Setelah mendengar dari Bagus kalau Rafa datang ke rumah dinasnya abang, jujur, darisana pikiranku terus tertuju pada Rafa. Aku berpikir, jika Rafa sudah berani datang ke rumah abang, lantas kenapa ia tidak masuk dan malah pergi lagi, pikiranku tentang Rafa tidak berhenti sampai sana, ada lagi yang lebih aku pikirkan yaitu dimana Rafa sekarang, aku hubungi Rafa beberapa kali tidak diangkat-angkat olehnya.
Please, Raf. Sekali aja. Kamu angkat panggilanku.
Harusnya aku yang marah pada kamu bukannya kamu yang marah.
Kamu ketemu perempuan lain, aku masih bisa berpura-pura baik seolah gak terjadi apa-apa. Lalu dengan kamu? Aku bahkan tidak melakukan kesalah apapun kepada kamu, Raf.
"Nak, makan dulu. Yuk" Ibu tiba-tiba ada di belakangku dan menyentuh pundakku.
Aku mengalihkan perhatianku kepada ibu "entar aja, bu. Novi belum laper" kataku.
Ibu mengusap pundakku "kamu kenapa? Sedari tadi, ibu perhatiin kamu terus diem aja di kamar" tananya.
Aku menggelengkan kepala sembari tersenyum "gak ada apa-apa kok, bu"
"Bener?" Tanya ibu sekali lagi.
Memang bener ya, insting ibu soal anaknya gak pernah salah.
Aku menghembuskan nafas kasarku "Rafa, bu" pada akhirnya aku sebutkan nama laki-laki itu.
Ibu duduk disampingku "kenapa dengan Rafa, hmm?" Tanyanya.
Aku menatap ibu "tadi Rafa kesini"
Ibu tampak terkejut mendengarkan ucapanku barusan "benarkah?"
Aku menganggukan kepala.
"Lalu? Kenapa Rafa gak temuin kita?" Tanya ibu lagi.
Aku menggelengkan kepala "entah lah bu, aku juga gak tahu. Aku juga tahu Rafa kesini dikasih tahu mas Bagus"
"Jadi Bagus yang lihat Rafa?" Tanya Ibu.
"Iya, mas Bagus yang lihat Rafa tapi kata mas Bagus, Rafa pergi lagi saat melihat kita lagi ngobrol sama om Adi, bu" kataku.
"Menurut ibu Rafa kenapa?" Tanyaku.
Ibu tampak berpikir "mungkin Rafa ada keperluan lain kali, nak"
Benarkah? Keperluan apa ya? Tumben Rafa gak ngasih tahu. Biasanya dia dikit-dikit ngasih tahu tanpa aku tanya, kecuali kalau ada urusan sama temannya yang deket itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Maya. Kayaknya kalau yang satu itu gak suka Rafa bagikan infonya kepadaku.
"Yasudah, nanti tanya sama Rafa kalau Rafa udah bisa dihubungi, kalau dia salah paham jelasin dengan baik-baik" kata ibu mencoba menasihati aku.
"Iya, bu"
"Yaudah sekarang makan, yuk. Anak ibu belum makan-makan lho dari tadi" ajak ibu kepadaku.
Aku mengangguk mengikuti ajakan ibu. Lagian aku juga udah ngerasa lapar saat selesai mencurahkan segala pikiranku kepada ibu.
***
Udah hari ketiga Rafa ngilang gitu aja tanpa memberitahu kabar kepadaku dan tiga hari pula pikiranku terus gundah gulana memikirkan dia. Memikirkan bagaimana kabarnya, apa dia baik-baik aja, sedang apa dia, dan udah makan atau belum, itu yang aku pikirkan selalu tentangnya.
"Mbak Nov, jadi review gak nanti?" Tanya Cantika membawaku kembali ke alam kenyataan.
"Eh, iya. Jadi, jadi" kataku sambil melihatnya.
Cantika menatapku dengan tatapan penuh tanya "Mbak baik-baik aja, kan?" Tanyanya.
"Baik, emang kenapa?" Aku nanya balik.

KAMU SEDANG MEMBACA
AWAL (TAMAT)
RomantizmIni adalah Awal. Awal perjalanan kisah cinta dari aku dan kamu yang entah akan berakhir seperti apa nantinya. ____ Novi Khairunissa ____