~Aku tidak tahu mengapa kamu tiba-tiba muncul dalam hidupku. Namun satu yang pasti bahwa Tuhan sedang merencanakan skenario yang indah untukku~
🍂🍂🍂
"Hei! Soobin!"
Langkahku berhenti ketika kudengar beberapa orang anak yang berkumpul di pinggir lapangan memanggil namaku. Aku lantas terdiam sembari memperhatikan mereka satu per satu. Mereka adalah geng perusuh yang suka sekali merundung murid tak berdaya dan tak berharta seperti diriku.
"Hei! Kesini!"
Dengan napas berat, aku pun melangkah pelan menuruni anak tangga. Perasaanku sudah tidak enak. Apa kali ini aku akan menjadi objek perundungan mereka?
Salah satu dari mereka lantas merangkulku dengan kasar. Kalau tidak salah, namanya Changbin. Aku sering mendengar namanya disebut-sebut oleh anak-anak lain sejak tahun lalu. Ia terkenal sering merundung siswa-siswa yang berani melawannya bahkan hingga siswa tersebut memilih bunuh diri.
Aku tetap waspada dengan setiap gerak-gerik Changbin. Sekilas ia bersikap ramah namun kontraditif. Orang semacam ini memang sangat menakutkan.
"Yo, man. Santai aja sama gue. Lagian gue nggak suka kok mukul cewek dan cowok bermental cewek, kayak lo" ujar Changbin yang mengundang gelak tawa teman-temannya.
Aku masih diam. Ya, diam adalah kebiasaan yang tidak akan pernah bisa hilang. Bagi sebagian orang, diam adalah langkah paling tepat saat berada dalam situasi membingungkan. Setidaknya dengan diam aku bisa meminimalisir kesalahan yang kubuat hari ini.
"Nih anak bisu-tuli kah? Dari tadi diem sambil nunduk, padahal kan gue lagi ngomong sama dia" ujar Changbin lagi-lagi. Heran, dia ini laki-laki tapi bermulut seperti perempuan. Terlalu banyak bacot.
"Dia autis kali, bin" timpal Hyunjin yang tadinya diam sambil bermain game.
Bisa dibilang mereka memiliki gaya bicara yang sangat kasar. Aku benar-benar tidak menyukainya. Lalu tiba-tiba Changbin merebut paksa tas milikku kemudian melemparkannya pada teman-temannya.
"Nih! Beliin kita-kita minuman di minimarket depan. Habis itu lo boleh ambil tas lo!" titah Changbin sambil menempelkan selembar uang di dadaku.
Bodohnya aku masih saja diam dan menuruti keinginan mereka. Memang tingkahku sekarang kurang lebih seperti pengecut, namun menurutku itu jauh lebih baik daripada mencari masalah. Hidupku sudah cukup sulit jangan dibuat rumit.
Aku pun kembali dari minimarket sambil memeluk sepuluh kaleng minuman dingin yang akhirnya membuat jaketku basah. Rupanya mini market depan sekolah tidak memberikan kantong plastik secara gratis sementara uang yang diberikan Changbin pas untuk membeli sepuluh kaleng minuman dan aku pun tidak punya uang.
Saat tiba di pinggir lapangan, aku melihat anak-anak itu mengambil sesuatu dari dalam tasku. Aku pun terbelalak dan nyaris menjatuhkan minuman yang kubawa. Itu adalah buku gambarku. Aku membutuhkannya. Aku menggantungkan hidupku pada benda itu.
"Kembalikan!" cicitku. Dasar! Bahkan sampai detik paling krusial itu bisa-bisanya aku tidak berteriak.
Namun anak-anak itu justru terdiam sambil menatapku.
"Wah ternyata dia enggak bisu, guys!" seru Changbin sementara yang lain tertawa meremehkan.
Cowok itu kemudian menaruh buku gambarku di depan wajahku. "Lo mau ini? Kalo gitu ambil nih!" ucapnya seraya melemparkan buku itu kepada teman-temannya yang kemudian saling mengopernya sementara aku yang berusaha untuk merebutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🍁Fall to You [CHOI SOOBIN] 🍂
FanfictionDi musim gugur, Soobin merasakan kebahagiaan yang selama ini ia impikan bersama seorang gadis bernama Gaeul. Karena itu ia mulai menyukai musim gugur dan dedaunan yang berguguran. 🍁 = Gaeul Perspective 🍂 = Soobin Perspective Berusaha untuk tidak...