Part 27

829 83 32
                                    


S

uara pintu yang terbuka dengan cukup keras membuat tidur Jea menjadi terganggu. Ia menggulingkan tubuhnya ke arah kanan sambil menaikkan selimutnya hingga menutup semua bagian tubuhnya. Tak lama kemudian ada yang menggoyangkan tubuhnya hingga Jea mengeluh kesal karena ada yang menggangu tidurnya.

"Bangun woy! Udah mau malem ini," kata Riddan sambil menarik selimut Jea hingga terlihatlah Jea yang masih memejamkan matanya walaupun Jea tidak sedang tidur.

"Buka mata lo, Je!" perintah Riddan sambil membuka kedua mata Jea dengan paksa.

Dengan gerakan sigap Jea memegang kedua lengan Riddan dan hendak mendorong Riddan ke belakang. Namun ujung-ujungnya mereka jatuh berdua karena Riddan memegang tangannya juga sebelum jatuh.

"ADUHHH!" jerit Jea dan Riddan bersamaan setelah tubuh mereka jatuh ke lantai.

"Sakit tahu!" pekik Jea kesal karena ia ikut terjatuh dengan posisi menimpa Riddan. Kemudian ia memukul dada Riddan dengan sedikit keras sebelum ia bangun.

"Apanya yang sakit coba? Perasaan lo jatuh di atas gue. Gue yang lebih sakit malah dipukul lagi," celoteh Riddan sambil berdiri dan mengusap-usap pinggangnya yang sakit.

"Lutut gue yang sakit nih kebentur lantai. Besok pasti biru nih," gerutu Jea sambil mengusap-usap lututnya.

"Cuma lutut. Lah gue? Semua badan gue sakit-sakit. Lo sih, gue bangunin malah dorong gue," omel Riddan sambil menatap Jea kesal.

"Kok nyalahin gue sih?"

"Emang lo yang salah kok."

"Siapa suruh lo bangunin gue? Gue capek, ngantuk, lelah, letih, lunglai, lesu, pokoknya capek. Gue perlu istirahat," ceroscos Jea.

"Capek ngapain coba? Perasaan gue lihat kerjaan lo makan, tidur, nonton video lama, rebahan, main HP, tidur, gitu-gitu aja perasaan."

"Itu juga ngeluarin tenaga kali."

"Heh! Gue kasih tahu ya, orang yang suka tidur siang itu biasanya cepet gendut. Mau lo gendut? Mau lo gak bisa jadi YouTubers lagi?"

"Jangan coba bego-begoin gue. Gue gak kayak Gavin. Setahu gue bukan tidur siangnya yang bikin gendut, tapi kebiasaan rebahan setelah makan siang," kata Jea sambil tersenyum bangga.

"Itukan setahu lo. Kalau setahu gue itu beda. Tidur siang itu secukupnya. Lah lo dari pagi sampai menjelang malam gini baru bangun," ujar Riddan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ngajak duel lo, Dan. Gue tidur dari siang kali."

"Kalian kapan selesai debatnya sih? Perut gue keroncongan nih," keluh seseorang dari ambang pintu.

"Gavin? Sejak kapan lo di sana?" tanya Jea terkejut. Ia melirik Riddan yang tampak 'adem ayem' ada Gavin di rumahnya. Jea merasa ada yang aneh dengan Riddan. Tumben Riddan tidak 'meledak' melihat Gavin ada di rumahnya.

"Sejak kalian jatuh terus gue ngintip terus gue foto deh," kata Gavin sambil menunjukkan foto Jea yang menindih Riddan. Setelah menunjukkan foto itu, Gavin melihat tatapan tajam Riddan.

"Hapus!" perintah Riddan sambil menunjukkan kepalan tangannya.

"Nih hapus sendiri," kata Gavin sambil menyerahkan ponselnya. Riddan mengambil ponsel Gavin dan menghapus semua foto-foto yang diambil Gavin tadi. Setelah memastikan tidak ada duplikat foto itu, Riddan mengembalikan ponsel Gavin.

"Udah? Puas?"

"Hm."

Riddan berjalan keluar dari kamar dan diikuti Jea yang memandang kedua orang itu dengan bingung. Tanpa Riddan ketahui, Gavin cekikikan melihat Riddan yang tidak tahu kalau ia sudah mengirim foto-foto itu ke ponselnya yang lain.

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang