EPISODE 15 - Salah Paham

869 103 0
                                    

"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silakan ..."

Hazmi menyerah. Ia langsung menekan layar ponselnya untuk tak lagi menghubungi nomor ponsel Ayesha. Karena sudah berkali-kali lelaki itu mencoba menelepon Ayesha, dan sayangnya tak ada jawaban. Kenyataan pahitnya pun gadis kesayangannya tidak bisa dihubungi malam itu juga.

Hazmi yang kini berada di kamarnya, ia sedang berpikir keras. Mencoba mencari cara; bagaimana Ayesha mau menerima penjelasannya. Karena semenjak kedatangan Carisa di acara dinner-nya bersama sang istri, Ayesha tiba-tiba pergi tanpa mau memedulikannya. Hazmi yakin, bahwa Ayesha sedang marah.

"Ay ... kenapa nggak bisa dihubungi, sih? Aku lagi khawatir denganmu ..."

Hazmi tak lagi menggunakan cara menelepon Ayesha. Kali ini ponselnya ia lemparkan begitu saja ke arah ranjang. Dengan mengusap wajah sejenak dengan dahinya yang mengerut frustrasi. Perasaannya sangat khawatir tentang keadaan Ayesha.

"Haz," Rafli tampak membuka pintu kamar sang adik. Kini ia tengah berdiri bersandar di sisi pintu kamar Hazmi dengan tatapan penuh curiga. Pandangan lekatnya ia tujukan pada sang adik yang enggan menggubrisnya.

"Kenapa?" Rafli kembali berkata. Entah jiwa penasarannya mulai bergejolak ingin mengetahui; ada apa dengan adiknya.

"Yang harusnya tanya itu aku, Kak. Ada apa Kak Rafli tiba-tiba masuk ke kamarku? Pasti karena panggilan Ayah, ya?" Hazmi menjawab sekenanya. Tanpa mau beradu pandang bersama sang kakak.

"Ehm," Rafli akhirnya mulai menderapkan langkah melewati pintu kamar Hazmi. Lelaki dengan tubuh cukup berisi itu sedang menghampiri sang adik yang saat ini terduduk lemas di bawah ranjang.

"Karena Ayesha, ya?"

"Hazmi tanyanya sama Kakak. Nggak usah bahas Ayesha sekarang."

Rafli menyunggingkan sudut bibirnya ketika mengarahkan sorot matanya pada Hazmi. "Come on, Haz. Kamu nggak pandai menyembunyikan sesuatu dariku. Mau seberapa pun kamu berusaha menutupi masalah, ya aku pasti bisa menebak. Bahwa adikku sedang ada masalah."

Hazmi berdecak kesal. Napasnya ia embuskan secara kasar. Mengapa ia memiliki seorang kakak laki-laki yang seakan ingin tahu tentang dirinya. Ya, meski menurutnya tak ada yang salah. Namun kadang kala Hazmi tak mau Rafli ikut serta mengurus masalahnya. Hazmi ingin membuktikan, bahwa ia bisa menyelesaikannya sendiri. Terlebih lagi ini masalahnya bersama istri.

"Bukan urusan Kakak."

"Jadi, nggak mau cerita?"

"Kenapa sih, Kak? Ini urusan pribadi Hazmi. Kakak juga nggak berhak ikut campur. Hazmi pasti bisa menyelesaikannya sendiri."

"Aku tahu, kalau kamu bisa menyelesaikan urusanmu sendiri. Tapi semakin kamu galau seperti ini, itu malah semakin membuatku ingin tahu, mengapa Adikku galau. Karena kamu tahu, kalau aku pun tak mau melihatmu sedih."

"Thank you, Kak, Rafli. Ah, ya udah, ganti topik, deh. Kak Rafli kenapa datang ke sini? Apa Ayah benar-benar tidak memanggilku?" Hazmi seolah menghindar. Ia sengaja ingin mengetahui apa maksud Rafli mengunjunginya.

"Ayah lagi meet up sama teman-temannya. Dan kedatanganku ke sini, ya ... karena bosan, nggak ada teman aja di rumah. Habisnya dari tadi kamu jalan sama Ayesha. Dan semalam pun kamu nginap di apartemennya, bukan?"

Hazmi tercengang. Ia melongok ke arah Rafli dengan pandangannya yang saksama. "Kak Rafli, kok, tahu?"

"Jangan pura-pura, deh. Ayah yang ngomong. Siapa lagi kalau Ayah tahu dari mertuamu."

Enigmasif [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang