06

23.7K 1.9K 136
                                    


Di sebuah restoran berkelas yang sudah didatangi berbagai kalangan artis kelas atas itu tampak ramai sekali seperti biasanya dan lagi ini jam makan siang jadi, tidak heran banyak orang kantoran yang datang makan di sini.

Sebuah gerutuan terdengar dari salah satu pelayan yang tengah menata nampan yang akan dibawa ke meja pengunjung VIP. Bisa dilihat semua orang sibuk karena Salah satu pelayan terbaik yang bekerja disini tidak bisa masuk entah karena apa.

"Hahh... Seandainya saja Si Jennie ada, Pasti kita tidak kelabakan seperti ini". Desahnya sambil mengambil nampan berisi pesanan itu dan berjalan menuju lantai VIP.

Hanbin yang bertugas sebagai bertender yang mencatat semua pesanan pengunjung itu terdiam mendengar ucapan teman kerjanya itu. Dia pun juga berpikiran seperti itu. Sudah tiga hari Jennie menghilang dan tidak ada kabar sama sekali.

Tidak bisa dipercaya. Hanbin bahkan sempat menawarkan tumpangan pada pujaan hatinya itu untuk diantar pulang tapi, Jennie malah menolak dengan halus.

Dan Hanbin tentu tidak mau memaksa jadi berakhir dia pulang membiarkan Gadis itu pulang sendiri sesuai keinginannya. Tapi-Menyadari bahwa gadis pujaan hatinya itu Pergi entah kemana membuat Hanbin begitu khawatir. Dan sekarang dia berusaha mencari Jennie atas bantuan anak buahnya.

"Hanbin kau dipanggil sajangnim ke ruangannya". Ucap Lisa salah satu pelayan di restoran ini sekaligus sahabat jennie yang merupakan sahabat Hanbin juga.

Hanbin segera mengangguk dan segera pergi ke ruangan bosnya. Ia tentu sudah tau maksud dari panggilan Sajang-nim padanya.

"Ada apa sajangnim?". Ucap hanbin setelah menutup pintu bertanya sekedar basa basi.

"Apa sudah ada kabar soal jennie?". Hanbin tersenyum sendu mendengarnya.

"Belum Sajangnim".

"Kemana dia sebenarnya?". Ucap Pria paruh baya itu memijit pelipisnya. Jennie itu sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Mulai dari kelembutan hatinya, dan watak anak itu yang tidak bisa didapatkan oleh orang lain.

"Saya tidak tahu sajangnim. Tapi saya akan mencoba mencarinya". Hanbin berucap pelan sambil menatap wajah frustasi atasannya.

"Baiklah. Kembalilah bekerja dan segera laporkan padaku jika Jennie sudah ditemukan. Aku khawatir padanya".

Setelah mengangguk lalu pamit undur diri hanbin keluar dari ruangan bosnya dan kembali bekerja.

"Lisa-ya!". Panggilnya.

"Wae? Apa yang sajangnim bicarakan?". Tanya lisa penasaran.

"Siapa lagi memang kalau bukan Jennie. Kau tau kabar ini sudah menyebar sampai di seluruh sudut restoran ini". Ucap hanbin menunduk lesu.

"Semalam kurasa dia pulang larut hanbin-ah.. Kau tau kan, Kalau bus lewat itu jam 5 sore. Kalau dia pulang larut, Berarti dia jalan kaki kerumahnya. Dan kau tahu itu-". Ucapan Lisa terhenti karena pikiran negatif tiba tiba berputar di otaknya.

Hanbin menghela nafas panjang.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mencoba mencarinya".

"Jennie itu gadis yang polos. Aku takut ada orang yang menyakitinya apalagi sampai menculiknya". Ucap Lisa dengan lesu. Begitu banyak pikiran negatif yang hinggap di otaknya.

"Ya. Dia gadis yang polos. Tidak heran banyak pria yang mengagumi dirinya". 'Termasuk aku'. Lanjutnya didalam hati'.

"Itulah kenapa aku begitu khawatir padanya hanya dia yang ku punya setelah orangtuaku meninggalkanku hanbin-ah.. dia sangat berarti bagiku dia selalu menemaniku ketika aku sedang sedih". Lirih lisa dengan menunduk lesu.

MAFIA IN THE DARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang