Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan yang berasal dari pintu utama tersebut membuat Rafli tergerak segera membuka pintu rumahnya. Rupanya setelah pintu terbuka, Rafli menemukan seorang gadis dengan perawakan semampai dan putih cantik baginya. Sedetik kemudian Rafli mengukir senyum menyambut kedatangan sang gadis yang tak ia ketahui siapa.
"Hm, Hazmi-nya ada ya? Ini, benar rumah Hazmi, bukan?" Gadis itu bertanya dengan nada sopan untuk memastikan si pemilik rumah yang ia ketahui.
"Oh, iya, Hazmi itu Adikku. Kamu, siapa?"
Rafli masih terkesima menikmati pemandangan sang gadis tersebut. Ia saja tak menyangka adiknya sendiri mengenal seorang gadis yang bahkan kecantikannya melebihi Ayesha.
"Aku Carisa, teman karibnya Hazmi sewaktu SMP. Aku ke sini ada perlu sama Hazmi. Kemarin juga sempat minta alamatnya langsung ke Hazmi, tapi sayangnya Hazmi agak susah memberikan alamat rumahnya. Tapi beruntung, aku dapat informasi dari sahabatnya."
"Oh," Rafli mengangguk paham. Bila ditaksir, Carisa seumuran Hazmi. Rafli yang hanya menyimak penampilannya saja, ia mampu mampu menebak.
"Terus, ada perlu apa dengan Adikku? Atau, aku telepon Hazmi dulu, nih? Soalnya Hazmi lagi nggak ada di rumah."
"Loh, memangnya Hazmi lagi dimana? Kak ..."
"Rafli, panggil saja Kak Rafli."
Carisa mengangguk dengan senyuman. Lelaki yang sebagai kakak tertua di keluarga Hazmi tersebut pun tampak menawan bagi Carisa. Cukup mirip bila dibandingkan dengan Hazmi. Namun sayangnya hati Carisa telah menyukai Hazmi. Bahkan sejak ia bersekolah di satu sekolah yang sama dengan Hazmi.
"Semalam lagi nginap keluar. Eh iya, kamu mau masuk dulu, nggak? Atau ..." Rafli menawarkan tanpa melihat batas syariat yang sempat diteguhkannya. Padahal rumah dalam keadaan sepi. Entah mengapa Rafli seakan mengabaikan peraturan yang biasa ia terapkan dalam dirinya.
"Nggak usah, Kak. Di rumah lagi sepi, ya? Sepertinya lagi nggak ada orang." Carisa menebak seolah sedikit mengamati celah ruangan yang dapat ia lihat dari balik pintu.
"Oh, astagfiruallah! Maaf, nggak sebaiknya begitu. Ya udah, atau aku mau hubungi Hazmi ..."
"Nggak perlu, Kak. Aku mau pamit aja. Sampaikan salamku aja pada Hazmi, ya, Kak? Nanti aku tunggu teleponnya. Makasih ya, Kak Rafli? Aku pamit dulu," ujar Carisa yang akhirnya mulai membalikkan tubuhnya membelakangi Rafli dan bersiap untuk pergi.
Sementara Rafli tetap tertegun dengan Carisa. Keadaan perempuan itu tak sama dengan perempuan muslim yang biasa ia temukan. Meski Rafli tak paham apakah Carisa beragama Islam. Namun pikirannya seakan menjawab bahwa Carisa seiman dengannya.
Rafli tak dapat menebak. Karena cukup ia menatap penampilan Carisa. Gadis itu sangat cantik. Namun tak mengenakan kain kerudung untuk menutupi auratnya. Carisa hanya mengenakan pakaian ala tourist Bali. Yakni mini dress tanpa lengan berwarna hijau lumut dengan rambut lurusnya yang tergerai indah. Tak lupa kalung berwarna-warni sebagai penambah kesan penampilannya di pagi itu.
"Eh, ya ampun, lupa, Kak. Assalamualaikum," Carisa kembali bersahut setelah membalikkan tubuhnya menatap Rafli yang masih tertegun padanya. Gadis itu tak lupa menyimpulkan garis senyum pada lelaki itu.
"Waalaikumsalam," Rafli membalas dan melihat kepergian Carisa yang telah melewati pagar rumah. Perempuan itu telah berlalu dan kini kedua mata Rafli kembali tertunduk. Mendadak ia mengutas senyum mengingat perkenalannya bersama Carisa.
Beruntung Hazmi telah menikah. Dan beruntung juga Hazmi punya teman secantik Carisa. Hmm ... sayang, Hazmi malah memilih Ayesha. Dan sepertinya Carisa menyukai Hazmi. Ini hanya perkiraanku saja, sih. Tapi memang mungkin, kan? Dan keberuntunganku hari ini ialah, bertemu gadis seperti Carisa, gumam hati Rafli. Ia masih menikmati senyumnya sembari teringat Carisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmasif [END]
Romance[WARNING!! Dilarang mengcopy paste cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "Enigmasif" hanya dipublish di akun Twisprakle dan merupakan karya asli dari akun Twisprakle] Credit cover by @sweetisrainy ✏ [SELESAI] =============================== "Ken...