PART 17-Anak Baru-

0 0 0
                                    

Laki-laki itu mendongkak, kemudian menatap kearahnya tajam. Yori sempat kaget namun ia berusaha sebaik mungkin terlihat biasa saja di depan pria itu.

"Gi... gimana? Lo tau kelasnya dimana?" Tanya Yori dengan canggung.

"Ikut gue," jawab pria itu kemudian berjalan dengan tenang. Yori mengikuti pria itu dengan perasaan takut.

Yori melihat laki-laki itu mengentikan langkahnya di depan ruangan kelas. Yori rasa ini adalah kelas barunya. Laki-laki itu mengajaknya masuk ke dalam kelas. Yori pun mengikutinya dari belakang.

Kelas yang tadinya riuh tiba-tiba terdengar senyap. Yori dibingungkan oleh suasana ini, ia pun merasa sangat tidak percaya diri. Yori melihat siswa-siswi di kelas itu menatapnya heran. Sesekali terdengar bisikan-bisikan mereka.

"Pacar baru Fathan."
"Ah, gak mungkin itu gebetan Fathan."
"Kok Fathan mau sih sama cewek itu?"
"Gue rasa pacar Fathan akan satu kelas dengan kita. Cih, gue gak rela!"

Dan lainnya. Yori semakin bingung saat ia ingin membuka suaranya, tiba-tiba laki-laki itu menyela.

"Dia anak baru, gue cuma antar dia," ucap laki-laki itu dengan cepat.

Laki-laki itu kemudian keluar namun Yori belum sempat mengucapkan terima kasih padanya. Untuk itu, Yori mengejarnya.

"Tunggu. Gue mau ucapin terima kasih sama lo," ucap Yori terbata.

"Oke," jawabnya singkat.

"Lo Fathan? Pasti lo Most Wanted di sekolah ini ya? Maaf gue lancang minta bantuan lo," tutur Yori.

"Gak apa-apa," ucap Fathan kemudian melanjutkan langkahnya.

Yori berdecak kesal. Pasalnya, baru kali ini ia menemukan laki-laki se-dingin itu yang baru ia temukan di sekolah barunya.

Saat ia ingin masuk kelas, tiba-tiba pesan masuk di layar handphonenya

+628**********
Gue Arini, istirahat nanti makan di kantin ya Yor. See you.

Yori menutup telponnya kemudian memberanikan diri untuk kembali masuk ke dalam kelas barunya.

***

"Gimana? Kelasnya nyaman?" Tanya Hani sambil memakan batagor kesukannya.

"Ya... gitu deh. Mungkin karena baru pertamakali gue di sekolah ini, jadi gue belum merasa nyaman," ucap Yori.

"Gak nyaman? Apa yang bikin lo gak nyaman di sekolah se-elite ini?" Tambah Arini.

"Sekolahnya sih nyaman, cuman gue belum bisa adaptasi aja sama orang-orang disini."

"Kok bisa? Ada yang jahatin lo? Atau bully lo?"

"Nggak. Jadi ceritanya tuh tadi gue kebingungan cari kelas, karena jujur aja ini sekolah gede banget. Karena gue bingung, makannya gue tanya sama orang yang baru keluar dari ruang osis, akhirnya dia anter gue sampe kelas, eh pas masuk orang-orang di dalam kelas natap gue sinis banget. Heran gue," terang Yori dengan detail.

"Kok bisa? Emang yang anter lo siapa?" Tanya Hani antusias.

"Dia namanya Fa...siapa ya, emm Fat--han kalau gak salah, tapi gue gatau persis namanya sih."

"APA?" Jerit Hani dan Arini bersamaan.

"Pantesan aja seisi kelas sinisin lo. Gue aja kalau liat lo dianter Fathan gue akan sandera lo!" Ucap Arini.

"Baik banget emang Fathan. Dia emang dingin tapi hatinya lembut bagai kain sutera," gumam Hani.

"Kenapa sih kalian ini? Emang seberapa terkenalnya Fathan sih? Gue liat orangnya biasa aja--"

"What?? Lo bilang biasa aja? Mata lo katarak?" Sergah Arini tak terima.

"Di LA banyak yang lebih ganteng dari dia tahu!"

"Gilak lo ya! Semut aja mengakui ketampanan Fathan kenapa lo enggak?" Tanya Hani.

"Karena otak gue gak sekecil semut!" Timpal Yori percaya diri.

"Tapi mata lo lebih kecil dari semut sampai-sampai lo gak bisa liat kharisma seorang Fathan Denandra," ucap Hani.

"Fathan Most Wanted di sekolah ini ya? Makannya kalian segila itu ngomingin dia?"

"Iya Yor. Fathan itu kelas IPA 3. Dia ketua osis, ganteng, baik dan--"

"Ah, udahlah. Gue gak peduli. Gue mau bayar makanannya dulu," ucap Yori kemudian pergi dari tempat duduknya.

"Yor bayarin punya gue sekalian!" Ucap Hani.
"Gue juga!" Tambah Arini.

***

Hani, Arini dan Yori mendatangi sebuah tempat minum kopi terkenal di Jakarta. Hari ini mereka jadikan sebagai hari perayaan kembalinya Yori dalam persahabatan keduanya. Mereka bertiga pergi menggunakan mobil Hani karena mobil Yori masih dalam proses perbaikan di bengkel.

"Lo gila sih kalo lupa tempat ini," ucap Arini sambil terus berjalan ke dalam kafe.

"Mana mungkin gue lupa tempat tongkrongan legend zaman SMP ini," sahut Yori sambil menarik kursi untuk ia duduki.

Hani duduk di kursi yang biasa ia tempati. Hani menghela napasnya pelan, pikirannya berputar liar, memikirkan sosok yang sampai saat ini tak kunjung hilang dalam dirinya dan kejadian itu, kejadian yang justru menjadi malapetaka baginya hingga sampai saat ini.
Ya, Langit.

Yori terlihat merogoh ponsel dalam tasnya kemudian melakukan siaran langsung di instagram miliknya. Ya, Yori memang memiliki begitu banyak followers, eksistensinya di media sosial sudah tidak bisa diragukan lagi.

"Hallo guys! Welcome back," ucap Yori sambil mengatur kamera ponselnya.
"Jadi, kali ini akhirnya gue bisa kumpul lagi sama temen-temen SMP gue guys. Kenalin, ini Hani," ucapnya sambil mengarahkan kameranya kearah Hani. "Dan ini Arini guys. Kita lagi ada di Kafe Lani. Jadi waktu kita zaman SMP dulu kita sering kesini hampir setiap pulang sekolah, bedanya, waktu itu namanya bukan Kafe Lani melainkan Home Kafe. Tapi, of course, kita gak permasalahin apapun itu yang penting kita semua bisa balik ke Kafe ini dengan nuansa yang masih sama," oceh Yori. Sedari tadi Hani dan Arini hanya tersenyum melayani Yori yang sedang sibuk live di instagram pribadinya yang memiliki followers lebih dari 500 ribu itu.

A/N:

Makasih ya!

Instagram Yori on process guys. Nanti kalian harus bgt follow!

@Yorinadilaa_

Rencananya itu akan jadi username ig Yori guys wkwk. Stay tune!

LETS BE MY GIRLFRIEND [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang