*
"Namanya Iqbaal Dhiafakhri."
(Namakamu) menoleh, menatap ke arah Zidny yang mengoceh prihal laki-laki yang ia sukai. Sebenarnya, siapa itu Iqbaal Dhiafakhri?
"Lo seriusan nggak kenal?" tanya Zidny, "Hadeh, lo mah ngapain aja di sekolah sih? Itu loh..." Zidny secara sembunyi-sembunyi menunjuk ke arah lapangan basket, tepatnya ke arah seorang laki-laki yang kini melakukan lay up.
"Au ah, gak kenal."
Zidny mengerucutkan bibirnya, "Perhatikan baik-baik!" ucapnya seraya mengarahkan wajah (Namakamu) ke lapangan.
(Namakamu) memfokuskan matanya ke laki-laki yang Zidny bilang namanya Iqbaal. Uhm, lumayan ganteng. Tapi, tidak sanggup menggetarkan hati (Namakamu).
"Dari mukanya udah kelihatan fuck boy, Zid." Komentar (Namakamu).
"IH!" Zidny menghela, dia kemudian menangkup wajahnya. Terang-terangan memuja Iqbaal, "Iya, sih. Dia emang dikenal fuckboy. Tapi, ya. Iqbaal tuh punya prinsip."
"Apaan?"
"Dia nggak akan pernah pacaran sama cewek di sekolahnya."
(Namakamu) menganggukkan kepalanya, berpura-pura tertarik dengan ucapan Zidny. Padahal pada dasarnya dirinya tidak tertarik akan prinsip itu, sumpah!
*
(Namakamu) memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, kemudian menyandang tasnya, dan menatap Zidny yang sibuk berkaca.
"Heh, lo mah mau pulang sempat-sempatnya ngaca!"celetuk (Namakamu) seraya mengacak rambut Zidny.
Zidny menggerutu, "Ih, rambut gue!"
(Namakamu) tersenyum, "Lo udah cantik, seriusan! Itu si Ibal Ibal, juga pasti bilang lo cantik."
"Iqbaal, bukan Ibal."
"Iya, Ikbal."
"Iqbaal, ih!"
(Namakamu) tertawa, senang sekali rasanya mengerjai Zidny. Kembali (Namakamu) mengacak rambut Zidny, dan dihadiahi teriakan kesal dari Zidny.
"Gue duluan."
"Hati-hati."
*
(Namakamu) menunggu BUS di halte seperti biasa, selagi ia menunggu, (Namakamu) pun mengeluarkan ponselnya dan memutuskan untuk membaca sebuah artikel daring langganannya.
Mendadak telinga (Namakamu) penging karena mendengar suara motor yang ributnya nauzubillah. Akibat suara yang mengganggu konsentrasinya, (Namakamu) pun mengangkat kepalanya, ia melihat seorang laki-laki yang kini tengah berhenti tak jauh dari halte tempat dirinya menunggu.
Laki-laki itu terlihat sedang berbicara dengan seorang gadis dengan seragam sekolah berbeda dari laki-laki itu. Laki-laki itu terlihat tengah menggoda, dan gadis yang ia goda terlihat dengan senang hati menerima godaan itu,
"Njir, fuckboy." Batin (Namakamu) geli
Eh, sebentar.
(Namakamu) menyadari sesuatu.
"LAH, SI IBAL ITU MAH!" batin (Namakamu) berteriak
(Namakamu) menggelengkan kepalanya. Demi apapun, ia membenci Iqbaal, kelakuannya tidak mencerminkan laki-laki sejati.
Tanpa pikir panjang, (Namakamu) mengirimkan pesan kepada Zidny.
To : Zidny.
Kayaknya lo harus lupain Ibal.
Gue liat dia godain anak SMA lain.
Fuckboy, njir.
From : Zidny.
Nggakpapa, udah tau juga.
Demi apapun itu! (Namakamu) tidak mengerti mengapa Zidny bisa menyukai Iqbaal. Apalagi dia seorang laki-laki fuckboy
*
BERSAMBUNG
by: venapz
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
FanfictionMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...