Angin malam menembus kulit putih wanita yang tengah duduk diantara dekorasi taman yang indah dengan kombinasi warna ungu dan hijau membuatnya begitu tenang. Ia menatap tiap-tiap sudut taman dengan rasa heran dan ketakutan. Ia takut laki-laki itu akan nekat dan melontarkan pernyataan yang bahkan ia sendiri tak tahu jawaban atas pertanyaan itu.
Ia menghela napasnya pelan, dan berusaha berfikir positif. Ia mencoba menerka-nerka hal lain, namun ia tak kunjung menemukan hal itu, ia masih sangat ketakutan.
Tak lama suara derap langkah mulai terdengar olehnya, ia masih kaku dan belum siap menatap wajahnya membuat ia menutup matanya dengan rasa yang sudah tak keruan. Langkahnya semakin dekat bahkan sekarang tangan itu mulai menyentuh pundaknya, membuat Saura membuka bolamatanya.
"Kak Ara," ucap wanita itu dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Wanita itu duduk di sebelah Saura membuat Saura begitu legah.
"Ka... kamu?"
"Kak Saura kenapa? Kok mukanya kayak ketakutan gitu?" Tanya Hani.
"Hah? E... eng--gak kok. Kakak kira kamu--"
"Bang Fajar?" Hani menatap Saura intens membuat saura gugup.
"Hayo ngaku! Kakak ngiranya pasti aku Bang Fajar, kan?""Kakak..."
"Kak, aku mau ngomong sesuatu, boleh?" Ucap Hani membuka suaranya.
"Sesuatu? Apa? Kamu disuruh Fajar? Fajarnya mana?" Tanya Saura gelagapan.
"Kak... santai aja kali, kita kan cuma berdua. Bang Fajar gak kesini mangkannya aku yang dateng, daripada kakak duduk sendirian disini," Terangnya.
"Ka... kamu serius?"
Hani menganggukan kepalanya."Kakak pernah suka sama cowok gak?"
"Hah? Ka... kamu kenapa tanya itu?"
"Kak, santai aja gak usah parno gitu!" Ucap Hani sembari tertawa ringan.
"Aku cuma mau minta saran kakak aja kok. Soalnya belakangan ini aku lagi suka sama cowok," ucap Hani.Saura menarik napasnya pelan, mencoba rilex dan mulai membuka suara. "Dengan umur kakak yang udah segini, rasanya munafik banget kalau kakak bilang belum pernah suka sama cowok."
"Ooh gitu. Kakak udah pernah pacaran?"
"Sudah."
"Salah gak sih kalau aku suka sama masalalu aku sendiri?"
"Maksud kamu, kamu suka sama mantan kamu sendiri?"
"Iya kak. Salah ya?"
"Menurut kakak, itu bukan suatu kesalahan. Mencintai itu memang sudah menjadi tabiat seorang manusia. Itu wajar, dan kan kita sebagai manusia gak bisa atur diri kita untuk suka dan mencintai siapa."
"Tapi kak, belakangan ini ada laki-laki yang setiap harinya dengan terang-terangan ungkapin perasaannya sama aku padahal dia tau aku masih mencintai masalalu aku. Tapi dia seolah gak peduli, dia tetap bersikeras dapetin cinta aku. Aku benar-benar gak bisa kak terima dia karena aku tau cinta itu gak bisa dipaksa. Temen aku bahkan bang Fajar nyuruh aku buat terima dia, tapi aku gak pernah bisa, aku takut dengan aku memaksakan semuanya nantinya malah akan menyakiti perasaan dia."
"Han, kamu benar, cinta itu gak bisa dipaksain. Semakin kamu paksa akan semakin terasa sakit, berusahalah terima semuanya, cinta kamu dan diri kamu, lakukan apa yang harus kamu lakukan dan tinggalkan apa yang harus kamu tinggalkan. Ambil keputusan dengan bijak tanpa menyakiti siapapun."
Hani tersenyum, ia merasa puas dengan jawaban yag diberikan Saura. Hani memeluk Saura dan keduanya larut dalam pelukan.
"Yang aku rasain sekarang adalah yang Bang Fajar rasain juga Kak," ucap Hani yang masih dalam pelukan Saura. Saura terhenyak dan mulai melepaskan pelukannya.
"Ma... maksud kamu?"
"Sekeras apapun kakak berusaha mempersatukan Bang fajar dengan Kak Shina, gak akan bisa, kalau sementara hati Bang Fajar untuk Kak Saura."
"Han, kamu gak akan ngerti!"
"Aku ngerti kak. Dengan kakak bilang bahwa cinta gak bisa dipaksain, dengan kakak bilang bahwa mencintai adalah tabiat seorang manusia, dengan kalak bilang bahwa kita gak bisa atur dengan siapa kita harus jatuh cinta, harusnya kakak ngerti juga apa yang dirasain Bang Fajar."
"Jadi lo harus tau Sa, bahwa gue mencintai lo dan bukan Shina. Bahwa hati gue untuk lo dan bukan untuk Shina. Putuskan sekarang Sa, agar gue tahu apa yang harus gue lakuin kedepannya walaupun gue mau kita sama-sama dengan lo jadi pacar gue," ucap Fajar yang tiba-tiba muncul dari belakang Saura.
Fajar begitu terlihat gagah dengan setelan jas hitam dan celana jeans yang begitu melekat di tubuhnya, dan seikat bunga yang ia bawa semakin menambah ketampanannya.
Saura terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ia menatap Fajar sebentar sebelum kemudian ia menunduk dan menangis.
"Jar, aku gak bisa bohongin perasaan aku lagi," ucap Saura tanpa menatap Fajar dan terus menangis.
"Aku suka kamu Jar, aku mencintai kamu bahkan sebelum kamu suka aku."
Saura masih mengontrol dirinya, ia seolah terkejut dengan apa yang ia katakan.
Mendengar itu, Fajar tersenyum penuh kemenangan, ia duduk disebelah Saura yang semula ditempati oleh Hani. Fajar menatap mata Saura kemudian menghapus airmatanya."Gak ada alasan lagi buat lo gak terima cinta gue Sa," tutur Fajar lembut.
"Sa, lo putuskan sekarang, apa yang--""Aku mau!" Ucap Saura terdengar terburu-buru.
"Sa--"
"Aku mau Jar, aku mau jadi pacar kamu!"
Fajar tersenyum, begitupun dengan Hani yang merasa senang, akhirnya ia menyaksikan terbalasnya cinta Fajar yang cukup lama Fajar simpan sendirian. Fajar memeluk Saura begit erat, tanda bahwa ia benar-benar senang, tanda bahwa mulai saat ini Saura adalah miliknya, wanitanya.
Author note:
Aw!! Gue sebagai wanita yang memiliki hati dan perasaan gue merasa tersayat menulis part ini. Sungguh gue gabisa kuatkan hati gue buat gak baper☺.
WOII KETERLALUAN LO KALO GAK BAPER MAYGAAATTT😣.
MAU JUGA GUE PUNYA DOI CEM FAJAR TUUU EW😢.
UDAHLAH YAAAA HEMMM
GUE PAMIT, DAN MAACI UDAH BACAAAA!See u next chapter!
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
LETS BE MY GIRLFRIEND [ON-GOING]
JugendliteraturJANGAN LUPA BUAT REKOMENDASIIN CERITA INI❤ Cover by: moodcewekk "Tamu adalah raja." "Gue gak pernah anggap lo tamu di rumah ini." "Terus apa? Pacar? Suami?" Goda Arkan. "Ish. Kenapa sih gue harus ketemu sama orang se nyebelin lo?" "Kenapa sih gue ha...