Rio tak berangkat ke showroom nya, melainkan membereskan kekacauan yang ditimbulkan oleh Rose, menemui orang tua Irene, selaku pemilik mobil.
"Biar saya ganti yang baru appa" tawar Rio pada Bae appa.
"Tidak perlu Rio, ini masih bisa diperbaiki" tolak Bae appa.
"Besok, mobil gantinya akan Rio kirim appa, dan aku memaksa" ucap nya, Bae appa pun pasrah, Rio kemudian menemui Irene yang terluka ringan.
"Oppa, tolong, jangan marahi Rose, ini salahku yang mengijinkan nya belajar mengemudi" mohon Irene.
"Tidak ada yang salah Irene-ahh, semua sudah takdirnya, aku lega kamu baik-baik saja" ucap Rio.
Selesai urusan di rumah Irene, Rio masih harus ke kantor polisi, mengurus surat perdamaian, dan ganti rugi dengan para pemilik mobil, tak hanya sampai disitu, siang nya Rio masih harus menghadiri pemakaman korban meninggal, lalu bertemu dengan pengacara keluarga, Rio tentu juga tak sendiri, dia ditemani pengacara kepercayaan mendiang ayah nya.
Di rumah sakit, Rose gelisah, menunggu Rio yang tak kunjung datang.
"Oppa" panggilnya pada Seulgi.
"Ne Rose?" Jawab Seulgi yang menemani ketiga gadis Kim di rumah sakit, menggantikan Rio.
"Kemana Rio oppa sebenar nya?" Tanya nya cemas dan curiga.
"Dia di showroom Rose" bohong Seulgi.
"Tidak mungkin, showroom pasti sudah tutup jam segini" Rose curiga, Seulgi menghela nafas.
"Dia sedang menyelesaikan masalahmu" akhirnya Seulgi mengaku.
Rio sudah sampai di parkiran rumah sakit, wajah nya terlihat sangat lelah, dia pun berjalan menuju kamar Rose.
Ceklek
Rio membuka pintu tanpa mengetuk.
"Oppa" seru Lia girang menatap kahadiran orang yang ditunggu nya sedari tadi, Rio tersenyum.
"Hey, sudah makan babby girl?" Tanya mengacak rambut dongsaeng nya itu, Lia mengangguk.
"Noona?" Tanya Rio pada Jennie
"Aku juga sudah" jawab nya, Rose menatap Rio yang tengah membuka jas nya, dia menggigit bibir bawahnya menahan tangis, merasa bersalah pada oppa nya yang terlihat jelas dari wajah nya memancarkan kelelahan, Rio mendekat pada Rose, memeriksa selang infus nya, dan gadis itu terus menatap Rio yang membalas nya dengan senyuman.
"Obat mu sudah diminum Rose?" Tanya nya, Rose mengangguk.
"Tak lupa makan dulu kan?" Rose menggeleng.
"Kamu sendiri sudah makan belum?" Potong Seulgi sedikit kesal pada Rio yang lebih mengutamakan saudara perempuan nya dibandingkan dia sendiri.
"Aku tidak lapar" jawab Rio, dia lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri nya, dan Seulgi keluar mencarikan makanan untuk Rio.
"Makan dulu, setelah itu baru tidur" nasehat Seulgi menaruh peper bag di hadapan Rio yang duduk di sofa sambil mengeringkan rambut nya.
"Aku pulang ne" pamit Seulgi, Rio mengangguk sambil melahap makanan nya, selesai dia lalu menghampiri Lia yang sudah terlelap bersama Jennie, dan menyelimuti mereka, sebelum Rio berbaring dia kembali menghampiri Rose, mengechek takut selang infus nya tertindih atau tak mengalir lancar, barulah Rio bisa tidur dengan tenang.
Pagi pun tiba, Seulgi datang dengan membawa sarapan untuk semua, kecuali Rose, karena dia sudah mendapat jatah dari pihak rumah sakit, mereka pun sarapan bersama dengan suasana yang hangat, Rio memangku makanan nya sendiri, sambil menyuapi Rose, dia juga sambil makan sendiri, Lia ikut rusuh dengan meminum teh milik Rio, tapi oppa nya itu tidak marah, Seulgi juga kadang membantu Lia memotong daging nya, dan Jennie yang diet menuang setengah nasi nya pada Seulgi.
"Oppa, aku tidak habis" adu Lia yang sudah memakai seragam nya.
"Ya ya, biarkan disitu, nanti oppa habiskan, berangkat lah sekarang" jawab Rio.
Lia lalu menghampiri oppa nya, dan mencium pipi Rio sebelum berangkat, meski repot, tapi Rio sangat menyukai suasana kebersamaan ini.
Dua minggu Rose di rumah sakit, dan seminggu itu pula 3x sehari Rio dan saudaranya selalu makan bersama, dan sekarang Rose diperbolehkan pulang, meski kaki nya belum bisa untuk berjalan.
Rio membopong tubuh Rose keluar dari mobil, dan dipindahkan ke kamar tamu di lantai bawah, untuk lebih mudah menjaga dan mengawasi nya.
Rio lah yang mengurus Rose, mulai dari makan, minum obat, dan menggendong nya kemana pun Rose mau, entah ke kolam ikan disamping rumah, atau ke depan tv.
Dan Jennie kembali ke aktivitas menyanyi nya, tampil dari panggung ke panggung dan reality show, hanya Rio yang sesekali datang ke showroom karena lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk menemani dan merawat Rose di rumah, tapi urusan mandi, bibi Lee lah yang mengambil alih.
Dan di tempat lain
Krystal berkali-kali menatap showroom di seberang toko nya, dalam hati bertanya, mencari, pelanggan setia nya itu yang sudah sebulan tak mengunjungi nya.
Setelah mengechek barang kosong dan menambah display yang mulai berkurang, Yoong pun bersiap-siap.
"Oppa mau kemana?" Tanya Krystal menatap dingin pada Yoong yang memakai mantel nya.
"Oppa mau keluar sebentar, ada teman yang mengajak minum soju" jawab Yoong.
Tin tin
Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan mini market.
"Aku berangkat ya" pamit nya pada Krystal, Yoong menghampiri mobil yang menjemput nya tadi dan membawanya membelah jalan raya dengan kecepatan penuh.
"Yang lain mana?" Tanya Yoong pada teman yang menjemput nya tadi.
"Lay, Siwon, dan Soo sudah disana, tinggal menunggu kita" jawab Yuri yang sedang mengemudi mobil nya.
Lalu sampai lah mereka di sebuah night club milik kenalan mereka Lee Dong Hae.
"Kita langsung ke vip room" kata Yuri, keduanya pun langsung menuju ke lantai atas dimana ruangan yang mereka maksud berada.
"Hey Yoong, pengantin baru, ayo masuk lah, kita berpesta" seru Lay menyambut kedatangan Yoong dan Yuri, para pria itu minum-minum ditemani beberapa wanita cantik yang telah disewa oleh Soo untuk teman-teman nya, puas minum, mereka pun melanjutkan nya dengan bermain judi, sampai pagi, dan untuk kalangan atas seperti mereka, taruhan nya pun bukan yang uang recehan.
Krystal menutup toko nya sendiri, dan pulang dengan berjalan kaki menuju halte, sesampai di rumah, dan membersihkan diri, dia mulai berbaring sendirian diatas ranjang nya, dengan air mata mengalir membasahi bantal nya, dia lelah, dia capek, dia bosan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta 200 Juta
Fanfictiontentang Rio, pria yang diam-diam menyukai Krystal, gadis super dingin, kasir sebuah mini market yang telah bersuami.