Part 17

845 130 51
                                    

"Lo kenapa jadi keseringan di rumah gue, Je?" tanya Gavin. Mereka saat ini sedang makan malam bersama. Jea makan malam di rumah Gavin karena Riddan belum pulang.

"Kenapa? Gak suka?" tanya Jea galak. Ia menodongkan garpu yang dipakainya makan ke arah wajah Gavin. Tentu saja Gavin menjadi ciut. Salahnya juga bertanya seperti itu pada Jea.

"Enggak gitu. Seneng gue malah makan malem sama cewek cantik," kata Gavin sambil tersenyum menggoda.

"Gue udah tahu kali kalau gue cantik, gak usah diperjelas," kata Jea dengan nada sinis. Ia kembali memakan makanannya dengan santai.

"Riddan belum pulang, 'kan? Ke mana itu anak?" tanya Gavin. Cowok itu sudah selesai memakan makanannya.

"Katanya buat tugas, tapi lama banget masa," kata Jea sedikit kesal. Riddan bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Saat Jea menghubungi Riddan, ponsel Riddan tidak aktif.

"Serius buat tugas doang?" tanya Gavin.

"Vin, gue mau curhat deh," kata Jea sambil memasang wajah memelas. Ia juga sudah menghabiskan makanannya.

"Kenapa? Tentang Riddan?" tanya Gavin.

"Lo kok peka banget sih? Iya, tentang Riddan."

"Cerita aja, gue pendengar yang baik," kata Gavin sambil tersenyum. Kalau begini Gavin ada gunanya juga, bukan hanya bisa membuat Jea kesal.

"Saya ke dapur dulu ya mau beres-beres," kata Bianca sambil membawa piring-piring yang sudah tidak terpakai. Gavin dan Jea hanya mengangguk. Bianca pun pergi.

"Gue suka Riddan, Vin. Dari SMA sampai sekarang perasaan itu masih sama," ungkap Jea.

"Akhirnya ngaku juga. Terus? Kenapa kalian gak jadian?"

"Ngomong sih gampang. Gue sama Riddan itu sahabatan. Bener kata lo, cewek sama cowok gak bakalan bisa jadi sahabat kalau salah satunya punya rasa. Dulu, gue selalu ngelarang Riddan pacaran sampai-sampai dia gak pernah pacaran selama SMA," tutur Jea.

"Sekarang ada Saza yang deketin Riddan, 'kan?" tanya Gavin.

"Bukan deketin lagi. Mereka pacaran sekarang. Gue nyesel biarin mereka pacaran. Padahal Riddan udah mau jauhin Saza kalau gue gak suka. Tapi, karena mimpi bodoh itu, gue takut lama-lama Riddan muak sama sikap gue yang selalu ngelarang dia pacaran padahal gue cuma sahabatnya," kata Jea penuh penyesalan. Jujur saja Jea merasa menyesal dengan keputusannya saat itu. Akan tetapi, ia juga takut Riddan akan muak dan lama-kelamaan akan menjauh darinya. Di samping itu, Jea juga takut kalau perasaan Riddan pada Saza akan semakin dalam dan tidak akan pernah putus.

"Sebenernya gue tertarik sama Saza. Gue bahkan udah punya nomor WhatsApp dia. Barangkali gue bisa bantu lo," kata Gavin sambil tersenyum. Jea mengernyitkan dahi bingung. Ia tidak mengerti dengan maksud Gavin bisa membantunya. Ini soal perasaan Riddan, siapapun tidak akan bisa mengubahnya. "Lo gak ngerti? Tujuan lo sekarang bukan ngebuat Riddan jauhin Saza, tapi buat Saza jauhin Riddan," jelas Gavin.

Setelah Gavin menjelaskan barulah Jea mengerti maksud Gavin. Gavin bertujuan mendapatkan Saza. Dengan itu, Saza akan melepaskan Riddan dan kembali pada Jea. "Gue gak yakin dia mau sama lo, Vin," kata Jea ragu.

"Percaya sama gue. Gue itu punya jurus seribu satu gombalan buat ngeluluhin hati perempuan," kata Gavin dengan percaya dirinya.

"Bukan itu masalahnya. Gue rasa Saza gak bakalan mau sama lo karena Helsa suka sama lo," gurau Jea sambil tersenyum.

"Heh! Bukan saatnya becanda ini. Lo 'kan galau, lagi sakit hati, malah bercanda," ujar Gavin sedikit kesal. Bisa-bisanya Jea menyimpulkan kalau Helsa suka padanya.

"Eh, siapa bilang gue sakit hati?" elak Jea.

"Terserah lo, Je. Hidup lo penuh kepura-puraan," kata Gavin.

Jea pintar sekali dalam berbohong tanpa terlihat mencurigakan. Gavin bukannya bisa mengetahui perasaan Jea melalui gerak-geriknya, hanya saja perasaan Gavin mengatakan kalau Jea tidak mungkin bisa baik-baik saja saat cowok yang disukai malah mempunyai pacar. Jea pasti sedang tidak baik-baik saja. Dia pasti cemburu tanpa bisa menunjukkannya. Memendam perasaan tanpa bisa mengutarakan memang sangat menyakitkan. "Lo tahu," lirih Jea pelan.

***

"Aku mau pulang, Kak. Udah malem," kata Saza sambil mengambil tas kecilnya yang tadinya ia letakkan di meja. Riddan pun mengangguk dan menuju ke kasir untuk membayar makanan mereka. Tak lama kemudian, Riddan kembali.

Mereka sekarang ada di kafe. Riddan tidak berbohong tentang mengerjakan tugas di rumah teman karena ia memang mengerjakan tugas tadi. Hanya saja, setelah mengerjakan tugas, ia ingin bertemu Saza di kafe itu.

"Ayo masuk!" ajak Riddan sambil membukakan pintu mobil untuk Saza. Saza pun tersenyum dan masuk ke mobil. Setelah mereka berdua masuk, Riddan mulai melajukan mobilnya menuju rumah Saza.

Di dalam mobil mereka tidak berbicara sama sekali karena masih canggung dengan keadaan. Riddan yang fokus menyetir, sedangkan Saza yang sibuk melihat-lihat isi mobil Riddan. Saza merasa ada yang aneh dengan isi mobil Riddan karena sepertinya kebanyakan bukan milik Riddan. Ada lipstik, cermin, boneka, dan juga pakaian wanita di kursi penumpang yang di belakang. Ada pula high heels. Pikiran Saza langsung berkelana. Ia menebak kalau itu barang milik Jea. Namun, apakah wajar jika barang Jea ada di mobil Riddan sebanyak itu?

"Maaf, mobil gue berantakan," kata Riddan saat menyadari Saza memandangi barang-barang Jea yang berserakan.

"Ini punya Kak Jea semua?" tanya Saza.

"Iya, dia suka banget ninggalin barang. Jadi, berantakan deh mobil gue, enggak sempet beresin," jelas Riddan sambil tersenyum.

"Kak, boleh nanya?" tanya Saza.

"Itu udah nanya."

"Enggak, bukan itu," kata Saza sambil terkekeh.

"Tanya aja. Emang nanya apaan sih?"

"Kakak sama Kak Jea sedekat itu, ya?" tanya Saza hati-hati agar tidak menyinggung Riddan.

"Iya. Emang kenapa?"

"Ah, enggak kok," kata Saza canggung.

"Lo gak suka sama Jea, ya?" tebak Riddan.

"Eh, enggak. Kok Kak Riddan nanya gitu?"

"Karena gue takut lo gak suka sama Jea. Dia sebenernya gak sejahat kelihatannya," kata Riddan tanpa menatap Saza. "Dia gak pernah jahatin lo, 'kan?" Kali ini Riddan menatap Saza. Ia ingin tahu ekspresi cewek itu.

"Enggak kok," kata Saza agak ragu. Jea memang tidak pernah menjahatinya, tetapi Saza memiliki perasaan sedikit tidak suka pada Jea. Mungkin karena Jea lebih dekat dengan Riddan daripada dirinya yang sekarang sudah berstatus sebagai pacarnya Riddan.

"Kalau misalnya dia ngomong yang aneh-aneh sama lo, bilang ke gue," kata Riddan, lalu kembali fokus menyetir.

"Iya, Kak," kata Saza sambil mengangguk.

***

TBC …

Repost on Saturday, February 27th 2021

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang