"Ayo Rose, lebih baik kita pergi dari sini, aku tak sanggup lagi tinggal di rumah penuh dosa ini" sindir Jennie, keduanya pun pergi ke kamar masing-masing, untuk mengemasi baju-baju mereka, Rio sendiri kalut, duduk di sofa depan tv, bingung memikirkan bagaimana cara menahan saudara perempuan nya agar urung meninggalkan rumah.
Duar
Jantung Rio rasanya seperti di hantam benda berat, melihat Jennie turun dari lantai atas sambil menggandeng tangan kanan Lia yang menangis tersedu-sedu menggendong tas ransel nya.
"Noona, noona, kamu tak bisa melakukan ini pada ku, tolong jangan bawa Lia juga" melas Rio.
"Pilih kami, atau wanita itu?" Ancam Jennie.
"Jika kamu saja bisa egois dengan mempertahankan dia, aku juga bisa egois dengan memilih menyelamat kan dongsaengku dari contoh buruk yang kamu perlihatkan dengan wanita itu" ketus Jennie, dia lantas ke kamar Rose dan mendorong kursi roda dongsaeng nya itu, membawa nya keluar dari rumah dengan mobil, yang dikemudikan oleh Jennie, dia sebenarnya bisa mengemudi, hanya Rio memang melarangnya mengemudi selama ini, dan lebih memilih mengantar sendiri atau menyuruh Seulgi.
Rio menghadang mobil yang Jennie kemudikan.
"Tolong noona, lihat Lia" tunjuk Rio pada dongsaeng nya yang meringkuk di jok belakang sambil menangis.
"Kamu bukan hanya mengecewakan kami Rio, tapi kamu juga mengecewekan daddy dan mommy, itu menyakitkan bagi kami Rio" tutur Jennie sambil menangis.
"Minggir atau kami akan menabrak mu?" Ancam Jennie, yang langsung memasukan gigi persneleng mobil nya dan menginjak gas nya dalam-dalam.
Bruk
Seulgi mendorong tubuh Rio yang tak juga minggir untuk menghindari tabrakan Jennie.
"Kamu bodoh Rio, mau mati konyol" rutuk Seulgi kesal, Rio tak bergeming, dia hanya diam dengan posisi terkulai di lantai.
"Mereka membawa Lia pergi Seul, mereka membawa Lia pergi" rancau Rio dengan wajah ling lung nya, Seulgi memapah sang boss masuk ke dalam rumah.
"Bibi" teriak Seulgi memanggil bibi Lee.
"Tuan" seru bibi Lee terkejut melihat tuan muda nya terluka di kening dan lengan nya karena dorongan Seulgi tadi, wajah Rio nampak kosong, Krystal akhirnya keluar karena dia sudah tak tahan dengan pertengkaran yang disebabkan oleh nya itu.
Deg
Dengan wajah sembab nya, dia terkejut mendapati tubuh lemah Rio di sofa depan tv, dengan darah segar mengalir di kening, dan lengan yang sedang diobati oleh Seulgi, sementara bibi Lee membersihkan kaki pemuda itu.
"Rio" panik nya, berlari menghampiri sang pemuda, dia cemas mengechek seluruh luka ditubuh tinggi tegap itu, Seulgi menyodorkan cairan alkohol dan kapas pada Krystal untuk membersihkan luka di kening Rio.
"Lia Seul, Lia" hanya kata itu yang terus terucap dari mulut nya.
"Iya, besok kita cari dia" hibur Seulgi.
Dan Rio pun akhir nya tertidur, meski sambil terus mengigau menyebutkan nama Lia.
Dua hari sudah, Rose, dan Jennie pergi dari rumah Kim dengan membawa Lia, tak ada yang tahu dimana mereka berada, dan Rio pun jatuh sakit, sudah dia bilang kan, bahwa Lia adalah kelemahan nya, dia tak bisa dijauhkan dari si bungsu, dan kejam nya Jennie, dia nekad membawa Lia pergi bersama nya, Seulgi sendiri sudah berulang kali mencoba menelpone tapi tak pernah mendapatkan jawaban.
"Seul, dimana Lia, aku merindukan nya Seul" Rio berdiri hendak menemui dongsaeng nya itu, dia masih terus merancau sepanjang hari.
"Lia sekolah Rio, tidurlah dulu, tunggu dia pulang" bohong Seulgi, lalu merebahkan tubuh kurus Rio kembali dan pria itu pun hanya menurut.
Krystal meneteskan air matanya menatap Rio yang tak berdaya seperti itu, bibir kering dan pucat, mata cekung dan menghitam saking kurus nya, dan badan yang hanya tinggal kulit dan tulang saja, dia menggigit jari nya untuk menahan tangis di dapur, kemudian bibi Lee muncul dari balik punggung Krystal dan menyerahkan segelas air putih.
"Minumlah" tutur nya lembut, Krystal langsung meneguk habis isi gelas itu.
"Bibi, apa sebaiknya aku pergi diam-diam saja dari rumah ini?" Tanya Krystal sendu pada bibi Lee.
"Tidak, jangan berpikiran sempit seperti itu nona, meski baru sebentar, nona sudah membawa perubahan pada Lia nona dan tuan muda, mereka jarang terlihat tertawa, tapi setelah nona hadir, mereka jadi lebih ceria, sering tersenyum dan tertawa, perlu nona tahu, hanya nona yang perhatian dengan tuan Rio, selama ini Jennie dan Rose nona memang sangat penurut pada tuan muda, tapi mereka tak tahu, jika tuan muda juga butuh perhatian, pengorbanan nya untuk seluruh penghuni rumah ini sangat lah besar, jangan sampai nona juga ikut meninggalkan nya yang sudah menemukan kebahagiaan karena beban nya sedikit berkurang, tolong nona, anda boleh pergi jika keadaan tuan muda sudah membaik, saya tahu permohonan ini terlalu egois, tapi. . . " bibi Lee menarik nafas dalam-dalam karena dia pun sudah hampir menangis, suaranya sudah berubah serak.
"Demi tuan muda yang sudah sangat menderita, saya rela mengemis pada nona" bibi Lee menjatuhkan tubuhnya bersimpuh di kaki Krystal.
"Bibi" Krystal langsung menahan bahu bibi Lee untuk kembali berdiri tegak.
"Jangan seperti ini, sebenar nya, terlepas dari penolakan Jennie atau pun Rose, aku menikmati keseharianku di rumah ini, menyiapkan makanan untuk mereka, belajar dan bermain bersama Rio dan Lia, itu menyenangkan, karena kehidupanku sebelum nya sangat lah membosankan" lirih Krystal menunduk.
"Maka dari itu, tetaplah disini ne, menemani tuan muda, dan Lia nona, yang bibi yakin dia pasti sebentar lagi akan pulang" mohon bibi Lee dengan tatapan memelas nya, jika sudah begini, siapa yang tak luluh, Krystal akhir nya mengangguk dan tersenyum pada bibi Lee.
"Terima kasih nona, terima kasih" tutur wanita renta itu sambil menggenggam tangan kanan Krystal dengan kedua tangan nya yang mulai keriput.
Sementara Seulgi, dia melaporkan hilang nya Jennie, Rose dan Lia dari rumah, pada polisi, secara diam-diam karena tak ingin publik heboh dengan berita ini.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta 200 Juta
Fanfictiontentang Rio, pria yang diam-diam menyukai Krystal, gadis super dingin, kasir sebuah mini market yang telah bersuami.