Part 43

1K 59 7
                                    

"Pacar?"

"Riddan?"

"Kalian pacaran?" tanya Riddan.

Jea dan Gavin menjawab dengan serentak.

"Enggak!"

"Iya!"

"Lo jangan mainin Jea, Vin! Gue gak terima!" bentak Riddan sambil menunjuk wajah Gavin.

"Gak terima? Emang lo siapanya Jea? Pacarnya?" tanya Gavin dengan wajah menantang. Kini ia sudah berdiri di depan Riddan dan membuat Riddan makin terlihat marah.

"Gue sahabatnya Jea dan Jea itu berharga buat gue. Jangan harap lo bisa sama Jea," kata Riddan sambil menunjuk wajah Gavin dan berakhir mendorong Gavin menggunakan telunjuknya itu. Dengan segera Gavin menepisnya.

"Egois."

"Apa lo bilang?"

"Egois!"

"Maksud lo apa bilang gue egois?" Lantas Riddan mendorong Gavin dengan keras hingga Gavin oleng.

"Pilih salah satu, Riddan. Jea atau Saza?" ujar Gavin penuh penekanan.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue?"

"Gue suka sama cewek lo. Mau apa lo? Eh maksudnya mantan," kata Gavin sambil tersenyum miring.

"Apa?" Riddan mencengkeram baju Gavin dengan erat dan memandang Gavin dengan marah. "Ngomong sekali lagi lo!" teriak Riddan.

"Gue suka sama Saza!" teriak Gavin dengan lantang. Riddan langsung memukul wajah Gavin hingga Gavin meringis kesakitan.

"Riddan!" teriak Jea agar Riddan tidak meneruskan memukul Gavin. Jea menghampiri Riddan dan menyeret cowok itu menjauh dari Gavin.

"Lo ngapain sih marah-marah gini? Gak guna tahu!" bentak Jea kesal. Kini mereka ada di dalam kamar Jea.

"Gue gak mau ya lo pacaran sama cowok brengsek kayak dia."

"Emang kenapa, Dan? Gue aja bolehin lo pacaran sama cewek munafik kayak Saza," kata Jea tanpa sadar. Ia memandang ke arah lain dan tidak mau menatap Riddan.

"Gue putus sama Saza itu ada campur tangan lo, Je?" tanya Riddan tak terduga. Jea membelalakkan matanya karena terkejut. "Ternyata bener," lanjut Riddan.

"Kalau iya, kenapa? Gue juga gak suka lo pacaran sama cewek munafik kayak Saza. Gue cinta lo, Riddan. Lo selamanya milik gue dan gak ada yang boleh milikin lo selain gue. Paham?"

Riddan sudah terlanjur tahu dan Jea tidak perlu lagi berpura-pura, bukan?

"Kenapa lo baru ngasih tahu sekarang, Je? Kenapa di saat gue cinta banget sama Saza, lo malah berubah pikiran? Gue udah pernah bilang ke lo kalau gue bakal jauhin Saza kalau lo gak suka," kata Riddan sambil menatap Jea dengan tatapan kecewa. "Lo harusnya bilang kalau lo cinta sama gue sebelum gue pacaran sama cewek lain."

"Kalau seandainya gue bilang, apa lo bakalan cinta sama gue? Gue tahu lo gak pernah nganggep gue sebagai cewek, Dan! Gue tahu lo cuma nganggep gue sahabat! Gue tahu! Buat apa gue nyatain cinta kalau akhirnya lo gak bakalan pernah cinta sama gue?" teriak Jea dengan kesal.

Wajahnya memerah dan air mata membasahi pipinya. Kemudian Jea menarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Keluar sudah unek-unek yang selama ini ia tahan sekuat tenaga.

"Terus sekarang lo mau apa?"

"Gue mau lo jauh dari Saza dan nikah sama gue. Gue udah bilang ke orang tua lo sama Kakek. Kita nikah setelah wisuda," kata Jea sambil berjalan mendekati Riddan. Namun, Riddan malah mundur, seolah-olah tidak mengizinkan Jea untuk mendekat.

Impromptu Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang