53

52 8 7
                                    

Happy reading...

---

Freya dkk sudah sampai di Indonesia, mereka kini sedang diperjalanan menuju rumah Nabila.

Mungkin hari ini, jenazah Nabila akan disemayamkan. Freya dan yang lainnya memasuki rumah Nabila yang disana sudah ada mamanya Nabila yang duduk sambil membaca surat Yasin untuk almarhumah anaknya.

"Tante?" Sapa Asyila sambil menyalami tangan mamanya Nabila diikuti yang lainnya.

"Asyila, Freya, makasih ya udah dateng ke sini. Tante minta tolong bangunin hiks Nabila ya? Suruh Nabila bangun hiks hiks" Anya terisak di pelukan Freya yang dibalas usapan lembut di punggungnya.

"Tante? Tante harus ikhlas ya, Tante harus bisa mengikhlaskan kepergian Nabila. Tante gak boleh nangis kaya gini, pasti Nabila akan sedih lihat mamanya kaya gini" ujar Freya berusaha menenangkan Anya.

Anya tak menjawab, hanya isakan dan pelukan yang semakin erat yang ditunjukan oleh Anya, ia tak kuat melihat putrinya pergi meninggalkannya secepat ini. Bahkan, Anya belum bisa membahagiakan putrinya ini.

Putrinya yang selalu membujuknya untuk tidak bekerja, putrinya yang selalu marah ketika ia tidak pulang, putrinya yang selalu ingin bersamanya namun tak pernah Anya hiraukan. Kini, itu semua hanyalah kenangan, tak ada lagi Nabila yang selalu manja padanya, tak ada lagi Nabila yang marah ketika ia tak pulang ke rumah, dan semuanya hanya kenangan yang hanya bisa Anya sesali. Ia menyesal tak selalu ada disamping putrinya waktu itu, ia menyesal lebih memilih kerja daripada putrinya. Dan penyesalan selalu datang diakhir, disaat orang itu pergi meninggalkan kita untuk selamanya.

"Permisi Bu, apakah acara pemakamannya dilakukan sekarang?" Tanya salah satu tetangga yang ikut serta membantu mengantarkan Nabila ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Anya mengangguk, ia harus bisa mengikhlaskan putrinya agar ia tenang di alam sana, semoga ia bisa bertemu dengan ayahnya disana.

Setelah itu mereka bersiap untuk menguburkan jenazah Nabila.

Freya menatap jenazah Nabila yang diangkat untuk dimasukan kedalam liang lahat. Hatinya teriris melihat orang yang pernah hadir dalam harinya kini sudah pergi meninggalkannya.

Walaupun Nabila pernah mencelakainya, tapi Freya juga tak bisa membohongi dirinya kalau Freya juga sangat terpukul atas kepergian Nabila saat ini.

Ia mati-matian menahan air matanya yang akan terjun membahasi pipinya, ia mengerjapkan matanya sesekali melihat keatas agar air matanya tak lolos begitu saja.

Daniel yang melihat Freya sedang menahan tangis, segera merengkuhnya dan menyenderkan kepala tunangannya di dada bidang miliknya.

"Aku tau kamu pasti sedih lihat Nabila udah ninggalin kita. Tapi ini udah takdir, sayang. Kita gak bisa cegah kapan dan dimana kita berpulang pada yang maha kuasa" ujar Daniel sambil mengelus kepala Freya yang kini sedang mengusap air matanya yang tak bisa ia cegah.

Sebenci-bencinya Freya pada Nabila, mereka juga pernah menghabiskan waktu bersama kan? Nabila juga sahabatnya, siapa yang rela melihat sahabatnya pergi secepat ini disaat hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja? Pasti tak akan ada yang rela.

"Kita belum baikan, tapi Nabila udah pergi ninggalin aku" ujar Freya sambil mengeratkan pelukannya pada Daniel.

"Iya aku tau, tugas kamu cuma harus memaafkan semua kesalahan Nabila semasa hidupnya. Ikhlasin dia untuk istirahat disisi Tuhan, biarkan dia tenang di tempat yang indah di surga sana, ya?"

Freya mengangguk dan membenarkan letak kerudungnya yang diterpa angin. Ia menatap sahabatnya yang juga sedang dirundungi kabut duka.

Acara pemakaman Nabila sudah selesai. Orang-orang sudah meninggalkan tempat ini. Mamanya Nabila pun sudah dibawa pulang oleh tetangganya. Kini tinggal lah teman-teman dekat Nabila yang masih berdiam diri dihadapan nisan Nabila.

Love Of My Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang