- Victoria Pov
Hal pertama yang aku rasakan adalah jarum infus yang tertanam ditangan kiriku. Tidak ada seorangpun disini. Hanya diriku. Memangnya siapa yang kau harapkan disini? Harapan membuat seseorang menjadi lemah dan juga bodoh. Bagaimana bisa orang berubah dalam sehari. Aku yang bodoh karena berpikir diriku akan menjalani kehidupan yang nyaman bersamanya dan juga berharap dia akan menerimaku dan anakku. Sekarang aku sudah sadar dan bangun dari mimpi siang bolongku. Sekarang saatnya untuk bangkit dan berjuang untuk anakku.
Suara pintu terbuka terdengar. Aku melihat kearah pintu. Dia datang.
" Kau sudah bangun? " Tanya Nio. Dia meletakkan barang bawaannya dimeja.
Lama aku baru menjawab. Karena sebenarnya aku tidak ingin menjawab.
" Iya. "
Aku memilih menutup mataku kembali. Tidak ingin menatapnya ataupun berbicara dengannya. Biarkan dia berpikir aku tidur atau lebih baik lagi kalau dia tahu diri dan pergi saja.
Hening.
Tidak ada suara apapun.
Mungkin dia sudah pergi.
Aku membuka mataku dan mengambil minum. Ujung mataku menangkap seseorang. Dia duduk disana menatap lurus kearahku. Kami saling bertatapan beberapa detik sebelum aku memutuskan tatapan itu. Rasa hausku sudah hilang. Tanganku yang hampir menyentuh cangkir aku tarik kembali. Untuk menghindari tatapannya aku menunduk menatap perut buncitku.
Dia berdiri dan berjalan kearahku. Mengambil cangkir minum yang tidak jadi aku ambil tadi dan menyerahkan padaku.
" Minumlah, aku tahu kamu haus. " Ucapnya pelannya.
Aku mengambil cangkir tanpa menatapnya. Meminumnya sedikit karena tenggorokanku memang sudah kering.
Dia mengambil gelas yang aku pegang daritadi dan menaruhnya di meja sampingku.
" Kemarin itu.. "
" Cukup. Jangan menjelaskan apapun. " Aku memotong pembicaraannya sebelum dia selesai. Aku tidak ingin mendengar penjelasannya yang justru akan lebih menyakitiku.
Suara langkah kaki didepan pintu terdengar lalu kemudian pintu terbuka dan disana ada dokter dan juga perawat.
" Selamat pagi nona. Bagaimana kondisimu? Apa ada keluhan? " Dokter bertanya sembari memeriksaku.
" Tidak. Kapan aku bisa pulang? " Tanyaku cepat. Aku tidak akan tahan berada disini lama-lama. Apalagi dengan adanya pria itu disini.
" Jika tidak ada keluhan besok pagi sudah bisa pulang. " Dokter tersenyum dan kemudian pergi bersama perawatnya.
Seminggu kemudian
Pagi ini aku bangun dengan semangat. Kondisiku sudah jauh membaik. Aku merasa sudah siap untuk menjalankan rencanaku. Aku tidak bisa terus menerus menumpang ditempat yang bisa kapan saja mendepakku ini. Aku menarik nafas dan menghembuskannya.
" Kita pasti bisa sayang. " Bisikku pada bayi didalam perutku.
Aku harap masih ada tempat yang mau menerima wanita hamil sepertiku untuk bekerja. Yah memang itu rencanaku. Aku harus bekerja dan menabung untuk persalinanku nanti. Pria dingin itu tidak bisa diandalkan. Sejak mengantarku pulang dari rumah sakit dia kembali hilang bagai ditelan bumi. Dan aku tidak peduli.
Aku menuruni tangga dengan pelan. Tanpa sadar kalau aku sedang diperhatikan.
" Mau kemana? "
Aku hampir saja terpeleset karena kaget dengan suara yang tiba-tiba muncul itu. Padahal tadi setahuku tidak ada orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY ( Nio And Victoria )
RomanceSemua karena alkohol. Jika aku bertemu dengan jin yang bisa mengabulkan 3 permintaan maka permintaan pertamaku adalah memusnahkan alkohol dari muka bumi ini. - Victoria Kyle Monrie Alkohol memang bisa menghilangkan masalahku sejenak tapi kemudian...