20. They Home

2K 271 47
                                    

Matahari mulai keluar dari peraduan nya, dan siap untuk menyinari bumi, kala si bungsu mulai terbangun.



"Eng?" Bingung nya karena dia merasa kaget tiba-tiba sudah berada di dalam mobil, spontan dia langsung menoleh pada pengemudi di samping nya.




"Oppa" kejutnya, Seulgi tersenyum manis.




"Kita kemana?" Tanya nya panik.




"Pulang" jawab Seulgi mengusap sejenak kepala si bungsu.






"Lalu unnie?" Lia mengkhawatirkan kedua unnie nya.




"Mereka sudah dewasa, jangan dipikirkan, Lia rindu rumah tidak? Rindu Rio oppa tidak?" Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan.




"Ya, Lia sangat rindu, pada Rio oppa, dan juga Krystal unnie" jawab nya mengangguk semangat.




"Okey, sebentar lagi kita bertemu Rio oppa" beritahu Seulgi.





"Sstt. . . Hati-hati, oppa masih tidur" bisik Seulgi pada Lia ketika mereka sudah sampai dan memasuki rumah.




"Lia!" Seru Krystal tertahan, tak ingin membangunkan Rio yang sedang di jaga nya itu, si bungsu hanya tercengir polos, Krystal bangkit dan menyambut nya dengan pelukan hangat.




"Unnie merindukan mu" Krystal menatap haru pada kedua mata bening nan lugu sang gadis kecil.





"Lia juga unnie, rindu es krim semangka dan kimbab buatan unnie" kekeh nya menggoda wanita yang jauh lebih dewasa dari nya itu, dan Krystal pun membalas nya dengan mencubit hidung mungil nya yang mancung.






"Kamu pasti kangen dengan oppa kan, nah, temani dia tidur" perintah nya, Lia pun mengangguk setuju, dengan gerakan berlahan, dia mulai menempatkan dirinya di samping Rio, memeluk erat oppa nya itu dan mencari kehangatan diceruk leher nya untuk melampiaskan kerinduan yang sudah menggunung.



Entah mimpi apa, Rio tidur dengan sangat pulas, biasanya dia akan mulai terbangun jam 6 pagi, tapi ini sudah jam 8 dan dia masih belum membuka mata nya, Lia yang mulai terusik, karena memang dia juga sudah 2 jam lebih tertidur lagi.




"Eenngh. . ." Erang nya menggesek-gesek kan wajah nya di dada sang oppa, Rio pun mulai membuka kedua mata nya, aroma shampoo yang dikenal nya mulai tercium oleh hidung nya, dia pun menunduk.



"LIA" kejut Rio, tangan kanan nya menarik dagu sang dongsaeng untuk meyakinkan jika dia tidak salah terka, matanya terbelalak menatap si bungsu yang masih terpejam, Rio tak bisa mengalihkan tatapan penuh kerinduan nya dari wajah Lia, yang kemudian membuka kedua matanya.






"Oppa, kangen" manja nya dengan bibir manyun khas bangun tidur.





Cup




Rio mencium kening dongsaeng nya itu lalu mendekapnya erat.





"Oppa juga merindukan mu sayang" lirih Rio dengan air mata kebahagian yang menetes diatas kepala Lia, Seulgi yang menyaksikan pemandangan penuh haru itu pun hanya bisa ikut tersenyum lega, karena sang sahabat sudah menemukan obat nya.




"Akh oppa curang" rengek Lia pura-pura kesal pada Rio yang menggoda dengan merebut lauk yang hendak Lia suapkan kedalam mulutnya sendiri itu, keduanya sedang sarapan di sofa berdua dengan posisi Lia duduk dipaha kanan Rio, sang pria dewasa malah terbahak merasa berhasil mengerjai dongsaeng nya, keduanya makan dalam satu piring, dengan sendok masing-masing, kadang begitu akur saling menyuapi, tapi juga kadang saling berebut lauk dengan menggunakan sendok mereka, yang mana Lia lah yang selalu kalah, Krystal dan Seulgi ikut terkekeh, tak berniat untuk menegur Rio yang berkali-kali membuat Lia jengkel, karena tahu, Rio sedang menunjukan cara nya dalam mengobati kerinduan pada sang dongsaeng.



Sampai akhir nya, Rose dan Jennie pun pulang, mereka berdiri diambang pintu penghubung ruang tamu, dan ruang tv, mematung menatap tubuh kurus Rio yang lengkap dengan wajah pucat nya, bibir mengering dan mata panda yang masih menghiasi wajah nya, terlihat lemah, sedang bercanda dengan riang nya bersama dongsaeng mereka, meski masih menggunakan piyama tidur, keceriaan nya tak menunjukan seperti dia sedang sakit, semua berkat Lia, sumber kekuatan seorang Kim Limario, kedua gadis itu kembali diserang perasaan bersalah, dan penyesalan.




"Oppa" panggil Rose dengan suara bergetar, Rio langsung menoleh, meski awalnya terkejut, dia kemudian membentangkan kedua tangan nya menyambut kedua saudara perempuan nya.




"Chaeyoung-ahh, noona, kemarilah" panggil Rio, Rose kemudian melajukan kursi roda nya menuju ke arah sang oppa.



Bruk




Mereka pun berpelukan dengan posisi Rio duduk di sofa, Jennie pun ikut duduk di sebelah kiri Rio dan ikut memeluk dongsaeng nya itu, kedua gadis itu menangis sambil memeluk Rio.





"Maafkan aku oppa, maafkan aku" cerca Rose



"Maafkan atas keegoisan ku selama ini Rio-yaa" tambah Jennie dengan nada menyesal.






"Aku sudah memaafkan kalian, sebelum kalian meminta nya" balas Rio, Krystal nyaris menangis menyaksikan perdamaian empat bersaudara itu, dia hendak ke dapur, tapi Jennie keburu memanggil nya.



"Unnie" Krystal menoleh bingung.




"Hmm?" Gugup nya canggung





"Kami juga ingin meminta maaf pada unnie" ucapnya setelah melepas pelukan nya pada Rio, Krystal tersenyum hangat sambil mengangguk cepat.






"Kita damai kan sekarang unnie?" Rose mengulurkan kelingking kanan nya pada Krystal.




"Kita damai" jawab Krystal malu-malu kemudian menautkan kelingking nya pada kelingking Rose, dan rumah itu pun kini dipenuhi suara tawa penuh kebahagiaan.


Tak butuh waktu lama bagi Rio untuk mengembalikan kesehatan nya, dalam waktu tiga hari, dia sudah fit kembali, dan sekarang, setiap sarapan, Krystal juga akan ikut bergabung, dan demi menjaga kerukunan bersama, Rio pun memindahkan kamar Krystal ke kamar Lia, yaa, dia menemani si bungsu sekarang, dan Rio kembali ke kamar nya.




"Krys, apa kamu bisa mengemudi?" Tanya Rio saat dia baru pulang kerja dan mendapati wanita itu sedang membantu Lia mengganti baju seragam nya, dikamar.




"Iya bisa, kenapa?" Heran Krystal.






"Kamu keberatan tidak untuk mengantar Lia ke sekolah dan menjemput nya setiap hari, hanya senin sampai jum'at" pinta Rio ragu, takut akan menerima penolakan dari sang wanita.




"Tentu saja tidak, akan ku pastikan si bungsu selamat sampai tujuan" jawab Krystal menggelitik pinggang Lia, gadis itu terpingkal.





"Ayo kita buat dia menyerah" Rio kompak ikut menyerang dongsaeng nya itu sampai menjerit karena kegelian.





#TBC

Cinta 200 JutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang