"Kamu udah bangun? Pulanglah sebentar lagi kamu harus berangkat. Oh ya, tadi kekasihmu telpon dia bilang dia akan menjemputmu di bandara." Sarah berbicara sambil berdiri membelakangi Jaehyun yang baru saja membuka matanya.
Jaehyun masih belum sadar sepenuhnya. Dia masih mencoba mencerna omongan Sarah. Dia melihat ponselnya. Jaehan menelponnya dari tadi sepertinya.
"Hyung, dimana kamu? Cepat kembali ke hotel. Sebentar lagi kita harus berangkat." Teriakan Jaehan yang pertama didengarnya ketika dia menelpon balik asistennya itu. Langsung saja dimatikan ponsel itu dan bergegas keluar dari apartemen wanita itu.
"Jay..!" Panggil Sarah saat dia hendak membuka pintu kamar.
"What? Apa lagi yang kamu inginkan Sarah?" Dia berbalik menghadap wanita itu.
" You. I want you, Jay. Kamu tau aku sudah menyukaimu dari dulu, tapi kamu selalu berpura-pura tidak tau." Jaehyun hanya bisa tersenyum kecut mendengar pengakuan wanita itu. Terdengar isakan kecil darinya. Dia menangis.
"I'm sorry,Sarah... This is why i will never choose you," ucapnya kemudian pergi meninggalkan wanita itu. Lagi.
Jaehyun menghentikan taksi yang akan membawanya kembali ke hotel. Dia masih kabur dengan kejadian semalam. Seingatnya dia tidak minum banyak tapi kenapa dia bisa berada di apartemen wanita itu. Jiho. Sarah tidak mengatakan sesuatu yang buruk padanya kan?
Jaehyun pun menelpon Jiho. Telepon masuk tapi tidak diangkat. Sial.
Sepuluh menit kemudian, dia sudah sampai di hotel. Kepalanya masih sedikit pusing tapi dia berusaha untuk terus berjalan ke kamarnya.Sesampai disana Jaehan sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah khawatir.
"Hyung..!" Panggilnya kemudian menghampiri Jaehyun.
"Maafkan aku, hyung... Harusnya aku tidak meninggalkanmu semalam" ada rasa penyesalan dalam suaranya.
"Nggak papa. Aku juga yang salah. Jam berapa kita berangkat?"
"Masih 2 jam lagi. Mandilah. Aku akan memesankanmu sarapan." Jaehyun mengangguk kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Selagi mandi dia masih berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Dia memang minum tapi tidak banyak dan Sarah juga sempat mengajaknya berdansa. Hanya sampai situ saja yang dia ingat dan pagi ini dia bangun di kamar wanita itu. Dia merasa menyesal kenapa tidak pulang saja tadi malam. Dia berharap Jiho tidak salah paham dan mungkin saja dia lagi sibuk makanya tidak mengangkat telpon.
*****Jiho begitu bersemangat karena sebentar lagi Jaehyun akan pulang. Sepanjang hari dia terlihat menebar senyum sampai-sampai teman dokternya maupun perawat-perawat disitu merasa heran karena tidak biasanya dia seperti itu.
"Kim Jiho, bisa nggak senyumnya dikurangin? Itu orang-orang pada takut kamu kenapa-kenapa." Yoobin merasa perlu memberitahu Jiho.
"Nggak. Soalnya aku lagi bahagia," ucapnya kemudian tersenyum ke arah Yoobin. Yoobin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Jiho.
"Sekarang jam 10 malam. Berarti disana baru jam 9 pagi. Harusnya dia udah bangun buat siap-siap ke bandara." Jiho bermonolog. Dia menekan nomor Jaehyun. Masuk.
"Yoboseyo, Oppa! Kamu udah siap belum?" Tidak ada jawaban.
"Jangan sampai terlambat. Besok aku akan menjemputmu di bandara. Aku minta libur khusus untuk kamu jadi cepatlah pulang. Saranghae..." Masih belum ada jawaban juga. Dilihat layar ponselnya,tersambung.
"Oppa? Kamu nggak tidur lagi kan?"
"Akan aku sampaikan, Jiho ssi." Klik. Panggilan ditutup.
Jiho masih memandang layar ponselnya. Suara wanita itu. Sepertinya dia pernah mendengarnya tapi dia lupa dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely J. [ON HOLD]
Fanfictionperjodohan tidak pernah ada dalam kamus seorang Jiho. dia yang selalu berkata untuk tidak pernah menikah seumur hidup dipaksa orangtuanya untuk menerima perjodohan dengan anak kawan lama mereka yang merupakan pewaris sebuah perusahaan properti di Ko...