13. Perang Dingin

1.7K 270 47
                                    

Rio dan ketiga saudari nya sedang berkumpul di depan tv seperti biasa, disitu juga ada Seulgi.

Klik

Rio mematikan tv yang sedang mereka tonton, spontan Rose, Jennie, dan Lia pun menoleh penuh tanya pada saudara pria satu-satu nya di rumah itu.

"Ehem" Rio gugup.

"Aku ingin memberitahu kalian satu hal" ucap Rio, Seulgi ikut tegang, dia menunduk, menopangkan dahinya di tangan kanan, cemas akan reaksi dari saudara-saudara nya Rio nanti, ketiga nya mengerutkan kening, menunggu dengan serius apa yang akan Rio ucapkan selanjutnya.

"Besok, akan ada penghuni baru di rumah ini" lanjut Rio.

"APA?" Kaget mereka serempak, Seulgi terjengkit, tapi tidak dengan Rio, karena dia sudah tahu akan seperti apa reaksi mereka.

"Siapa?" Tanya Jennie curiga

"Namja atau Yeoja?" Selidik Rose tak senang.

"Tua apa muda oppa?" Polos Lia, Rio tersenyum menatap si bungsu.

"Dia istri teman oppa, suami nya sedang melaksanakan tugas negara, jadi dia dititipkan pada oppa, kurang lebih selama 3 bulan" jelas Rio

"Aku tidak setuju jika dia perempuan" sahut Jennie tak senang.

"Aku juga tidak" timpal Rose, Rio menatap si bungsu meminta dukungan, tapi si kecil hanya menatap iba sang oppa, karena kedua  unnie nya menatap dia dengan tajam seolah mengintimidasi.

"Ayolah, hanya 3 bulan, kalian tidak kasihan pada nya?" Bujuk Rio.

"Rio, kamu pria dewasa, dia juga wanita dewasa" Jennie mencoba mengungkapkan ketidak setujuan nya, Seulgi reflek membekap kedua telinga Lia erat-erat.

"Bagaimana kalau dia nanti menggoda mu?" Lanjut Jennie, Seulgi kemudian melepas kedua tangan nya dari telinga Lia.

"Tidak, itu tak akan terjadi, ada kalian, dan kalian pasti percaya dengan ku kan?" Rio masih berusaha untuk membujuk.

"Lagian kenapa harus oppa? Memang teman suami nya itu hanya oppa?" Ketus Rose.

"Bukan begitu, tapi dia hanya bisa percaya pada oppa?" Jelas Rio.

"Terus dia mau tidur dimana?" Tanya Lia tanpa dosa, Jennie dan Rose menatap tajam, marah pada Lia yang seperti mulai menyetujui keputusan Rio.

"Di kamar Rose" jawab Rio santai.

"No" teriak Rose.

"Kamar tamu kan kamu tempati Rose" melas Rio

"Tapi semua barangku masih disana oppa, aku tak mau milik ku di sentuh orang lain" tolak Rose, Jennie tersenyum miring, karena penolakan Rose bisa saja menggagal kan upaya Rio.

"Ya sudah, biar dia menempati kamar ku kalau begitu" acuh Rio.

"TIDAK" teriak Jennie, Rose dan Lia tak terima, Seulgi terkekeh.

"Kamu/oppa cari mati?" Marah para gadis, Rio menghela nafas.

"Aku akan tidur di sini nanti, bukan sekamar dengan nya" ujar Rio.

"Pokoknya aku tidak setuju" ketus Jennie.

"Aku juga" imbuh Rose

"Terserah, tapi aku tetap akan membawanya  kesini, dan jika ada yang berani membuat dia tak betah disini, akan berurusan dengan ku" ancam Rio, Jennie langsung beranjak, naik ke kamar nya dan membanting pintu nya.

Blam

Lia terjengkit kaget, nyaris menangis takut dengan kemarahan unnie nya dan ancaman oppa nya, Rio langsung menghampiri si bungsu dan memeluknya.

"Oppa, Lia takut" adu si bungsu lirih.

"Tidak apa-apa, jangan takut, besok noona juga sudah akan baik-baik saja" hibur Rio menggendong Lia dan mengantarnya ke kamar, setelah turun, Rio bersiap hendak menggendong Rose untuk di pindahkan ke kamar tamu.

Seulgi menghela nafas.

"Kamu tetap akan membawanya kemari Rio?" Tanya Seulgi.

"Tak ada pilihan lain Seul" jawab Rio.

"Ada, andai kamu menolak permintaan suami nya dahulu" balas Seul

"Seul, tolong, jangan bahas apa yang sudah terjadi" kata Rio.

"Ya sudah, aku pulang" pamit Seulgi, Rio mengacak frustasi rambutnya sendiri.

Pagi nya

Suasana sarapan begitu dingin, tak ada obrolan dari mereka seperti biasanya, Rio melirik Rose dan Jennie bergantian, tapi kedua gadis itu menunduk fokus pada isi piring masing-masing, selesai sarapan Rio memindahkan Rose ke depan tv, lalu mengantar Lia ke sekolah, dia juga mulai bekerja hari ini, dan menyuruh Seulgi menjemput Lia, karena dia akan ke hotel sore itu.

Ceklek

Rio membuka pintu kamar hotel yang ditempati Krystal, wanita itu sedang berdiri di depan jendela, dan langsung menoleh ke arah pintu, tatapan mereka bertemu, keduanya hanya saling terdiam ditempat mereka berdiri.

Entah kenapa, Krystal merasa lega, juga senang dengan kedatangan Rio sore itu, sementara sang pria, tatapan penuh kerinduan nya tak terbaca oleh sang wanita.

"Hi" sapa Krystal pada akhir nya.

"H-hey" gugup Rio yang lalu menutup pintu, menuju pantry untuk mengambil air minum dan membawanya ke depan tv, Krystal masih terus menatap nya.

"Kemasi baju mu Krys, kita akan pindah" beritahu Rio.

"Pindah? Kemana?" Heran Krystal mendekati sang pemuda.

"Ke rumah ku" beritahu Rio melirik Krystal yang berdiri dihadapan nya, sambil meneguk minuman yang dia bawa dari pantry tadi.

"Aku tidak mau" tolak Krystal.

"Krys, ini demi kebaikan mu" bujuk Rio.

"Kebaikan ku, atau kebaikan mu?" Kesal Krystal.

"Tentu saja kebaikan mu" jawab Rio

"Bagaimana dengan saudara-saudara perempuan mu, mereka belum tentu mau menerima ku" cemas Krystal.

"Krys, aku sudah membicarakan nya dengam mereka semalam, jangan khawatir, ini juga agar aku bisa lebih mudah dalam mengawasi mu, aku selalu memikirkan mu, sampai tak bisa tidur, karena kita berjauhan" ucap Rio panjang lebar, hati Krystal rasa nya menghangat mendengar penuturan Rio yang mengkhawatirkan nya, padahal Yoong sang suami saja tak pernah memikirkan persaan nya sedikit pun, tapi Rio, pemuda itu membuat nya merasa berharga hanya dengan mencemaskan dia saja, Krystal membuang tatapan nya dari Rio, matanya berkaca-kaca, dia terharu.

Dan akhirnya Krystal pun setuju, untuk pindah ke rumah Rio malam itu juga, dengan membawa koper baju milik sang wanita, Rio tersenyum lega mengikuti langkah Krystal menuju ke resepsionis, untuk chek out.

Krystal tak tahu, akan seperti apa kehidupan nya di rumah Rio nanti, dan interaksi nya dengan saudara perempuan pria itu, apakah mereka bisa menerima kehadiran Krystal nanti nya? Tak ada yang tahu.



#TBC

Cinta 200 JutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang