Part 23

761 105 103
                                    


Setelah di rawat di rumah sakit selama dua hari, Jea akhirnya pulang. Tentunya Jea diomeli oleh Bianca karena Jea menyetir mobil padahal belum terlalu bisa. "Iya deh gak lagi. Janji," kata Jea sambil mengacungkan kelingkingnya dan memasang wajah memelas.

"Jangan diulangi, ya. Saya ngomel-ngomel gini karena khawatir loh," kata Bianca.

"Iya, Bianca."

Setelah menceramahi Jea, Bianca pun kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda karena kepulangan Jea dari rumah sakit.

"Tuh denger. Makanya jangan bandel," cibir Riddan yang sedari tadi menyimak ceramah Bianca.

"Ish! Gue masih sakit loh, jangan ikut-ikutan ngomel," kata Jea.

"Iya-iya. Eh Saza sama Helsa katanya mau ke sini jenguk lo," ucap Riddan sambil memperlihatkan chatnya dengan Saza.

"Kapan? Sekarang?" tanya.

"Iya, sekarang. Lagi di jalan mereka," jawab Riddan.

Jea hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf O. Ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menerima kedatangan mereka. Niat mereka baik untuk menjenguk Jea padahal tidak terlalu dekat dengan Jea. Jadi, Jea akan menyambut mereka dengan senang hati.

Beberapa menit mereka hanya diam-diam saja karena sibuk memainkan ponselnya masing-masing. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu. Riddan pun bergegas membuka pintu karena tahu itu adalah Saza dan Helsa.

"Kalian naik apa ke sini?" tanya Riddan sambil mempersilakan mereka masuk.

"Naik taksi, Kak," jawab Saza lalu masuk dan diikuti oleh Helsa.

"Jea lagi di ruang tamu main HP," kata Riddan mengarahkan Saza dan Helsa ke ruang tamu.

"Je, jangan main HP mulu. Mereka udah Dateng," tegur Riddan sambil menepuk pundak Jea pelan.

Jea tersentak karena terlalu fokus menonton video. Ia menoleh ke arah Saza dan Helsa lalu tersenyum. "Ayo duduk," kata Jea ramah.

"Makasih, Kak. Ini tadi aku beli buat Kakak. Semoga suka ya," kata Saza sambil menyerahkan sekeranjang buah segar. Saza dan Helsa duduk berdampingan di sofa panjang. Sementara Riddan duduk di samping Jea yang juga dekat dengan Saza.

"Wah! Makasih, ya. Gue pengin buah-buahan, tapi gak pernah dibeliin sama Riddan," kata Jea sambil menerima buah itu dengan tangan kanannya. Cukup berat hingga membuat keranjang itu hampir jatuh karena Jea hanya menggunakan satu tangan. Untungnya Riddan langsung membantu menerima keranjang itu.

"Kak Jea yang luka apanya aja? Parah gak?" tanya Helsa penasaran.

"Enggak parah kok. Cuma luka kecil aja di sini," kata Jea sambil menunjuk tangan kirinya yang diperban.

"Semoga cepat sembuh ya, Kak," kata Saza sambil tersenyum.

"Makasih ya. Kalian repot-repot dateng ke sini," balas Jea sambil tersenyum juga.

"Enggak repot kok, Kak," sahut Helsa sambil tersenyum menampakkan giginya yang tidak rata itu.

"Sebenarnya—"

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang