Part 45

1.1K 58 14
                                    


Sudah tiga hari sejak kepergian Jea. Baik Riddan maupun Gavin tidak ada yang tahu dimana Jea berada sekarang. Ponsel Jea tidak aktif dan tidak ada petunjuk tentang keberadaan cewek itu.

Riddan dan Gavin selalu menyempatkan diri untuk menghubungi Jea, siapa tahu ponsel cewek itu aktif. Namun, walaupun sudah pagi, siang, dan malam berusaha menghubunginya, nomor Jea tetap tidak aktif.

"Apa dia pulang ke Australia?" tebak Gavin.

Riddan menoleh. "Enggak. Orang tuanya bilang Jea gak ada. Pasti dia masih di sini," sahut Riddan.

"Udah cari di hotel?" tanya Bianca yang tiba-tiba muncul sambil membawa camilan.

"Udah, tapi gak ketemu," jawab Gavin lesu. Ia mencomot camilan itu lalu memakannya dengan wajah cemberut.

"Udah semua?" tanya Bianca lagi.

"Belum sih," kata Gavin sambil cengengesan. "Hotel kan banyak. Masa harus ngecek semuanya," lanjutnya.

"Nah itu masalahnya, gak ada usaha," cibir Bianca.

Tiba-tiba Riddan berdiri. "Ayo!" ajak Riddan.

"Sekarang?" tanya Gavin. Ia menjilat remahan camilan yang ada di jari-jari tangannya hingga bersih.

"Jorok," cibir Bianca melihat Gavin yang bahkan tidak mencuci tangan sebelum memakan camilan dan sekarang malah menjilat jari-jarinya. Sementara Gavin hanya bisa cengar-cengir.

"Tahun depan." Riddan pun berjalan mendahului Gavin, tanpa pamit.

"Bianca, nyusul Riddan dulu ya. Kalau misalnya dapet kabar dari Jea, SMS aja," kata Gavin dengan cepat. Ia mengambil ponsel dan jaket yang ada di sofa.

"Masih zaman SMS-an? Udah ada WhatsApp kali," kata Bianca sambil terkekeh.

"Dih, iya-iya WhatsApp." Gavin melambaikan tangannya dan berlari menuju ke luar rumah.

Rupanya Riddan menunggunya di mobil. Gavin yang hendak melangkah menuju mobil Riddan pun terhenti saat ponsel yang dipegangnya mendapat notifikasi.

From Jea

RS. Medika, R. Kamboja
Jgn blng Riddan ato gw loncat jendela

Gavin terkejut melihat isi pesan itu. Jea ada di rumah sakit dan berarti sedang sakit. Gavin langsung berpikir yang tidak-tidak. Ia mengira Jea kecelakaan seperti waktu itu. Ia langsung menghubungi Jea, tetapi ponsel Jea kembali tidak aktif.

"Buruan, bego!" teriak Riddan karena Gavin malah diam menatap ponselnya.

"Dan, kita mencar aja. Biar lebih cepet ketemu," kata Gavin lalu berlari menuju rumahnya untuk mengambil mobilnya sendiri.

"Sialan lo! Tahu gitu gue gak nunggu lo!"

Gavin segera menuju Rumah Sakit Medika. Ia menuruti permintaan Jea agar tidak memberitahu Riddan.

***

"Belum loncat jendela lo?" tanya Gavin dengan nada kesal. Ia melihat Jea baik-baik dan sedang santai menonton YouTube dengan posisi tengkurap.

"Wellcome, Darling!" seru Jea sambil tersenyum lebar. Jauh dari yang Gavin bayangkan.

Gavin membayangkan Jea bermata bengkak dengan ingus dimana-mana dan tisu berserakan. Bahkan Gavin juga membayangkan Jea penuh luka.  Namun, nyatanya Jea baik-baik saja.

"What? Darling? Gak salah denger gue?" tanya Gavin terkejut. Jea mengangguk sambil memasang wajah sok imutnya. "Gila lo pasti, Je. Sakit hati bikin orang gila ya?"

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang