Senin pagi, aku bangun lebih awal buat siap-siap masuk store lagi setelah hampir dua minggu kerja di rumah sambil istirahat tepatnya istirahatin hati yang selalu dihantui bayang-bayang Rafa.
Selama dua minggu banyak sekali manfaat yang aku dapatkan diantaranya banyak luangin waktu buat menyendiri, kumpul dengan keluarga setiap malam dan setiap akhir pekan jalan-jalan keliling Bandung bersama keluarga.
Dalam waktu dua minggu mungkin sudah cukup untuk nata hati kembali dan hari ini aku udah cukup siap dan kuat buat lanjutin hidup aku lagi karena setelah aku pikir-pikir, tidak ada manfaatnya juga ngingat terus masa lalu yang jelas-jelas sudah menyakitiku.
"Cantiknya anak ibu" Ibu tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dan hampiri aku yang tengah sibuk menata kerudung.
Aku tersenyum kepada ibu lewat cermin "Ibu bisa aja"
"Bener sayang, kamu cantik" pujinya.
Aku kembali tersenyum, lebih tepatnya senyum ke arah salah tingkah. ya, begitulah perempuan kalau di puji pasti bawaannya salah tingkah.
Bener kan? ngaku aja!
"Yakin mau masuk hari ini?" tanya ibu kepadaku setelah aku beritahu ibu kalau aku mau balik lagi kerja di store.
"Yakin dong bu, lagian Novi udah ngerasa bosan di rumah terus, kangen anak-anak juga" jawabku diangguki ibu.
"Yasudah kalau itu udah keputusanmu, ibu gak bisa maksa kamu" ucap ibu kepadaku.
"Iya bu, lagian Novi juga punya tanggung jawab lain, Novi punya anak-anak yang harus Novi pikirkan mereka dan Novi gak boleh egois untuk itu, masa iya anak-anak harus ngertiin Novi sedangkan Novi enggak ikut ngertiin mereka"
Ibu mengusap puncak kerudungku dengan sayang "Bagus kalau gitu"
"Yaudah ibu ijinin kamu buat pergi lagi"
"Makasih bu" aku tersenyum tipis kepada ibu.
"Oh iya, bawaan yang ibu siapkan kemarin udah Bagus masukin tadi ke bagasi mobil kamu" ingat ibu kepadaku.
"Makasih bu, maafin Novi ya bu, kalau Novi balik ke Jakarta pasti bikin repot ibu" Aku merasa tidak enak terus membuat ibu repot karena setiap pulang ke Jakarta pasti ibu selalu siapkan bawaan buatku terutama makanan, pasti ibu siapkan makanan buat jadi oleh-oleh saat balik ke Jakarta.
Ibu menggelengkan kepala "Gak sayang, sama sekali gak repotin, malahan ibu seneng karena setiap oleh-oleh yang ibu buat selalu diterima dengan baik apalagi sama anak buah kamu, mereka selalu rusuh kalau rebutan masakan ibu"
Emang bener sih, setiap aku bawa oleh-oleh dari Bandung hasil karya tangan ibu pasti jadi bahan rusuh dan rebutan anak-anak karena kata mereka makanan buatan ibu gak pernah gagal mampir di mulut dan ngenyangin perut.
Dasar anak-anak, bahasa mereka ada-ada aja dan aku udah kangen buat ketemu mereka semua apalagi ketemu Agnes yang dua minggu lalu pernah hibur aku dengan jogetan ala Agnes Monica yang bikin aku ketawa sendiri jika mengingat jogetan Agnes saat nyanyi tak ada logika.
"Ayo lagi mikirin apa?" Tanya Bagus begitu ia nangkap basah aku tengah tertawa sendiri.
"Idih kepo aja" kataku pada Bagus.
Bagus tertawa "Kirain lagi mikirin gebetan baru" kata Bagus.
Aku mesem sendiri saat Bagus ngomong soal gebetan, emangnya dapat gebetan baru seperti beli barang apa? mudah sekali buat dicari dan mudah didapetinnya.
"Maaf mas punya gebetan bukan seperti beli sendal capit, mudah dicari dan didapatkan" celetukku kepada Bagus membuat Bagus terkekeh.
"Mbak Novi bisa aja" katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AWAL (TAMAT)
RomanceIni adalah Awal. Awal perjalanan kisah cinta dari aku dan kamu yang entah akan berakhir seperti apa nantinya. ____ Novi Khairunissa ____