Suasana pagi di pantai Seminyak terlihat ramai seperti biasanya. Ayesha, Thalia, dan Hazmi baru saja tiba di lokasi pantai. Ayesha dan Thalia menumpang taxi, sedangkan Hazmi sengaja mengikuti jejak mereka berdua dengan sepeda motornya. Hingga tiba di lokasi pantai, Hazmi memarkirkan sepedanya sebentar. Kemudian ia mempercepat langkahnya mendekati Ayesha dan Thalia.
Dua gadis itu sedang berjalan melewati pintu masuk menuju pantai tanpa menghiraukan keberadaan Hazmi yang mengikuti dari belakang.
"Ay!" Begitu ketika Hazmi kembali memanggil gadis berkerudung itu. Sementara objek yang dipanggilnya mulai menghentikan langkah tepat di tepi pantai.
Melihat keberadaan Ayesha dan Thalia, Hazmi masih berlari menghampiri dua gadis itu. Hingga ia terhenti di depan Ayesha.
"Apa, sih? Nggak ada kerjaan ya, ngikutin aku mulu?" kata Ayesha yang sengaja melempar senyuman sinis.
Sebenarnya ia tak berselera melihat keberadaan laki-laki itu. Namun karena Thalia yang meminta agar Ayesha memperbolehkan Hazmi ikut serta, akhirnya Ayesha terpaksa menuruti tanpa bertanya apa maksud Thalia.
"Tugasku ya memang ngikutin kamu. Memangnya salah?"
"Haz, aku bukan anak kecil yang wajib kamu ikuti. Kalau memang hak suami istri harus begitu, ya ... gimana aku terima kenyataan, bahwa aku udah nikah sama kamu."
Hazmi tercenung sejenak, tak percaya rasanya setelah mendengar perkataan Ayesha. Apa ini pertanda Ayesha percaya padaku?
"Kamu percaya kan, kalau aku suamimu?"
"Nggak akan, dan nggak akan pernah. Udah deh, nggak usah ngikutin aku. Kamu memang nggak ada kerjaan, selain harus banget ngikutin aku?"
"Ada, Ay. Nggak mungkin aku nggak kerja, gimana aku jadi suami yang bertanggung jawab, kalau aku nganggur. Iya, kan?"
"Nah, mending kamu kerja aja. Jangan ikuti aku jalan-jalan. Pekerjaanmu jauh lebih penting daripada harus ikut aku ke sini."
"Justru pekerjaan mengikuti kamu jalan-jalan, adalah suatu hal yang jauh lebih penting dan penting banget daripada aku nggak ada di sini dan aku lebih memilih mengurus pekerjaanku."
"Kalau begitu, kamu bukan suami yang bertanggung jawab."
"Oh, nggak dong, aku masih bertanggung jawab. Karena sudah mau meluangkan waktu, untuk menjaga istriku yang bawel ini."
"Apaan sih! Lama-lama omonganmu rada ngawur. Ya udah, terserah kamu aja!" Ayesha benar-benar kesal mendengar Hazmi yang terus saja memberikan alasan. Laki-laki itu sangat tangguh mempertahankan usahanya. Ayesha saja kewalahan harus bagaimana lagi agar Hazmi tak lagi mengejarnya.
Sayangnya ketika langkah Ayesha bergegas menjauhi Hazmi dan Thalia yang masih bertahan berdiri, rupanya Hazmi makin teguh mengejar Ayesha.
"Ay! Mau kemana? Jangan kejauhan main-mainnya. Di sini aja, Ay ... bahaya, turis-turis di sini nggak seperti yang kamu kira," gumam Hazmi yang masih berjalan di belakang Ayesha. Berusaha menyamai langkah ketika Ayesha semakin jauh darinya.
Astaga! Kenapa satu makhluk ini tak mau jauh-jauh juga?
"Ayesha ...."
Semakin nama Ayesha disebut, gadis itu semakin mempercepat langkahnya menjauhi Hazmi. Ayesha sama sekali tak berniat menghentikan dirinya dan menggubris Hazmi. Sayangnya setelah Ayesha semakin berjalan jauh, Hazmi akhirnya tak lagi mengejar. Laki-laki itu hanya menatap Ayesha dari kejauhan.
Rasanya sangat sulit bagi Hazmi menaklukkan hati Ayesha. Gadis semacam Ayesha saja sangat egois mempertahankan kemauannya.Hazmi merasa bingung. Ia harus mencari cara lain agar Ayesha tak membencinya dan mau mempercayainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmasif [END]
Romance[WARNING!! Dilarang mengcopy paste cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "Enigmasif" hanya dipublish di akun Twisprakle dan merupakan karya asli dari akun Twisprakle] Credit cover by @sweetisrainy ✏ [SELESAI] =============================== "Ken...