Part 22

843 109 98
                                    

"Za, duduk sana," suruh Riddan. Saza pun menurut dan duduk di sofa single. "Gue ke toilet dulu," kata Riddan, lalu pergi ke toilet yang ada di ruangan itu.

Setelah Riddan pergi, yang tersisa hanya Jea yang tiduran di ranjang, Saza yang duduk di sofa single, dan Gavin yang menatap Saza.

"Za, maaf ya kalau gara-gara gue kalian jadi batal ke puncak," kata Jea sambil menatap Jea dengan tatapan bersalah.

"Enggak papa kok, Kak. Kak Jea gak perlu merasa bersalah," ucap Saza sungkan.

"Eh Vin, gak usah mupeng gitu kali ngelihatin Saza. Malu sama tampang," cibir Jea karena Gavin tidak mengalihkan pandangannya dari Saza.

"Elah, ganggu lo, Je. Tumbenan loh gue suka sama cewek polos kayak Saza," ujar Gavin terang-terangan. Jangan tanya bagaimana reaksi Saza mendengar itu. Saza sudah gugup sejak baru memasuki ruangan itu dan sekarang malah tambah Gavin menggodanya. Tentu saja makin gugup. "Je, kira-kira dia mau gak ya kalau gue adopsi?" tanya Gavin pada dia.

"Adopsi apaan? Gak cocok lo jadi bapak-bapak."

"Adopsi jadi pacar dong. Pacar angkat gue," kata Gavin ngaur.

"Ngaco lo, Vin. Mana gue tahu. Tanya aja sendiri," ketus Jea heran karena Gavin malah bertanya padanya padahal jelas-jelas Saza ada di sana.

"Za, mau gak kalau lo diadopsi jadi pacar angkat gue?" tanya Gavin pada Saza yang sedari tadi menunduk gugup.

"Kak Gavin ngaco deh. Mana ada pacar angkat," kata Saza pelan.

"Ya kan—"

"Gue tahan loh dari tadi lo godain pacar gue. Jangan lo kira gue gak denger," sambar Riddan berbarengan dengan suara pintu kamar mandi yang terbuka. Ternyata sejak tadi Riddan menguping pembicaraan Gavin dan Saza.

"Sorry-sorry," kata Gavin cengengesan. Sementara Saza terlihat bersemu merah karena malu saat Riddan mengatakan 'pacar'.

"Za, mending gue anterin lo pulang. Gak aman lo di sini," kata Riddan menarik tangan Saza.

"Lo kok pulang sih?" tanya Jea kesal.

"Enggak pulang, Je. Gue nganterin dia doang. Nanti balik lagi kok," kata Riddan.

"Oh, ya udah."

"Lo juga pulang sana. Gue gak mau ya lo berduaan sama Jea di sini," kata Riddan mengusir Gavin.

"Kok gue diusir sih?" tanya Gavin tidak terima.

"Ya karena gue gak mau lo deket-deket sama Jea. Ngerti lo?"

"Bentar deh, Dan. Gue sebenernya gak tahan sama lo selalu gini sama gue. Apa sih salah gue? Kenapa lo ngelarang-larang gue deket sama Jea ataupun Saza? Kenapa lo benci sama gue?" ungkap Gavin mengeluarkan unek-uneknya. Tiba-tiba saja ia merasa sensitif dan tidak tahan diperlakukan seperti itu oleh Riddan yang notebanenya adalah kakak tirinya.

"Lo mau tahu alasannya?"

"Apa coba? Gue kan cuma mau berteman sama Jea. Kenapa lo ngelarang-larang gue deket sama Jea? Why?"

"Gue benci sama lo."

"Apa alasannya, Dan?" tanya Gavin sedikit kesal karena Riddan bertele-tele.

"Gue ngelarang lo deketin Jea karena lo playboy dan gue gak mau Jea cinta sama cowok playboy kayak lo. Gue gak suka lo godain Saza karena dia pacar gue. Ngerti lo?"

"Oke itu bisa diterima. Tapi lo benci gue sejak orangtua kita nikah loh. Alasannya apa? Lo gak suka nyokap gue? Lo gak suka bokap lo nikah lagi?"

"Bisa gak jangan bawa masalah keluarga di sini?"

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang