EPISODE 14 - Mengapa Dia

892 101 0
                                    

Nyaris setengah jam Thalia sendiri menunggu di pinggir danau. Ia tak habis pikir dengan keberadaan sang kakak yang bertahan meninggalkannya. Thalia saja mendadak bosan harus berjalan mondar-mandir tanpa seorang teman. Gadis itu kini memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia di sisi danau.

Sembari menunggu kedatangan Ayesha dan Hazmi, Thalia cukup bersabar lantas mengamati banyaknya pengunjung yang berlalu lalang menikmati suasana wisata. Sesekali juga Thalia menilik arlojinya, jam menunjukkan pukul sebelas siang.

"Lama banget mereka. Terus aku harus nunggu berapa menit lagi sendirian di sini? Astaga!" rutuk Ayesha. Ia mengentakkan kakinya seraya menghela napasnya berat. Netranya menangkap pemandangan hamparan danau yang begitu luas. Bahkan pemandangan tersebut cukup mampu mengindahkan Thalia untuk menatap lebih lama. Hanya ini yang bisa ia lakukan. Hingga kedua manusia yang ia tunggu muncul menemuinya kembali.

Klik!

Sorot cahaya lensa itu berhasil menangkap gambar seorang gadis yang mengenakan kerudung—yang sedang duduk seorang diri di tepi danau. Sayangnya lensa kamera yang tergenggam lelaki itu masih tak terhenti menangkap gambar-gambar Thalia tanpa sepengetahuan gadis tersebut.

Klik!

Sontak Thalia menoleh ke asal suara kamera yang tak samar didengar. Rupanya gadis itu tak sengaja menangkap seorang laki-laki yang bertahan mengambil gambarnya. Laki-laki itu masih tak menggubris pandangan Thalia yang kali ini geram menatapnya. Ia masih sibuk memotret, tanpa peduli bahwa objek yang menjadi sasaran kameranya kini beralih menghampiri dirinya secara terang-terangan.

Ya, Thalia hendak memprotes dan kini langkahnya benar-benar terhenti menghadap kamera milik lelaki itu. Sayangnya lelaki tersebut beralih menatap takjub ketika Thalia berada di depan matanya. Dan kamera yang dipegangnya kini tak lagi mengarah pada gadis itu.

"Sudah puas motretnya? Kenapa nggak terus terang aja, sih? Bisa kan, dengan cara minta izin baik-baik?" Thalia mulai berceletuk sembari berkacak pinggang menatap tajam lelaki tersebut. Bila ditaksir, lelaki itu sepertinya nyaris sepantaran dengan kakaknya.

"Maksudnya?" Ia saja berkata heran, mengapa tiba-tiba Thalia datang menghardiknya. Padahal seharusnya laki-laki itu tahu apa kesalahannya. Mengambil gambar yang menurut Thalia sangat menggangu.

Namun lelaki itu masih enggan menjawab. Usai berkata saja, ia terdiam sembari menunggu Thalia bergumam kembali. Bila saja laki-laki itu tak menyebalkan, pasti Thalia menyukainya. Lihat saja, kali ini gadis itu hampir terhipnotis dengan pesona lelaki tersebut.

"Masih belum paham apa kesalahanmu? Kamu yang seenaknya saja memotret orang tanpa meminta izin orangnya," jelas Thalia. Ia tak tahan untuk menyampaikan rasa gondoknya pada lelaki ini.

"Ehm, sorry, aku nggak ada maksud memotretmu. Lagian, aku cuma pengin memotret suasana alam di belakangmu. Objek puranya bagus, jadi nggak sengaja kamunya ikut terpotret."

Hah? Nggak sengaja katanya? Santai banget dia bilang nggak sengaja. Udah sengaja ganggu orang lagi kesal juga, malah ditambah makin kesal. Hmm ... sabar, Thal, batin Thalia. Ia masih menyorotkan tatapan geramnya pada lelaki tersebut.

"Kenapa malah ngelihatin aku kayak gitu? Belum pernah ya, lihat cowok seganteng aku?"

Thalia spontan terperangah mendengar ungkapan lelaki yang masih berdiri di hadapannya. Benar-benar tak menyangka, bahwa lelaki ini akan bersikap dingin padanya. Apalagi ketika ia kelewat percaya diri padanya.

"Sekarang gini deh, daripada ngoceh nggak jelas, mendingan kamu ngaca dulu, apa pantas kamu dijadikan objek pemotretanku? Aku paham, kalau kamu cantik. Tapi tolong ya, jangan kelewat pede, jangan kira aku suka kamu dan ingin mengambil gambarmu diam-diam. Tenang aja, gambar-gambar yang ada kamunya, akan kuhapus nanti. Ya udah, aku permisi." Akhirnya lelaki itu menarik langkahnya pergi. Meninggalkan Thalia yang mendadak tercengang usai mengetahui sikap lelaki tersebut.
Sayangnya Thalia yang ingin marah, malah lelaki itu yang balik berkata menyebalkan padanya. Benar-benar terbalik. Bahkan Thalia saja masih tak percaya, mengapa ia harus menemukan lelaki sepertinya?

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang