Part 28

784 88 37
                                    

"Tungguin woy!" teriak Gavin sambil berlari menyusul Riddan dan Jea yang jauh ada di depannya.

Tadinya mereka berangkat dari rumah bersama-sama. Hanya saja berbeda mobil. Gavin tertinggal jauh di belakang karena Riddan melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. Gavin tidak dapat mengejar dan akhirnya ketinggalan.

"Gue gak ada kelas loh hari ini," kata Gavin sambil menyela di antara Riddan dan Jea, membuat Jea agak minggir karena Gavin merebut posisinya.

"Nyebelin lo," ujar Jea sambil memukul lengan Gavin pelan.

"Gak ada yang nanya ya kalau lo gak ada kelas," sahut Riddan sambil mendorong Gavin ke samping kanannya sehingga yang ada di posisi tengah-tengah adalah dirinya. Sementara Jea di sisi kirinya dan Gavin di sisi kanannya.

"Loh kok ke sini? Gedung lo kan ke sana," kata Gavin bingung.

"Mau ke taman. Jea mau gue taruh di sana," kata Riddan.

"Anjir, lo kira gue barang?" Jea mendelik tidak terima. Sementara Gavin terkekeh geli.

"Nah lo duduk manis di sini sampai gue balik," kata Riddan sambil mendudukkan Jea di kursi taman.

Jea menatap Riddan tidak setuju. "Sampai lo balik? Lumutan gue," keluh Jea.

"Jamuran kali," celetuk Gavin yang berdiri di samping Jea. Lagi-lagi Gavin langsung mendapat pukulan dari Jea, kali ini Jea memukul Gavin di perutnya.

"Aduh! Sakit, njir!" Gavin memegangi perutnya yang terasa sakit setelah dipukul Jea.

"Terus lo mau jalan-jalan? Mau tebar pesona? Ntar nyasar lagi kayak waktu ini," kata Riddan sambil menaikkan sebelah alisnya. Jea mendongak menatap Riddan yang ada di depannya.

"Dih gue gak nyasar kali," bantah Jea.

"Tenang aja. Gue yang ajak Jea jalan-jalan. Kan gue bilang gue gak ada kelas," kata Gavin sambil menyengir.

Riddan memicingkan matanya menatap Gavin curiga. Gavin yang ditatap seperti itu langsung menjelaskan maksudnya. "Gue cuma mau nemenin Jea doang, gak godain dia kok," jelas Gavin sambil menunjukkan tanda V menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya.

"Awas lo genit-genit sama Jea," kata Riddan dengan nada mengancam.

"Iya, lo tenang aja." Gavin tersenyum meyakinkan. Sementara Jea hanya memutar bola matanya jengah.

"Ya udah, gue pergi dulu," kata Riddan sambil menepuk-nepuk kepala Jea sebelum pergi.

Setelah kepergian Riddan, Jea dan Gavin masih diam. Selang beberapa detik kemudian barulah Gavin nyeletuk, "Riddan sama lo itu apa sih? Yang pacar Riddan siapa sih? Kok gue ngerasa perhatian Riddan ke lo itu gak wajar ya?" ceroscos Gavin sambil duduk di samping Jea.

"Gue? Gue sama Riddan? Lo tahu kan gue cuma sahabatan sama dia. Pacar Riddan? Saza lah, masa lo gak tahu? Maksudnya gak wajar itu gimana?"

"Tahu gue, tapi kalian itu udah kayak laki bini, kayak orang yang udah nikah. Tinggal bareng, posesif, sebelum pergi nepuk kepala dulu, terus—"

"Apaan sih lo? Itu biasa kali. Lo aja salah ngartiinnya," bantah Jea. Kemudian ia berdiri sambil merapikan dress putih yang dikenakannya.

(Dress ada di mulmed)

"Mau kemana?" tanya Gavin sambil mendongak untuk melihat Jea yang berdiri.

Sementara Jea menunduk untuk menatap Gavin. "Katanya mau nemenin gue jalan-jalan," kata Jea lalu mulai melangkah pergi.

Sementara Gavin berlari kecil untuk menyusul langkah Jea. "Mau ke kantin?" tanya Gavin.

"Ngapain?" tanya Jea balik.

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang