. " Aku menantangnya. Berusaha mengembalikan harga diriku.

Nio berjalan mendekat padaku. Pandangannya tidak terlepas dariku. Seolah aku adalah mangsa yang sedang diburuhnya. Tapi tunggu kenapa aku bisa suka dengan tatapannya itu? Terlihat sangat sexy. Jantungku berdetak kencang. Ini tidak baik.

Selangkah lagi dia sudah akan sampai didepanku. Jantungku berdetak semakin tidak karuan. Dia masih menatapku intens. Oh tuhan tolong aku. Aku tidak kuat.

" Stop! Berhenti disana. Katakan saja dimana kamarku. " Aku menyerah. Sungguh aku tidak kuat. Jantungku masih berdegup kencang. Bodohnya aku karena takut dia dapat mendengar suara degupan jantungku.

" Dilantai 2. Sebelah kamarku. "

" Kenapa sebelahan dengan kamarmu? Aku butuh privasi. " Tolakku.

" Aku jarang tinggal disini. Jadi kamu memiliki privasi sebanyak yang kamu inginkan. " Kenapa jawabannya malah membuat hatiku kecewa. Jadi dia akan jarang disini? Lalu..

" Jadi aku akan tinggal disini dengan grandma kamu? " Ini jebakan namanya.

" Jadi kamu ingin aku tinggal disini bersamamu? " Sialan pria sombong ini mencoba menggodaku. Alisnya naik sebelah sedangkan bibirnya terangkat sebelah. Menyebalkan sekaligus sexy.

Oh tuhan sudah berapa kali ku mengatakannya sexy?

Aku menghentakkan kaki-ku dan meninggalkan berdiri disana. Aku mulai menaiki tangga melingkar ini. Setelah diperhatikan ternyata rumah ini kaku sekali. Seperti pemiliknya. Tidak ada pajangan yang berwarna. Semuanya hitam dan putih.

Aku menemukan cara untuk cepat diusir dari rumah ini. Aku akan mengubah rumah ini menjadi lebih berwarna. Dengan begitu Nio akan marah dan mengusirku. Bravo Victoria. Kamu memang pintar. Aku tersenyum jahat memikirkan rencanaku.

" Apa yang ada dipikiranmu sekarang? Aku yakin pasti sesuatu yang buruk. " Nio ternyata sudah ikut menaiki tangga.

" Sok tahu. " Aku memeletkan lidahku dan kembali menaiki tangga. Capek juga ternyata. Anak tangganya cukup banyak juga.

Aku berdiri dan memandang lantai 2 ini. Tidak banyak ruangan. Aku suka lantai 2 ini karena memiliki ruang keluarga yang luas dan terlihat sangat nyaman. Apalagi dengan kaca besar yang tembus keluar luar dengan pemandangan taman bunga. Aku bahkan sudah membayangkan untuk
Berselonjoran disofa itu sambil membaca novel di wattpad. Rasanya pasti menakjubkan.

" Ini kamarmu. " Nio membuka salah satu pintu kamar.

" Dan itu kamarmu? " Tunjukku pada pintu hitam disebelah kamar yang dibuka Nio.

" Hm. " Hanya itu jawabannya. Tidak sopan. Aku harus belajar menerima sikap menyebalkannya yang ini.

" Lalu bagaimana pekerjaanku? " Tanyaku bingung. Rumah ini terlalu jauh dari tempat kerjaku.

" Pekerjaanmu sekarang adalah menjadi ibu hamil yang baik. "

" Apa maksudmu? Apa aku tidak menjadi ibu hamil yang baik selama ini? " Aku tidak tahu kenapa tapi aku tersinggung dengan perkataannya. Airmata sudah mengumpul dimataku siap ditumpahkan.

" Damn it. " Aku mendengarnya mengumpat dengan suara kecil. Tapi masih terdengar oleh telingaku.

" Dilarang mengumpat didepan anakku. " Teriakku keras padanya.

" Anakku juga. Anak kita. " Koreksinya dari perkataanku. Aku tidak peduli.

Aku masuk kedalam kamar dan membanting pintu tepat didepan wajahnya. Aku melihat ranjang besar ditengah dan aku langsung berbaring disana. Menangis sepuasnya sampai aku mengantuk dan tertidur. Ini semua hanya mimpi buruk. Ketika aku bangun lagi semua akan kembali normal. Pacarku tidak akan selingkuh dan aku tidak hamil anak pria menyebalkan itu. Yah semoga.






Hai readers jangan lupa tinggalkan jejak yah. Beri bintang jika kalian suka dengan cerita ini. Dan juga jangan lupa tinggalkan komentar untuk Nio dan Victoria yah. Love you guys 😘
Semoga kalian suka dengan ceritanya 🤗

DESTINY ( Nio And Victoria )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang