"Loh, Ayesha? Kenapa naik taksi? Bukannya tadi kamu bilang ..." Ayah bergumam.
Padahal Ayesha baru saja tiba di rumah. Namun usai mengetahui Erlan pulang kerja, Ayesha langsung diinterogasi olehnya. Kebetulan mereka bertemu bersama di depan rumah. Erlan yang saat itu baru saja mengentakkan langkahnya nyaris memasuki pintu rumah.
"Ehm ... Ayesha sengaja pulang sendiri, Yah. Kabarnya Hazmi mau jemput Kak Rafli di bandara. Nggak tahu deh, tiba-tiba banget Kak Rafli datang hari ini. Makanya Ayesha ngalah, biar Hazmi bisa jemput Kak Rafli aja, Yah."
Erlan tampak menganggukkan kepala. Ia mulai mengerti maksud perkataan Ayesha. "Ok, nggak masalah. Oh ya, kamu kapan mulai masuk kuliah?"
"Masih sebulan lagi, Yah. Jadi, Ayesha bisa punya jatah melepas penat, Yah." Ayesha tersenyum lebar menanggapi sang ayah.
"Kamu ini, udah gede malah mikir berlibur mulu. Memangnya kamu pengin kemana lagi? Masih belum puas jalan-jalannya selama ini?"
"No," ujar Ayesha sembari menggeleng dan membuat raut Erlan menaikkan alisnya heran. "Aku nggak akan bosan dan nggak akan merasa puas. Lagian wajarlah, setiap orang punya hak untuk melepas rasa penat dengan jalan-jalan, Yah."
"Ok, Sayang. Kamu boleh jalan-jalan kemana pun. Asal, selalu ditemani Hazmi. Karena sekarang posisimu nggak single lagi, Ay."
"I Know, Yah. Ayesha selalu ingat sama suami. Ya udah, Ayesha mau bersih-bersih dulu. Mau mandi, udah gerah, nih."
"Ok."
Akhirnya setelah Erlan mengiyakan, Ayesha pun langsung melewati beliau untuk lekas membersihkan diri dari segala kegerahan akibat seharian jalan-jalan bersama Hazmi. Lantas sampai sekarang, Ayesha masih tak mendapat kabar dari lelaki itu. Beruntung Ayesha selalu mencoba berpikir baik, atau mungkin saja Hazmi sedang sibuk mengurus Rafli. Sehingga ia belum sempat mengabarkan sang istri.
Ayesha memang sedang mengenyam pendidikan magister. Berbekal gelar sarjana komputer, perempuan itu pun melanjutkan pendidikan dengan jurusan yang sama pula di kampus bergengsi. Karena Ayesha sedang berada di tingkat dua, seharusnya ia mulai menggali ide untuk menggarap tesis.
Sebetulnya Ayesha tak berminat mengambil kuliah di jurusan yang mengandung unsur komputer. Ia malah lebih leluasa jika berhadapan dengan tulisan atau berbau dengan sastra. Lalu, mengapa ia harus mengambil pendidikan dengan jurusan tidak sesuai? Ayesha punya alasan sendiri.
Karena selain dari awal sang ayah yang menyuruhnya untuk mengambil jurusan yang berhubungan dengan komputer. Ayesha pun punya niat untuk lebih mendalami ilmu manajemen bisnis yang ada keterkaitannya dengan digital network. Seperti sistem informasi yang ia ambil sebagai jurusan kuliahnya.
Lalu, bila dengan menulis, Ayesha akan memang lebih nyaman. Karena menulis adalah sebuah passion semenjak kecil yang ia tekuni sampai saat ia telah menjadi seorang penulis. Seseorang yang bahkan dikenal baik oleh para pembaca Ayesha. Bahkan sesenggang atau pun sesibuknya Ayesha, ia malah selalu meluangkan waktu untuk menulis.
Entah menulis karena ia mengambil proyek dari penerbit, atau pun menulis fiksi karena ide yang mengalir tiba-tiba. Tak hanya itu, hubungan dengan jurusan yang sedang dipelajari di bangku perkuliahan, ia terapkan juga pada karya tulisan. Bahkan Ayesha sedang merancang ide menulis tentang tema komputer, untuk proyek bersama salah seorang penulis lainnya.
Dan Ayesha juga seorang pebisnis. Ia memiliki toko pakaian dan sebuah kafe sederhana yang berada di kawasan Bandung. Toko pakaian khusus muslimah yang ia lakoni bersama salah satu teman semasa SMA-nya. Dan bisnis menjadi owner kafe bersama salah satu teman kuliah semasa S1. Semua memang Ayesha kerjakan dengan senang hati. Ia ingin menghabiskan masa muda dengan berbagai target baik yang telah ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmasif [END]
Romance[WARNING!! Dilarang mengcopy paste cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "Enigmasif" hanya dipublish di akun Twisprakle dan merupakan karya asli dari akun Twisprakle] Credit cover by @sweetisrainy ✏ [SELESAI] =============================== "Ken...