Hari ini, entah kenapa kota ini terasa sangat panas. Saking panasnya membuat orang-orang tidak betah berjalan kaki dan memilih untuk naik kendaraan yang menyebabkan polusi semakin bertambah.Berbeda dengan perempuan bertubuh mungil dan berponi itu. Ia dengan senang hati berjalan trotoar sambil mendengarkan lagu lewat handset. Sesekali ia ikut menyenandungkan lagu itu sampai-sampai ia tidak sadar ada seseorang di belakangnya yang mengikutinya diam-diam.
"Untuk apa untuk apa cinta tanpa kejujuran. Untuk apa cinta tanpa perbuatan. Tak ada artinya."
"Untuk apa untuk apa cinta tanpa pembuktian— Aaaaa!!!" Sontak perempuan berponi itu terkejut karena tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Ia pun menatap orang yang menepuk bahunya. "Kak Riddan, bikin kaget aja," kata Saza sambil mencopot handset-nya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Maaf. Lagian lo gak tahu apa cuacanya panas gini. Kok jalan kaki sih? Kan bisa pakai angkot atau gue anterin," kata Riddan lalu berjalan mendahului Saza. Saza pun menyusul Riddan dan menyeimbangkan langkah kecilnya dengan langkah besar Riddan.
"Rumah aku kan deket. Pemborosan uang namanya kalau aku naik angkot," ucap Saza. Melihat Saza kewalahan mengikuti langkahnya, Riddan melambatkan jalannya. Ia hanya menanggapi ucapan Saza dengan gumaman. "Kak Riddan kok jalan? Mobilnya mana?" tanya Saza.
"Gue tinggal di kampus. Tadi gue lihat lo udah mau pulang, jadi gue ngikutin lo. Lupa sama mobil masih di kampus," kata Riddan sambil terkekeh. Saza pun ikut terkekeh mendengar kecerobohan Riddan yang meninggalkan mobilnya di kampus. "Za," panggil Riddan.
"Iya?"
"Lagu tadi ... nyindir gue, ya?"
Saza langsung tertawa mendengar pertanyaan Riddan. "Ya enggaklah. Kebetulan aja keputer lagu itu," bantah Saza.
"Riddan!" teriak seseorang dari dalam mobil yang tiba-tiba berhenti di samping mereka.
"Jea? Lo ngapain sama Gavin?" tanya Riddan sambil berjalan menghampiri mobil milik Gavin. Sementara Gavin hanya cengar-cengir dan membuat Riddan ingin memukul wajah Gavin agar tidak cengar-cengir menyebalkan seperti itu lagi.
"Lo 'kan bawa mobil. Mobil lo mana?" tanya Jea sambil menatap Saza yang juga menatapnya takut-takut.
"Eh ... anu ...." Riddan tidak bisa menjawab dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Jea langsung tahu Riddan sedang salah tingkah.
"Cepetan masuk," perintah Jea.
"Tapi Saza—"
"Aku duluan ya, Kak," kata Saza cepat lalu melangkah dengan cepat menjauhi mereka. Riddan memandang punggung Saza yang mulai terlihat mengecil. Saking fokusnya menatap Saza, Riddan tidak mengetahui Jea juga menatapnya.
"Cepetan!" pekik Jea menyadarkan Riddan dari lamunannya. Riddan pun masuk ke mobil milik Gavin tanpa berkata apa-apa lagi.
"Gue tadi mau ngajak lo shopping, tapi lo belum pulang. Jadi gue ketemu Gavin," kata Jea sambil melirik Riddan dari kaca spion.
"Harusnya lo tunggu gue."
"Lo suka banget ya sama Saza?" tanya Jea.
"Kenapa sih lo nanya itu, Je?" tanya Riddan balik.
"Kenapa? Gue gak boleh tahu?"
"Lo udah tahu jawabannya. Harusnya gak nanya lagi," kata Riddan. Jea langsung terdiam mendengar itu. Ia tidak lagi berkata apa-apa dan hanya melamun dalam perjalanan.
"Jadi shopping kan?" tanya Gavin memecahkan keheningan.
"Gak usah. Balik pulang aja. Gue gak mood," kata Jea. Mau tidak mau Gavin menuruti kemauan Jea. Melihat Jea yang sedang dalam kondisi badmood, Gavin tidak mau kena amuk karena ia mencari masalah dengan Jea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impromptu Couple (END)
RomansaJea adalah sahabat Riddan. Sementara Saza adalah gadis yang disukai Riddan. Jea tidak suka dengan gadis itu karena merebut Riddan darinya. Kemudian Jea bekerjasama dengan Gavin yang katanya suka pada Saza. Mereka ingin menghancurkan hubungan Riddan...