Taman kota menjadi destinasi penutup dari kegiatan jalan santai sorenya guna melepas penat pekerjaan yang memusingkan kepala. Pria berusia tigapuluh lima tahun itu lalu duduk pada bangku batu dan bersandar begitu nyaman. Ramai orang membuat senyumnya tertarik sendiri. Jatuh bunga dari pohon kemudian mengenai kepala yang mana membuatnya terlonjak kaget, lalu tertawa kecil-merasa lucu sebab kaget hanya karena sekelopak bunga. Pria itu menoleh ke belakang. Bunga sakura mulai mekar memenuhi pohon, menjadi tanda semi sudah tiba. Hangatnya ikut menghangatkan hatinya. Kembali pria itu bersandar pada sandaran setelah bunga diselipkan pada telinga.
Semilir lembut angin yang berhembus mendatangkan kantuk. Pria itu lalu memejamkan mata dan siap menjemput mimpi walau diri ada di muka publik. Tapi, seperti tak diizinkan, sebuah bola mengenai kakinya sehingga dia kembali terkejut. Tidurnya gagal begitu saja. Dia mengambil bola itu dan mencari pemiliknya. Sepertinya anak kecil yang tengah berlari ke arahnya sekarang merupakan si pemilik bola. Dan benar tebakannya, karena anak kecil itu berhenti di hadapan. "Maaf, bola milikku mengganggumu tidur."
Pria itu menggeleng. Tubuhnya dibungkukkan sejajar dengan kepala si anak kecil. "Tidak apa-apa." Bola disodorkan. "Ini milikmu."
Anak kecil itu menerimanya dengan senyum lebar. "Terima kasih!"
"Chenle!"
"Papa!" Anak kecil itu menyahut.
Walau tahun terus berlalu, dia tetap mengenali suara ini; suara semanis madu yang dulu memanggilnya begitu lembut. Suara semanis madu yang dulu selalu menyebabkan getaran di dada. Pria itu lantas menoleh cepat pada asal suara. Terdapat sosok dewasa dan anggun dengan rambut coklat dibiarkan memanjang mendekat padanya. Getaran lama kembali tercipta. Senyum kecilnya dibalas keterkejutan.
"Jeno?"
Pria itu tersenyum. "Lama tidak bertemu, Renjun."
Siapa yang mengira mereka bertemu setelah sekian lama?
Tidak ada yang mengira, sebab semua Tuhan yang merencanakan.
Sebab takdirnya, dua orang yang dulu saling mencinta itu kembali saling menyapa.
Selesai
Yey selesai! Makasih banyak semua!
With luv, Ciyaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee Mate
FanfictionGurat takdir Tuhan mempertemukan kita di meja kotak dua kursi dekat kaca dengan pemandangan jalan yang tak pernah ingin sepi. Larut kita dalam berbagi kata sampai tak sadar kita juga berbagi rasa. © 2020 - Njuneoclear a.k.a Ciya (Biasakan melihat ta...