12. Secret 🍂

27 5 5
                                    

~Sudah terlalu lama aku menanti ini. Rasa bahagia ketika melihatmu tertawa~

🍂🍂🍂

Setelah mengirim chat kepada Gaeul, tanpa sadar aku tersenyum. Dalam hati aku bahagia. Untuk pertama kali dalam hidupku, seorang gadis datang dan membuatku melupakan sejenak beban yang kupikul.

Euforia macam apa ini? Rasanya masih asing dan aku tidak bisa menelaahnya.

Kemudian aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Lalu aku merasa miris melihat situasiku sendiri. Jika dibandingkan dengan Gaeul, aku bukanlah apa-apa. Aku tidak sepadan dengannya.

Lantas, layakkah aku berteman dengannya?

Aku menitihkan air mata lalu melirik foto yang terletak di atas nakas. Selama dua belas tahun aku hanya mampu menatap foto itu setelah ditinggal ibu. Ia telah tiada saat aku masih berumur tujuh tahun. Aku yang membunuhnya.

"Ibu" ucapku.

Kalian mungkin akan merasa ngeri jika kuceritakan bagaimana ibuku meninggal.

Biar kuceritakan dari awal..

Dulu bisa dibilang aku salah satu di antara sekian banyak anak-anak bahagia di negeri ini. Ibuku dulu bekerja sebagai sekretaris perusahaan ternama dengan gaji yang lumayan besar. Walau aku tidak punya ayah seperti anak-anak lain, tapi aku bahagia hidup berdua bersama ibu.

Hingga suatu hari aku dibully oleh teman-teman sekolahku karena waktu pentas di sekolah, cuma aku yang tidak didatangi oleh ayah. Aku marah pada ibu karena tidak pernah memberitahuku tentang ayah, kemudian aku kabur dari rumah.

Di saat itu ibu sampai kesetanan mencariku dan akhirnya menemukanku  di taman bermain. Tapi saat ia mencoba menghampiriku, sebuah mobil menabraknya tepat di depan mataku. Kejadiannya hampir sama seperti yang terjadi padaku tempo hari, bedanya ibu tidak berhasil diselamatkan.

Semenjak hari itu aku jauh dari kata bahagia dan menjadi bocah pendiam. Itu pula sebabnya aku selalu diam ketika ditindas.

Sekarang kalian sudah mengetahui salah satu rahasiaku. Kuharap saat kalian tertindas, jangan sampai meluapkan kemarahan kepada orang tua kalian.

🍂🍂🍂

Pagi hari saat aku baru tiba di sekolah, lagi-lagi Changbin mengerjaiku dengan menyiramkan seember air bekas pel padaku. Satu sekolah melihatnya bahkan para guru, tapi mereka semua hanya diam. Cuma Pak Jeonghan yang berani muncul dan menjewer kuping Changbin. Tapi karena anak itu terlalu pandai membuat alasan dan juga karena pengaruh papanya, ia hanya mendapat hukuman ringan.

"Soobin-ah" itu adalah Gaeul.

Ia menungguku di depan toilet saat aku sedang mengganti seragam dengan baju olahraga.

"Kim Gaeul?" sahutku.

"Lo enggak papa?" tanyanya dan aku membalasnya dengan anggukan.

"Emang kurang ajar tuh si Changbin. Nggak ada kerjaan banget dia sampai ngisengin lo kayak gini. Pak Kepsek juga ngasihnya cuma hukuman lari keliling lapangan sepuluh kali. Kalo kayak gitu gue juga bisa, kecil. Heran ini sekolah atau ladang nepotisme?!"

🍁Fall to You [CHOI SOOBIN] 🍂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang