EPISODE 6 - Dia (Lagi)?

1.1K 135 6
                                    

Hazmi meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. Ia menikmati senja di balkon kamar sembari membaca novel karangan Ayesha. Sedari dulu Hazmi tak pernah menyukai membaca buku. Sekalipun melihat buku saja ia merasa jengah. Namun karena buku yang dipegangnya adalah novel karangan Ayesha, Hazmi mau membacanya. Bahkan ini adalah pertama kalinya ia mau membaca novel.

Senyuman Hazmi tersungging sempurna. Ia baru membaca sampai bab ke enam. Novel karangan Ayesha yang Hazmi baca ialah bergenre teenlit. Hazmi sudah mengetahui bahwa Ayesha adalah seorang penulis. Dan hobi Ayesha saja Hazmi sangat hapal, meskipun ia tak pernah dekat dengan gadis itu sebelumnya.

"Haz."

Hazmi spontan menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Ia meletakkan buku yang digenggamnya ke atas meja. Mengetahui siapa pemilik suara itu, membuat Hazmi mau beranjak dari singgahannya.

"Kak Rafli? Kok, kapan ke sininya?" Hazmi berkata bingung. Ia tak menyangka menatap keberadaan Rafli.

Rafli ialah Kakak kandung Hazmi. Dan yang Hazmi ketahui, Rafli sedang bekerja di Surabaya. Dan kini ia melihat keberadaan Rafli tepat berada di depannya. Bagaimana bisa? Kantor bukannya masih masuk? Pikir Hazmi.

"Bisa dong, Kakak lagi ngajuin cuti. Ayah yang nyuruh, katanya mau ngadain acara makan malam penting sama keluarganya Ayesha di Bali."

"Hah? Ayah mau ngadain acara makan malam sama keluarganya Ayesha? Kok, Hazmi nggak tahu?"

"Memangnya Ayesha nggak ngomong apa-apa sama kamu?"

Hazmi berdecak. Bisa-bisanya Rafli bertanya. Padahal ia tak tahu saja, bahwa Hazmi belum mendapatkan kepercayaan Ayesha. Ternyata Ayesha sangat kerasa kepala, sangat susah meyakinkan gadis itu.

"Mulai ngedelek Adiknya ..."

"Loh, benar? Belum bisa naklukin hati Ayesha juga, Dek? Kok ..."

"Iya tahu, kalau Abangnya paling jago naklukin hati cewek. Sudah terbukti sih, Kak Rafli pacaran mulu dari dulu, tapi sekarang masih belum mau nikah."

"Sekarang kamu yang giliran meledek! Kakak bukannya nggak mau nikah. Tapi belum siap."

"Mau sampai kapan memangnya, Kak?"

"Ya terserah Kakak. Mau sampai kapan juga bukan urusanmu. Udah ah, Ayah sudah di ruang tamu tuh. Nungguin anak bungsunya yang udah nggak jomlo lagi. Eh, tapi lupa sih, meskipun nggak jomlo, sayangnya Ayesha masih belum mau sama kamu. Haha ..." Rafli melepaskan tawanya sarkartis. Hingga membuat Hazmi melihatnya makin gondok mendapat ejekan lagi dari sang Kakak.

Hazmi hanya diam. Percuma saja melawan Kakaknya, buang-buang tenaga saja baginya. Untung saja jadi Kakak! Pekik hati Hazmi.

"Ya udah, aku turun aja." Hazmi tak mau menghiraukan Rafli lagi. Ia memilih keluar kamar dan menuruni anak tangga hingga menuju ruang tamu rumah.

Setelah ia berada di ruang tamu yang cukup luas itu, Hazmi menemukan Yusuf sedang menonton televisi sendiri. Hazmi berjalan mendekati Ayahnya yang sedang duduk di sofa, ia pun menjatuhkan duduknya di samping Ayah setelah Yusuf mengetahui kedatangannya.

"Hei, jagoan Ayah sudah datang. Kamu baik-baik aja kan, selama di sini, Haz?" Yusuf memulai pembicaraan. Ia menatap lekat wajah putranya.

"Ayah sama Kak Rafli datang ke Bali, kok, nggak ngomong dulu sama Hazmi? Kan, tahu kalian bakal datang, Hazmi bisa jemput ke bandara."

"Nggak bisa, Haz. Ayah sama Rafli saja datangnya mendadak. Awalnya itu Ayah sudah janjian kok sama Ayahnya Ayesha. Dan baru kemarin kami berangkat ke Bali. Dan Ayahnya Ayesha sudah kembali ke apartemen. Oh ya, bagaimana perkembanganmu sama Ayesha?"

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang