Setelah seminggu di Bandung. Kini Hazmi bersiap untuk menemui Ayesha. Ia sejenak berpose di depan kaca yang terletak di dalam kamarnya dengan gayanya yang menarik. Dengan menoleh ke arah kanan dan kiri, membenarkan posisi jaket yang ia kenakan, sesekali menyugar rambut cepaknya.
Revan yang saat itu sedang menginap di rumah Hazmi, ia malah mengerutkan kening menatap tingkah sang sahabat. Sudah seminggu sejak tiba di Bandung Revan telah menginap di rumah lelaki itu. Mengingat Revan bukan anak bandung, melainkan asli Bogor.
Dan lelaki itu berkunjung ke Bandung karena Hazmi yang sengaja mengajaknya. Entah ada angin apa Hazmi menginginkan Revan mengikutinya. Hingga Revan memilih menginap di rumah sang sahabat.
Padahal niat Revan menyanggupi menerima ajakan Hazmi, lantas ia ingin sekalian berkunjung ke Bogor. Rasanya sudah cukup lama tak bertemu dengan kedua orangtuanya yang sangat sibuk dengan pekerjaan. Revan belum berkunjung ke kota kelahirannya, namun selama seminggu ia terkendala dengan permintaan Hazmi.
Lelaki bertubuh jangkung itu merepotkan Revan dengan berbagai macam permintaan. Selama seminggu Hazmi bertekad mengurus surat-surat pernikahan dengan Ayesha. Hanya dengan hasil mendapatkan buku nikah, Hazmi dan Ayesha akhirnya dapat bernapas lega. Mereka sudah tak ragu lagi dengan status. Dan yang seringkali membantu pun selain sang ayah, Revan juga ikut direpotkan oleh Hazmi.
"Woy!" Revan sengaja melempar bantal hingga mengenai tubuh Hazmi. "Udahan kali, jadi bosan lihatnya!" oceh Revan kembali.
Hazmi yang menoleh, sembari meletakkan bantal yang dilempar Revan ke arah ranjang lagi, lelaki itu menarik napas berat. "Ada masalah?" ucapnya.
"Tuan Hazmi yang terhormat, tolong, ya? Tidakkah anda merasa kasihan, melihat kaca yang bahkan sudah sangat jenuh mengamati tuannya berlenggak-lenggok bak model?" Revan kali ini mengeluarkan suara sembari menekankan perkataannya.
"Sehat, Van?"
"I just fine, but not bad. Soalnya, aku terlalu kasihan ngelihat kacanya, Bro. Ia harus ternodai dengan penampilanmu yang daritadi tak ada perubahan. Mau sampai kapan situ harus berkaca mulu? Udah kayak cewek tahu, Bro?"
"Sialan!" umpat Hazmi dengan nada kesalnya usai mendengar penjelasan Revan. Sayangnya lelaki yang menjadi sahabatnya itu hanya menggelakkan tawanya menatap Hazmi.
"Ada yang lucu?" protes Hazmi. Ia merasa tak terima dengan tawa yang terlontar dari Revan.
"Sorry, Bro? Gini, kamu mau ketemu Ayesha, ketemu sama istri sendiri. Toh, dari kemarin ketemu mulu sama Ayesha, kamu nggak ribet kayak gini, loh, Haz. Ya, gayamu simple aja. Nggak usah keterlaluan ngaca seribu kali. Lagian, ini udah jam berapa, loh? Pasti sekarang Ayesha lagi nungguin kamu. Nggak takut istrimu uring-uringan? Nungguin suaminya yang ternyata kamunya malah sibuk ngaca mulu."
Hazmi beralih mengecek arlojinya yang melingkar di sela pergelangan tangan. Ia membelalakkan penglihatannya usai menatap jarum jam yang tertera. Ingatannya teralih pada janji yang ia sampaikan pada Ayesha sekitar tiga jam yang lalu.
"Duh! Telat, Van! Gimana, nih?" Raut Hazmi berubah masam usai mengetahui kondisi keterlambatannya menjemput sang istri.
Revan yang menyimak hanya mampu menggeleng kepala. "Ya berangkatlah! Mau nunggu sampai kapan lagi?"
Perkataan Revan tak salah, kali ini Hazmi bergegas mengambil kunci motor dan beranjak keluar kamar meninggalkan Revan seorang diri. Lelaki itu tampak terburu-buru keluar rumah sembari menyalakan motor kesayangan yang telah lama tak dikendarai kembali.
Sementara Revan hanya mengamati tingkah Hazmi dengan terkikik geli. "Hazmi, Hazmi, tumben tingkahmu aneh? Padahal kemarin masih normal. Astagfiruallah ..." sahut Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmasif [END]
Romance[WARNING!! Dilarang mengcopy paste cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "Enigmasif" hanya dipublish di akun Twisprakle dan merupakan karya asli dari akun Twisprakle] Credit cover by @sweetisrainy ✏ [SELESAI] =============================== "Ken...