Tap ... Tap ... Tap ....
Suara derap kaki tersebut tak sama sekali menggubris lamunan Ayesha. Gadis itu mendadak bergeming sembari bertopang duduk ke sisi jendela kamar yang terbuka lebar. Seolah senyumnya sengaja diterbitkan tanpa sebab.
Thalia yang ternyata kebetulan melewati kamar sang kakak, rautnya malah terenyak heran. Menatap Ayesha yang entah ada angin apa tersenyum sendirian. Mengetahui tingkah Ayesha saja mampu menggelikan Thalia. Hingga perempuan berkerudung tersebut akhirnya berani mendekatkan diri pada kakak perempuannya itu.
"Hei, malah ngelamun. Lagi ngelamunin Kak Hazmi, nih?" Sontak Thalia menyinggahkan tubuhnya duduk ke sisi penyangga jendela yang kosong. Tawanya tersimpul sejak menatap tingkah Ayesha yang membuatnya penasaran.
"Kamu, Dek. Ya ... gitu, deh. Sebentar lagi, Kakak mau ngadain resepsi pernikahan di Bali, sama Hazmi," Ayesha berkata ketika ia tersadar akan kehadiran Thalia. Senyum yang disebabkan lamunannya itu mendadak sirna.
"Okey, kalau soal itu, i know, Kak. Jadi, sekarang beneran jatuh cinta sama Kak Hazmi, nih?" Lagi-lagi Thalia mempertanyakan hal tersebut pada Ayesha. Meski Thalia sangat memahami, susah membuat Ayesha tersadar akan adanya perasaannya sendiri.
"Mau tahu aja, atau mau tahu banget?"
"Dua-duanya, Kak. Jangan nyebelin gitu, kalau ditanya sama Adik sendiri. Lama-lama Kak Ayesha nyebelinnya mirip sama Revan."
"Hah? Siapa, Dek?" Ayesha langsung melototkan pandangannya fokus usai Thalia secara spontan menyebutkan nama lelaki padanya.
Rasanya Thalia tak sadar jika ia sedang menggerutukan Revan. Meski padahal ia baru saja baikan dengan lelaki tersebut. Menurut Thalia, tingkah Revan itu sangat menganehkan. Bisa menyebalkan, dan bahkan bisa menjadi baik seketika. Ya, semoga saja ia tak mendapatkan tingkah menyebalkan Revan kembali.
"N-nggak, kok, Kak. Ya udah, deh, Thalia mau jalan dulu, ya?" Suara Thalia ketika menyahut saja terkesan sengaja menghindari Ayesha. Tingkah adik perempuannya itu sangat mengherankan bagi Ayesha.
"Okey, sekarang udah mulai ahli menghindar, ya?" Sayang saja, Ayesha sama sekali tersadar kepura-puraan sang adik. Lihat saja, kini Thalia mulai bangkit kembali dan bersiap mengaitkan tas selempangnya.
"Thalia sama sekali nggak ada waktu buat mendebatkan Revan lagi, Kak. Lagian Kak Ayesha kenapa mendadak kepo, sih? Udah, ah! Thalia mau berangkat dulu. Biasa, mau jalan sebentar ke taman film. Bye ...." Thalia mengakhiri perkataannya, lantas ia pun kembali melanjutkan derapnya meninggalkan Ayesha yang terlihat melongo menatapnya.
"Ye ... tumben, nggak ngajak-ngajak? Biasanya kalau mau jalan, mesti ngajak aku mulu. Dasar aneh, si Thalia. Sepertinya dia lagi jatuh cinta beneran dengan si Revan. Ah, masa sih? Kalau misal iya ... nggak apa-apa juga, kan, Revan itu laki-laki yang baik."
Ayesha tersenyum ketika menyorotkan fokusnya memandang langkah Thalia. Ia hanya menggerutukan tentang Thalia dan Revan. Semoga saja perkiraan Ayesha benar. Jika Thalia menyimpan rasa untuk lelaki tersebut.
🐢
Taman film, Bandung ....
Kini tubuh Thalia terhenti di lapangan yang sangat luas. Sebuah lapangan hijau karena rerumputannya yang cukup lebat, seakan menghampar luas menyejukkan suasana malam. Angin yang berempus pun cukup menetralkan suhu tubuh.
Bagi Thalia, meski sedang sendiri berada di taman film, ia tak masalah. Karena berada di sini ia bisa melepas penatnya sejenak. Menyembuhkan rasa kerinduan akan suasana Bandung yang menghangatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmasif [END]
Romansa[WARNING!! Dilarang mengcopy paste cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "Enigmasif" hanya dipublish di akun Twisprakle dan merupakan karya asli dari akun Twisprakle] Credit cover by @sweetisrainy ✏ [SELESAI] =============================== "Ken...