EPISODE 18 - Jengkel

830 99 0
                                    

"Kak Ayesha, aku mau nanya serius sama Kakak," Thalia berucap saat Ayesha perlahan mendaratkan dirinya ke atas ranjang. Karena setelah Hazmi dan Revan pamit untuk mengerjakan pekerjaan, Thalia bergegas memapah Ayesha ke dalam kamar.

Mendengar ungkapan sang adik, membuat netra Ayesha memandang heran. "Apa, Dek?" kata Ayesha melontar suara.

"Itu, beneran temannya Kak Hazmi?"

"Itu ..."

"Cowok yang bareng Kak Hazmi tadi, Kak. Kak Ayesha datang ke apartemen nggak cuma berdua dengan Kak Hazmi."

"Oh," tawa Ayesha meledak usai mengerti maksud arah perkataan sang adik. Tumben Thalia mendadak ingin mengetahui siapa Revan.

"Kamu naksir?" Ayesha menebak setelah menghentikan tawa.

"Apaan, sih, Kak ... aku cuma tanya, bukan berarti naksir," sanggah Thalia. Wajahnya berubah datar setelah Ayesha menebak sekenanya.

"Ok, kalau bukan naksir?"

"Kak, aku nggak ada perasaan apa pun sama dia. Memangnya dia siapa, sih?"

"Revan."

Thalia mengernyitkan dahinya mendengar nama yang disebut sang kakak. Gadis itu hanya diam tanpa merespons kembali. Ingatannya terulang kembali ketika ia bertemu lelaki yang bernama Revan.

(Flashback)

"Kenapa malah ngelihatin aku kayak gitu? Belum pernah ya, lihat cowok seganteng aku?"

Thalia spontan terperangah mendengar ungkapan lelaki yang masih berdiri di hadapannya. Benar-benar tak menyangka, bahwa lelaki ini akan bersikap dingin padanya. Apalagi ketika ia kelewat percaya diri.

"Sekarang gini deh, daripada ngoceh nggak jelas, mendingan kamu ngaca dulu, apa pantas kamu dijadikan objek pemotretanku? Aku paham, kalau kamu cantik. Tapi tolong ya, jangan kelewat pede, jangan kira aku suka kamu dan ingin mengambil gambarmu diam-diam. Tenang aja, gambar-gambar yang ada kamunya, akan kuhapus nanti. Ya udah, aku permisi." Akhirnya lelaki itu menarik langkahnya pergi. Meninggalkan Thalia yang mendadak tercengang usai mengetahui sikap lelaki tersebut.

(Now)

Thalia lekas mengerjapkan kelopak matanya usai ingatan itu kembali terlintas. Enggan rasanya jika sang kakak menyebutnya bahwa ia naksir Revan. Padahal lelaki super pede seperti Revan tak ada yang harus diistimewakan bagi Thalia.

Cowok sombong kayak dia, pede gitu lagi, amit-amit naksir sama Revan. Astagfiruallah! Jangan sampai! Sanggah hatinya.

"Kalau semisalnya nggak naksir, kenapa juga kepo dengan Revan?" Ayesha kembali bergumam sembari melirik Thalia yang sedari tadi bergeming.

"Ya ..." Thalia sontak menghentikan ungkapannya. Ia ragu untuk berkata yang sebenarnya pada Ayesha.

"Kenapa, Dek?"

Ngomong kali, ya? Ngomong aja, deh, sahut hati Thalia lantas mengangguk begitu meyakinkan perasaannya.

"Kemarin waktu di Bedugul, aku nggak sengaja mergokin Revan, Kak. Soalnya menurutku, Revan berani banget memotretku tanpa seizinku. Ya, gimana aku nggak kesal? Tingkah Revan justru membuatku gondok dan merasa risih, Kak. Ya udah aku samperin aja si Revan langsung. Dan nggak tahunya, dia malah kepedean ngomong; kenapa? Nggak pernah lihat cowok ganteng sepertiku, ya? Idih, geli dengarnya."

Menggubris penjelasan Thalia justru menciptakan tawa kembali yang sengaja menggoda dari bibir Ayesha. Thalia yang memerhatikan tingkah Ayesha, ia merasa kesal. Tega sekali Ayesha meledeknya tentang Revan. Padahal ia hanya ingin berbagi keluh kesal tentang kehadiran Revan pada sang kakak.

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang