EPISODE 12 - Ragu

1K 115 0
                                    

"Ay, Ayesha ...." Suara Hazmi tetap bersikukuh memanggil Ayesha. Jemarinya saja ia daratkan menyentuh wajah gadis yang terlelap itu.

Sayangnya Ayesha hanya menggeliat tanpa menghiraukan panggilan lelaki tersebut. Tubuhnya pun sengaja berbalik arah seolah-olah menghindari sentuhan Hazmi yang memanggilnya.

Hazmi menghela napas berat. Susah juga membangunkan Ayesha di jam segini. Apalagi jam menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Sayangnya bukan Hazmi namanya jika ia harus kehilangan akal. Dan kali ini ia mencoba mencari cara agar istri mungilnya itu terjaga dari tidurnya.

"Tidur aja udah cantik, Ay. Tapi sayang, tidurmu aja nggak ngalah-ngalahin sang putri tidur," pekik Hazmi. Ia bertahan menatap wajah Ayesha dari sisi sangat dekat. Lelaki itu tak kehilangan cara lain membangunkan gadis cantik yang terlelap di depannya kini.

Saat ini Hazmi merebahkan tubuhnya di sisi Ayesha. Dengan senyum semringah ia menatap Ayesha dengan pandangan berbinar. Wajah Hazmi saja ia tolehkan menghadap Ayesha ketika gadis itu memposisikan tidurnya ke sisi samping.

"Ay, kalau kamu nggak mau bangun. Dengerin nih, nanti aku cium, loh. Awas aja, kalau nggak bangun-bangun. Sayang ... Ayesha ... Satu ... Du-"

"Hei!" Sontak Ayesha membuka pejaman kedua matanya dengan sempurna. Ia mendadak geli menatap pemandangan yang berada di hadapannya kini. Jari Ayesha spontan menepis bibir Hazmi yang siap-siap mengarah ke wajahnya.

"Aduh!" Desis Hazmi kesakitan. Ia memegang pipinya yang ditepuk Ayesha secara kasar.

"Ay, kamu tega banget, sih ..." Hazmi menggerutu. Ia melirik Ayesha yang kini telah menjauhkan tubuhnya dari ranjang. Rupanya gadis itu lekas bangkit sebelum Hazmi melakukan tindakan yang ia khawatirkan.

"Kamu mau ngapain di ranjangku? Sudah kubuat aturan, kan? Kamu boleh tidur di kamar, asal kamu mau tidur di sofa. Terus, sekarang-"

"Ay, please, dengarkan aku dulu. Jangan salah paham. Sebenarnya aku tidur di sofa, kok. Pas aku baru bangun, aku sengaja mendekat ke sini. Niatnya mau bangunin kamu juga. Tapi kamunya malah susah dibangunkan. Ya udah, aku terpaksa pakai cara seperti ini. Dan akhirnya, kamu berhasil bangun juga."

Ayesha melongo. Ia mengalihkan pandangan sejenak ke arah jam dinding yang terpajang di atas pintu kamar. Argh! Ayesha menggertak. Tak terima ia mendengar kalimat pembelaan Hazmi.

"Kamu udah gila, ya? Ini masih jam berapa? Subuh aja belum. Nggak ada kerjaan bangunin aku? Atau, ini cuma akal-akalan kamu aja? Biar kamu sengaja deketin aku di ranjang, kan?" tuding Ayesha. Bibirnya sengaja dikerucutkan seakan merengut melirik Hazmi.

Dengan cepat Hazmi menggeleng. Ia melambaikan telapak tangan seakan memberi tanda bahwa ia tak memiliki niat yang Ayesha tuduhkan. "Ay, dengerin dulu. Aku sengaja bangunin kamu. Aku cuma pengin ngajak kamu salat Tahajud bareng. Itu aja, kok. Nggak ada niat macam-macam."

Ayesha bungkam. Ia memahami perkataan Hazmi yang tak bisa ia duga sebelumnya. Hati Ayesha terenyuh. Pernyataan Hazmi kali ini mampu membuat Ayesha nyaman. Gadis itu bagai melihat sisi positif Hazmi untuk kali pertama.

"Ay, kamu nggak apa-apa?" Kembali Hazmi memanggil gadis itu. Laki-laki itu selalu saja tak tahan mengetahui Ayesha melamun.

"Nggak, kok. Ya udah, mau salat jemaah bareng, kan? Bentar, aku ambil wudu dulu." Ayesha tak lagi protes. Ia bergumam dengan perasaan canggung. Entah baru saat ini ia merasakan hal yang berbeda di depan Hazmi.

"Ay," panggil Hazmi. Ia bangkit sejenak dari ranjang dan saat ini menghampiri Ayesha yang kini berdiri menyamainya.

"Kamu cantik, meski nggak pakai kerudung sekarang. Tapi cantikmu khusus buat aku aja. Karena auratmu, hanya suami yang berhak tahu," sahut Hazmi. Laki-laki itu tersenyum menatap penampilan Ayesha yang kali ini tak seperti biasanya dipandang. Padahal sebelum gadis itu tertidur, ia bersikeras tak ingin membuka kerudung di depan Hazmi.

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang