EPISODE 24 - Terjebak Pernyataan

815 81 8
                                    

"Hazmi?" panggilan Carisa tertuju pada seorang laki-laki yang kini sedang bersinggah di salah satu bangku kedai miliknya. Malam itu Carisa sengaja mengunjungi kedai, sekadar untuk mengecek atau pun rindu dengan suasana kedainya sendiri.

Ia sudah terbiasa seminggu sekali atau dua kali mengunjungi kedai. Karena kedai tersebut adalah salah satu pemberian usaha dari sang papa. Awalnya ketika Carisa tahu ia akan mengelola salah satu bisnis milik papanya itu, perempuan itu terang-terangan menolak.

Dengan berbagai alasan yang terlontar, entah Carisa tak menyukai berbisnis yang sama dengan papanya. Atau pun perempuan tersebut merasa bahwa bidang keahliannya bukan pada bisnis, karena pada dasarnya Carisa menyukai ilmu sains. Pantas saja ia telah menyandang gelar sarjana sains, lulusan Kimia murni. Tamatan Universitas Padjajaran, Bandung.

Sebenarnya Carisa adalah perempuan yang cerdas. Ia lebih nyaman bila mempelajari berbagai bidang sains atau pun harus bertemu ilmu tersebut yang akan diterapkan dalam kehidupannya. Namun sayangnya sang papa sama sekali tak memberi restu bila Carisa lebih menekuni bidang kemampuannya sendiri. Carisa harus menerima ajakan sang papa dan mulai mempelajari dari nol bidang bisnis yang nantinya akan ia terapkan untuk mengelola kedai.

Usai kedua netranya terperangah dengan kehadiran Hazmi, akhirnya Carisa menarik langkahnya menuju ke bangku lelaki tersebut. Kebetulan ketika itu Hazmi sedang sendiri. Carisa sama sekali tak melihat siapa pun yang sedang bersama lelaki itu.

"Assalamualaikum, Haz?" sapa Carisa dengan senyum semringahnya. Ia menjatuhkan duduknya tepat di hadapan Hazmi.

"W-walaikumsalam." Hazmi menjawab sekadarnya. Ia menarik napasnya pasrah. Bukan karena ia tak nyaman bertemu Carisa, namun entah mengapa hatinya merasa bergemuruh saat Carisa mendekatinya.

"Sendirian, Haz?" Carisa melontar suaranya lagi. Sahutannya hanya mendapatkan anggukan dari Hazmi.

"Ehm ... kamu, nggak nyaman, ya? Ketemu aku lagi? E'hem, maaf, aku cuma-"

"Nggak, kok, Car. Aku nggak apa-apa. Kamu itu temanku. Ada alasan apa, aku tak nyaman bertemu denganmu?" Hazmi memotong perkataan perempuan itu.

Penglihatan Hazmi cukup menyelisik Carisa yang mendadak mengubah penampilan. Biasanya Hazmi terbiasa mengetahui Carisa yang mengenakan pakaian yang cukup terbuka. Entah itu pakaian tanpa lengan, mini dress, rok mini di atas lutut, bahkan pakaian-pakain turis yang biasa ia lihat di Bali.

Namun kali ini Carisa sengaja menutup pakaiannya dengan long dress. Meski corak long dress tersebut tetap mengesankan, Carisa tetap saja terlihat berbeda. Perempuan itu tak lagi memoleskan make up tebal yang menutupi wajah cantiknya. Saat ini wajah Carisa lebih terlihat natural, terlebih lagi wajah cantiknya terlihat jelas.

Sayangnya Hazmi hanya sebatas takjub mengamati penampilan Carisa. Tanpa bermaksud mengagumi perempuan itu keterlaluan. Hati Hazmi telah terkontaminasi dengan Ayesha, hingga pemuda itu tak gampang untuk bisa tertarik dengan Carisa. Hazmi pikir, Carisa cukup menunjukkan perubahan. Meski Hazmi sadar, Carisa belum mengenakan kerudung.

"Okey, aku kira kamu nggak nyaman denganku. Ehm, kamu beneran, cuma pesan ini aja, Haz?" sahut Carisa dengan mengganti topik. Penglihatannya tertuju pada pesanan Hazmi.

Lelaki itu hanya mengangguk dengan senyum tipis. Meyakinkan Carisa bahwa ia nyaman menyantap dessert berbahan green tea dan minuman latte-nya. "Why?"

"No problem. Apa kamu nggak kelaparan dengan hanya memesan ini? Aku bisa memesankan makanan berat untukmu, Haz."

"Nggak usah, Car. Aku udah makan sore tadi dengan istriku. Aku ke sini hanya butuh sendiri aja, sekalian menyantap camilan kesukaanku di sini."

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang