EPISODE 22 - Kabar Permintaan

785 88 0
                                    

Setelah berbincang panjang bersama Carisa, kini Hazmi dan Rafli sedang bersantai di salah satu bangku yang berada di taman lansia. Kebetulan suasana taman masih cukup ramai di malam itu. Pun kerlap-kerlip lampu yang terpasang semakin menambah kesan manis. Suara lalu lalang kendaraan yang membisingkan masih terdengar jelas.

Hazmi bersama sang kakak sedang tak ingin kembali ke rumah terlalu cepat. Padahal ini sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan nyaris Hazmi menekan layar ponsel hendak menghubungi Ayesha, namun Rafli datang kembali setelah sekian detik ia membeli camilan untuknya dan untuk sang adik.

Karena Rafli yang sengaja mengajak Hazmi berdua ke lokasi tersebut. Tanpa mau ia berniat beristirahat melepas kelelahan setelah mengalami perjalanan jauh dari Bali. Rafli menjatuhkan duduknya di bagian bangku yang kosong. Ia melirik Hazmi kembali yang tak jadi menghubungi Ayesha.

"Dek, boleh tanya sesuatu, nggak?" Rafli berkata. Menandakan sebuah pertanyaan pada adik bungsunya.

"Boleh, ada apa, Kak?"

"Kalau mau ngehubungi Ayesha, hubungi dulu nggak apa-apa. Lagian ngomongnya bisa bentar lagi, kan?"

"Oh, nggak apa-apa, Kak. Ayesha pasti ngerti, kok. Ada apa memangnya, Kak?" Kembali Hazmi memutar tanya. Ia memang memilih untuk tidak terlebih dahulu menghubungi Ayesha.
"Seberapa berartinya, Ayesha buatmu, Dek?"

Hazmi melongo ketika Rafli berucap, ia hanya tak mengerti maksud sang kakak. Karena ada angin apa Rafli menanyakan hal itu padanya.

"M-maksudnya, Kak?"

"Ya ... pengin tahu aja. Memangnya salah, ya?"

"Nggak, sih. Cuma ... tumben saja Kak Rafli—"

"Haz, kamu nggak pernah menceritakan tentang Ayesha padaku. Bahkan aku hanya tahu bahwa Ayesha istrimu semenjak dulu. Tanpa kamu mau menceritakan sosok istrimu itu. Sebagai Kakak, nggak ada salahnya untuk mengetahui cerita dari sang Adik."

Penjelasan Rafli mampu menganggukkan kepala Hazmi sejenak. Ia pun tersenyum tipis menatap sang kakak. "Ayesha itu, lebih dari sekadar berarti bagiku. Bertemu Ayesha sejak pertama kali, itu sudah mampu membuatku sangat bahagia. Hanya dengan sekali saja menemukan keberadaannya, aku mampu mengagumi dirinya. Dan awalnya pikirku ... rasa kagum itu akan sirna seketika.

"Akan tak muncul lagi setelah aku menyukainya diam-diam. Tapi detik demi detik, hingga berganti hari, Ayesha mampu membuatku jatuh cinta. Sampai aku bisa mencintainya setiap waktu. Jadi, Ayesha lebih berarti, Kak. Dan aku nggak mau bila kehilangan separuh hatiku, yang telah Ayesha genggam."

"Ya, perasaanmu akan jauh lebih besar untuk mencintai Ayesha. Aku paham itu." Hazmi mengulum senyum saat Rafli mengerti akan perasaannya. Ia menghela napas lega tanpa melirik ke arah Rafli kembali.

"Tapi setelah mendengar pengakuan Carisa, aku juga syok, Haz. Carisa juga sempat cerita semuanya ke aku. Termasuk dia menyukaimu sejak dulu. Tapi kamu jangan salah paham. Aku kenal sama dia, ya karena kami tak sengaja bertemu. Terlebih lagi waktu aku menemukan ia yang sedang mabuk." Rafli kembali melanjutkan perkataan. Sejenak ia menenggak air jeruk yang baru saja dibelinya hingga menyisakan setengah botol.

"Haz, aku nggak berharap banyak, sih. Apalagi jika aku berharap dengan kehadiranmu untuk Carisa. Toh, aku juga nggak bisa maksa kamu buat bisa bersama Carisa. Dan yang semestinya kamu tahu, Haz. Aku menyimpan rasa yang lebih untuk gadis itu. Meski aku paham, dia berubah karena kejadian masa lalunya, yang sempat membuat dia trauma untuk menjadi baik, yang sempat membuat ia merasa enggan menjadi baik lagi. Tapi aku juga nggak ngerti, kenapa aku bisa suka sama dia. Namanya perasaan, siapa yang menyangka akan hadir secepat ini."

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang