10. Mianhae

1.9K 283 64
                                    

"Noona, aku pulang" pamit Rio pada Krystal yang sedang menikmati teh nya setelah makan malam, sambil menonton tv, Krystal hanya melirik acuh, tak menyahut, Rio lalu keluar dari kamar yang dia sewa dan pulang ke rumah nya.


Hari belum terlalu malam, ketika Rio tiba, jadi para dongsaeng nya masih terjaga semua.

Tap. . . Tap. . . Tap. . .


Rio memasuki rumah nya, melewati ruang tv, yang ternyata ketiga gadis nya ada disana, semua menatap heran pada Rio, dan pemuda itu juga menatap sambil tersenyum garing salah tingkah, karena untuk pertama kali nya, dia pulang lebih lambat dari yang lain.

"Oppa dari mana?" Selidik si bungsu, yang ditanya pun menghampiri ketiga saudari nya, lalu mengusap rambut Lia.

"Oppa ada pekerjaan tadi, oppa mandi dulu ne" jawab Rio


Selesai mandi Rio pun kembali ke ruang tv, duduk bersama Lia di sofa bed bersama Rose, Rio tepat ditengah sambil memeluk si bungsu, dan Jennie di sofa panjang sendirian, meski tubuh Rio di rumah, tapi pikiran nya masih tertinggal di hotel, memikirkan Krystal yang sendirian disana, tapi Rio juga tak mungkin menemani nya.


"Oppa, Lia ke kamar ya" pamit si bungsu mengagetkan Rio yang sedang melamun.

"Oh yes babby girl, mimpi indah ne" Rio lantas mencium kepala sang dongsaeng, dia melirik Rose di samping kiri nya yang sudah mendengkur halus, dan terpaksa, Rio memindahkan nya ke kamar dengan membopong nya, lalu membangunkan Jennie yang juga sudah tertidur di sofa.

"Noona, bangun lah, pindah ke kamar mu" Rio menepuk ringan pipi kiri sang kakak perempuan.

"Eenngg. . . Iya" jawab Jennie setengah mengantuk.


Dan tetap saja, Rio tak bisa tidur memikirkan Krystal.

Pagi nya, Rio datang kembali ke hotel, dengan membawakan sarapan untuk si perempuan, dan seperti biasa, Krystal hanya menatapnya tajam dan dingin meski dia bersedia menuruti perintah Rio untuk makan.

"Ini sudah seminggu, kapan aku menjalankan kewajibanku?" Tanya Krystal dingin

"Kewajiban?" Beo Rio bingung

"Melayani mu" jawab Krystal ketus

"Aku tak butuh pelayan, aku bisa melakukan nya sendiri" jawab Rio tersenyum lucu.


"Termasuk di ranjang?" Remeh Krystal tak percaya.


"Tidak, aku. . . Aku. . ." Gugup Rio.

"Katakan saja kapan kamu mau, bukan kah kamu membayar suami ku untuk itu" sindir Krystal.


"No, kamu salah Krys" jawab Rio yang mulai bisa membaca situasi.


"Aku tahu isi pikiran pria seperti mu, jika bukan untuk meniduri ku, kamu tak mungkin membawaku ke hotel dan mengeluarkan banyak uang tanpa mendapatkan benefit apa-apa" tebak Krystal ketus, dengan wajah angkuh nya.

"Okey, jika menurut mu aku begitu, ayo kita lakukan sekarang" tantang Rio, dia lalu membuka jas dan dasi nya, wajah Krystal mulai gugup.


"Kamu yang minta ini" ujar Rio melepas gesper nya, lalu menarik paksa tangan kiri Krystal ke dalam kamar, dan melempar sang wanita keatas ranjang.

"Dengar, aku bisa sangat sabar dengan mu, tapi jika kamu terus memancingku, aku juga bisa menjadi seekor singa di hadapanmu, aku sudah cukup bersabar dengan keangkuhanmu selama ini" ujar Rio yang emosi nya mulai tersulut, dia lalu naik ke atas ranjang dan mengangkangi tubuh Krystal, wanita itu gemetar, wajah nya berubah takut, dia hendak menangis sekarang melihat Rio yang tiba-tiba berani kurang ajar pada nya.


"Kesabaranku ada batas nya, dan jangan sampai kamu keluar dari garis nya" geram Rio mencengkeram rahang perempuan itu.

Rio yang hanya ingin memberi pelajaran pada Krystal pun kemudian turun, dengan wajah marah nya, mengambil secara kasar jas dan dasi nya, lalu keluar kamar dan menutup pintu nya keras.



Blam


Krystal terjengkit kaget mendengar suara bantingan pintu, dia kemudian meringkuk memeluk lututnya dan menangis ketakutan.

Rio menghela nafas dalam-dalam.

"Bodoh kamu Rio bodoh, sekarang dia takut dengan mu" umpat Rio pada diri nya sendiri sambil memukuli stir mobil nya, dia menyesal atas perbuatan nya pada Krystal tadi.

Keesokan hari nya, Rio meminta seorang kurir untuk mengantar sarapan ke hotel, Krystal terkejut, karena bukan Rio sendiri yang datang, dia lalu membuka paper bag yang diterima nya dari sang kurir tadi.

Ada menu nasi ayam Hainan, sup kimchi dan sebuah mini cake sebagai dessert dengan tulisan mianhae, Krystal tak berselera menyentuh makanan nya, dia duduk di hadapan jendela kamar dan melamun disana.

Rio sebenar nya bukan marah, dia hanya merasa tak punya muka untuk bertemu Krystal, merasa malu karena kekurang ajaran nya kemarin, dan dua hari berturut-turut Rio tak mengunjungi Krystal, dan hanya mengirimi nya makanan 3x sehari, tapi tak ada yang di sentuh nya sama sekali.

Dihari kedua, Rio mulai khawatir, bercampur rindu, meski dia tahu Krsytal milik orang, tak dipungkiri jika dia juga menaruh rasa lebih, meski harus memendam nya.


Rio mendatangi Krystal ke hotel.


Ceklek

"Uhuk" Rio nyaris muntah mencium aroma makanan basi begitu membuka pintu kamar, dia menutup hidung nya mencari keberadaan sang penghuni kamar.


"Kryst" panik nya


Brak

Membuka paksa pintu kamar sang wanita, dan Rio membeku, menatap Krystal yang meringkuk lemas diatas ranjang menatap dingin ke arah nya, Rio menghubungi petugas hotel untuk membersihkan kamar yang disewa nya, dan membawa Krystal pindah ke kamar lain.

"Kenapa tidak makan? Jangan siksa dirimu sendiri seperti ini" cemas Rio sambil menyiapkan bubur untuk mengisi perut Krystal yang selama 2 hari hanya terisi air, sang wanita tak menggubris, dia hanya diam menatap datar pada Rio.


"Ini, ayo buka mulut mu" Rio mulai menyuapi Krystal, yang hanya membuka sedikit bibir nya, karena dia masih sangat lemah.




Kriingg. . .

Ponsel Rio berdering.

Home is calling

"Hallo"

"Oppa, kenapa belum pulang?" Rengek Lia.



"Sebentar ne, oppa masih ada urusan" jawab Rio lembut.

"Unnie minta pindah ke kamar oppa, pulang lah" pinta si bungsu.

"Ne tunggu sebentar ya" balas Rio lagi.


"Cepatlah oppa" pesan Lia sebelum menutup telpon nya, Rio lalu mengantongi kembali ponsel nya, dan melanjutkan menyuapi Krystal.

"Pulanglah" Krystal menolak suapan Rio.

"Krys" bujuk Rio

"Tinggalkan aku" Krystal lantas berbaring dan memunggungi Rio.

Pemuda itu pun menyerah, meletak kan mangkuk bubur nya dimeja samping tempat tidur sang perempuan.

"Baiklah aku pulang" pamit Rio, dan sepeninggalan pria muda itu, air mata Krystal menetes, entah apa yang dia rasakan.



#TBC

Cinta 200 JutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang