Going crazy

5K 580 49
                                    

Hinata menghela napas berat, lengannya masih perih dan memerah, serta sedikit bengkak. Tatto segitiga terbalik dengan bagian hitam yang lebih sedikit di banding milik Sasuke, ia bersyukur Bee tidak membuat yang sama persis dengan milik Sasuke.

Ia masih bertanya-tanya kenapa dengan mudahnya ia mengikuti saran Sasuke, lelaki yang notabenenya baru saja ia kenal.

"Terlihat bagus." Sasuke tersenyum melihat tatto milik Hinata. "Bagaimana, bukankah perasaanmu lebih baik?" tanya Sasuke.

"Sedikit." kata Hinata singkat, rasa sakit memang meringankan perasaannya, tapi ia tak ingin membiasakannya, itu tak baik untuk kesehatan mental. "Baiklah, aku pergi." Hinata melampirkan mantelnya di pundak dan keluar dari toko itu begitu saja.

"Kau mau belanja?" tanya Sasuke yang berjalan mengikuti Hinata.

Hinata diam.

"Kau mau makan?"

Hinata masih diam.

"Kau mau melakukannya lagi denganku?"

Hinata terus diam, menutup telinga dan mempercepat jalannya. Tapi langkah lebarnya tetap tak selebar milik Sasuke yang kakinya jauh lebih jenjang dari kaki pendek Hinata, sehingga tentu saja Sasuke dengan mudah menyusulnya.

"Kau mau menikah denganku?"

"Tidaaaak..." Hinata berhenti dan berteriak. Membuat beberapa pengunjung pusat perbelanjaan itu memperhatikan mereka. "Kenapa kau mengikutiku terus, kenapa kau berkata hal-hal aneh, kenapa kau menyebalkan?" tanya Hinata yang habis kesabarannya, memandang Sasuke dengan napas naik turun.

Sasuke mendekati Hinata dan memasang wajah sedih. "Aku tau pernikahanmu batal, begitu pula denganku." kata Sasuke pelan.

Hinata seketika menutup mulutnya, matanya pun berkaca-kaca. "Ma-maaf, aku, aku sedang sedih dan tertekan. Ku pikir ha-hanya aku." Hinata menutup wajahnya dan menangis.

Ia lalu mengingat segala sesuatu tentang ilmu psikologi yang ia pelajari di kampus. Kadang orang yang terlihat bahagia justru adalah orang yang tengah menyembunyikan kesedihannya, dan orang yang rapuh. Terlebih, Sasuke adalah seorang pria, dan di lihat dari kepribadiannya, pastilah pria itu tak bisa menyalurkan rasa sedihnya.

Ia merasa tubuh besar Sasuke menyelimutinya, dan memeluknya dalam pelukan hangat. Hinata tidak berpikir dua kali untuk balas memeluk pria itu. Terdengar suara tepuk tangan dan siulan dari para pengunjung, dan itu menyadarkan Hinata.

"Bi-bisa kita pergi dari sini?" bisik Hinata tanpa mengangkat wajahnya.

Sasuke terkekeh sebelum membawa Hinata pergi dari sana dengan tetap merangkulnya, menyembunyikan wajah Hinata di dadanya. Namun sesekali ia tersenyum pada orang-orang yang menyoraki mereka.

Kini Sasuke tau bahwa Hinata memiliki empati yang tinggi, dan Sasuke senang karna hal itu.

Akhirnya setelah ia dan Hinata berlalu, orang-orang yang mengerumuninya pun membubarkan diri. Mungkin mereka senang karna melihat drama yang biasa hanya ada di televisi.
.

"Kau pesan banyak sekali, apa kau bisa menghabiskannya?" tanya Sasuke, di depannya Hinata masih memegang buku menu. Wanita itu mengabaikan Sasuke.

"Jus jeruk, stroberi milkshake, dan emm, dalgona greantea." Hinata menutup buku menu dan menyerahkannya ke pelayan, lalu menatap Sasuke. "Kau bilang apa tadi? Oh aku lupa, kau belum pesan." Hinata hendak memanggil pelayan lagi, namun Sasuke menghentikannya.

"Aku tidak usah, siapa tau kau tidak bisa menghabiskan semuanya." Hinata hanya memutar matanya.

"Tentu saja aku bisa." Hinata berkata yakin. "Aku makan dengan buruk sepulang dari korea, maag ku  kambuh dan aku selalu makan saat tengah stress."

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang