Part 39

814 58 16
                                    


"Cheers!" Bunyi kaleng bir yang dipadukan pun terdengar. Isi bir itu sedikit tumpah karena mereka bersulang.

Ini sudah kaleng kedua yang mereka minum dan sekarang mereka sudah sedikit mabuk.

"Gue sakit hati, Vin," tutur Jea sambil menempelkan kaleng bir yang dingin itu ke pipinya yang memerah setelah menghabiskan satu kaleng bir tadi.

"Gue juga sakit hati, Je," balas Gavin sambil menopang dagu menggunakan satu tangannya. Sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk meminum bir.

"Riddan galau karena putus sama Saza," tambahnya.

"Gue galau karena ditolak sama Saza."

"Gue …" Jea terdiam sejenak. Sedetik kemudian Jea melotot saat menyadari sesuatu. "Lo nembak Saza?" tanya Jea sambil menatap Gavin terkejut, tidak percaya cowok itu akan mengungkapkan perasaan pada Saza.

"Iya, pas lo nyuruh gue beli sate gue ketemu dia dipinggir jalan lagi nangis," jawab Gavin sambil meremas kaleng bir yang sudah habis.

Melihat aksi Gavin meremas kaleng bir, Jea menggoyang-goyangkan kalengnya yang masih berisi bir. Jea menganga heran. Tadi Gavin seolah tidak mood untuk minum-minum, tetapi sekarang lihatlah betapa ganasnya cowok itu yang sekarang sudah membuka dua kaleng bir sekaligus.

"Lo gila," cetus Jea sambil melanjutkan meminum birnya.

"Lo juga gila," balas Gavin sambil terkekeh.

"Lo lebih gila."

"Lo lebih dari lebih gila."

"Lo lebih gila pakai banget."

"Oke, kita sama-sama gila," putus Gavin karena tidak akan ada habis-habisnya percakapan itu.

"Mari kita bergila-gila ria!" seru Jea sambil mengangkat birnya setinggi kepalanya. Kemudian Gavin pun menyatukan kaleng bir Jea dengan dua kaleng birnya sekaligus.

Setelah bersulang, mereka meminum bir seperti orang yang sangat kehausan. Malam ini mereka akan melepaskan segala rasa sakit mereka menggunakan alkohol. Biarlah saat mereka terbangun keesokan harinya mereka akan merasakan rasa sakit itu lagi.

"Gila, kita foto dulu, yuk!" ajak Jea sambil mengambil ponselnya yang sedari tadi dipakai untuk senter. Sementara Gavin juga mengambil ponselnya yang sekarang ia gunakan sebagai senter agar hasil fotonya lebih cerah.

"Kuylah, Gila."

"Taruh di mana nih, Gila?"

"Di sini aja, Gila."

Mereka saling menatap sejenak. Tak lama kemudian mereka tertawa terbahak-bahak saat menyadari mereka memanggil nama mereka masing-masing dengan sebutan 'Gila'.

"Lo gila ya," kata Jea di sela-sela tawanya.

"Sesama gila gak boleh saling ngatain."

"Hm … di sini?" tanya Jea sambil membenarkan posisi ponselnya yang dia sandarkan di vas bunga yang ada di meja itu.

"Iya. Eh gue gak kelihatan," kata Gavin sambil memepetkan posisi duduknya dengan Jea.

"Siap ya."

Jea hendak memencet tombol untuk foto, namun sepertinya cewek itu tidak sadar memencet tombol rekam dan akhirnya mereka berpose padahal ponsel Jea dalam mode rekam.

"Yang imut gini dong," kata Jea sambil berpose imut dengan memajukan bibirnya dan meletakkan kaleng bir di pipi. Sementara Gavin mau-mau saja mengikuti pose Jea.

"Ah udah ah. Gue males foto," kata Jea lalu menghabiskan bir di kaleng yang dipegangnya.

Mereka terus minum bir hingga tidak terasa bir mereka hampir habis dan sekarang hanya tersisa satu. Jea dan Gavin saling melirik dan tersenyum miring. Sedetik kemudian kaleng bir terakhir berpindah ke tangan Gavin dan membuat cowok itu tersenyum kemenangan karena ia lebih cepat dari Jea.

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang