20. Death 🍂

36 5 1
                                    

~Sudah lama aku ingin memberitahukanmu hal ini, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku suka kamu~

🍂🍂🍂

Aku baru tiba di rumah sekitar pukul 2 pagi. Selepas membantu Huening membereskan tenda, aku langsung pulang. Badanku terasa sangat lelah, namun tidak selelah hatiku. Sungguh berat rasanya melihat air mata Gaeul menetes, apalagi karena diriku. Aku membuatnya menangis.

Tadi aku terpaksa berbohong kepada Gaeul. Itu karena aku ingin mencegahnya agar tidak terjebak dengan rasa sakit yang lebih dalam. Ia gadis yang sangat hebat, tidak pantas bagiku untuk mendapatkannya. Ia memang lebih pantas bersama Yeonjun.

Sungguh bodohkah aku?

Hatiku terasa sakit sekarang. Bahkan mulai terasa sesak. Posisiku sekarang sedang merengkuh di atas tempat tidur sambil memegang dada. Air mata pun menetes dari kedua mataku. Rasanya sangat sakit.

Padahal akulah yang menolak Gaeul, namun di situlah titik yang paling menyakitkan. Aku menyangkal perasaanku sendiri dan berbohong pada Gaeul. Aku menyukai Kim Gaeul! Benar-benar menyukainya.

Di saat itu tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Aku terperanjat kemudian bangkit menuju pintu tersebut. Kira-kira siapa yang datang ke apartemenku selarut ini? Padahal ini sudah pukul 12 malam.

Aku pun membukakan pintu. Betapa mengejutkannya sosok Choi Yeonjun muncul di balik pintu dengan mengenakan hoodie dan topi berwarna hitam kemudian menatapku dengan tatapan tajam. Aku mundur selangkah karena terkejut.

"Yeonjun-ah" ucapku terbata. Ia masih menatapku dengan tatapan tajam. Lalu aku melirik tangannya, ia memegang pisau.

Mendadak Yeonjun menarik kerahku kemudian mendorongku hingga jatuh di atas lantai dengan posisi terkunci. Aku terkejut dan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Punggungku sakit ketika membentur lantai, namun aku lebih terkejut lagi karen Yeonjun yang berada di atasku mengacungkan pisau ke leherku.

"Berapa kali harus gue bilang, jauhi Kim Gaeul! Dia milik gue!" bentaknya.

Aku hanya terdiam sambil menatap matanya yang merah sembari menahan marah. Dapat kuperhatikan tangannya yang memegang pisau tampak bergetar. Baru kali ini aku melihat Yeonjun begitu marah kepadaku. Namun aku menangkap suatu kejanggalan darinya hingga itu membuatku iba.

Alih-alih menusuk leherku menggunakan pisau, Yeonjun malah menjatuhkan pisau tersebut ke lantai kemudian memukuliku berulang kali hingga bibirku koyak dan tulang rahangku terasa bergeser. Aku memang sungguh bodoh jika masih membiarkan dia memukuliku seperti ini. Alhasil aku pun menahan lengannya kemudian membalikkan posisi tubuhku menjadi di atasnya. Mengingat tubuh Yeonjun yang lebih ringan daripadaku, cukup mudah untuk membalikkan posisi.

Aku menahan kedua tangannya di atas lantai dan mengunci pergerakannya hingga ia pun menyerah dan berhenti meronta. "Elo udah ngerebut semuanya dari gue" ucap Yeonjun sembari terengah-engah. Aku tidak mengerti maksudnya. Apa yang sudah kurebut?

"Apa maksud kamu?" tanyaku.

"Papa. Jangan harap gue udah maafin lo soal papa. Lo udah rebut dia dari gue, sekarang lo mau rebut Gaeul juga?"

"Aku tidak berniat merebut siapa-siapa" ucapku seraya bangkit. Aku melepaskan Yeonjun dari belengguku. "Maafin aku soal papa. Aku nggak bermaksud untuk memisahkan kamu sama papa. Tapi Gaeul, aku tidak akan membiarkan kamu menyakitinya" kata-kataku mungkin terdenhar egois, tapi itu benar-benar berasal dari dalam hatiku. Setelah melihat Yeonjun tadi, aku mendadak berubah pikiran.

🍁Fall to You [CHOI SOOBIN] 🍂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang