"Aku senang banget kamu ngajakin ketemuan di cafe kayak gini." Seru Dila.
Soalnya Iqbaal tuh akhir-akhir ini jarang menghubungi dia, dan kata teman-teman Dila mereka lihat Iqbaal sering godain cewek-cewek dari sekolah tetangga. Tapi, Dila nggak akan percaya. Ya, namanya juga udah jatuh cinta.
"Sebenarnya..." Iqbaal memainkan jari-jarinya, dia bertingkah gugup padahal ini hanya akting saja.
"Sebenarnya?"
"Sebenarnya aku rasa aku nggak bisa lanjutin hubungan kita," Iqbaal menghela, "aku mau kita putus."
Dila melotot, "HAH! PUTUS? TAPI, KENAPA? AKU SALAH APA?"
"Ya, kamu sih nggak salah. Cuman akunya aja yang bosen," Iqbaal tersenyum, "nggakpapa, kan?"
Mata Dila berkaca-kaca, dia kemudian mengambil tas selempangnya dan bisa Iqbaal tebak dalam hitungan 3... 2... 1...
BUGH!
Tas selempang itu mendarat di pipinya. Tuh, kan.
"Brengsek kamu!"
Dila meninggalkan cafe sambil menangis tersedu-sedu, sedangkan Iqbaal menyentuh pipinya. Ya, ini bukan yang pertama kalinya jadi Iqbaal bisa bersikap biasa.
Nggak separah mantan Iqbaal yang dulu sih, cewek itu seorang anggota taekwondo dan kalian bisa tebak gimana akhirnya.
Kring!
Iqbaal menoleh menatap pintu masuk cafe, dia melihat seorang perempuan cantik yang kini celingak-celinguk dan pada akhirnya dia tersenyum seraya melambaikan tangannya pada Iqbaal.
Iqbaal tersenyum. Ya, beginilah hidup. Mati satu, tumbuh seribu.
"Laura!" panggil Iqbaal.
"Aku kira aku duluan yang datang, ternyata kamu."
"Ya kali aku biarin kamu nunggu." Jawab Iqbaal seraya terkekeh, padahal mah dia emang udah ngerencanain ini semua.
Putus dari Dila.
Iqbaal nggak mau nunda-nunda, dia akan cari penggantinya dan target selanjutnya adalah Laura.
"Manis banget sih kamu."
Iqbaal duduk di hadapan Laura, "Ra." Panggil Iqbaal.
"Apa, Bal?"
Iqbaal tersenyum, dia kemudian mengambil kedua tangan Laura dan menggenggamnya. "Sebenarnya aku dari awal ketemu kamu tuh udah naksir sama kamu."
Laura tersenyum, dia udah menduga hari ini akan datang. "Lalu?"
"Lalu..." Iqbaal terkekeh, "Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Iqbaal Dhiafakhri tuh terkenal.
Banget.
Ya, siapa sih cewek di SMA Jakarta yang nggak kenal pucek boi kayak Iqbaal? Mantannya tuh tersebar di berbagai SMA, kecuali satu tempat ; SMA-nya sendiri!
Laura mengangguk, "Iya, aku mau."
Padahal nih ya.
LAURA ITU UDAH PUNYA COWOK!
*
(Namakamu) mendengus, padahal Zidny yang ngajak ketemuan. Eh, Zidny juga yang ngaret. Emang teman tuh suka begitu ya?
"Makasih ya, Bal."
"Sama-sama."
(Namakamu) melihat sosok yang tak asing dimatanya sedang bersama seorang perempuan. Lah, itu gebetan Zidny!
(Namakamu) merotasikan matanya. Kemarin dia godain cewek lain, sekarang malah jalan sama cewek lain. Hadeh, (Namakamu) makin ilfeel.
"(Namakamu)!"
(Namakamu) menoleh, dia melihat Zidny yang kini berlari kearahnya. "Duh, maaf. Gue telat bangun."
(Namakamu) mengetuk kepala Zidny pelan, "Ya, elo mah nggak heran gue."
(Namakamu) mengalihkan pandangannya, menatap ke arah Iqbaal— LAH, udah ngilang.
Padahal (Namakamu) pengen ngasih tau gimana fuckboy-nya Iqbaal ke Zidny. Biar ini temannya gak bucin!
Gakpapalah.
Suatu hari nanti juga Zidny akan tau.
Gimana fuckboy-nya si Iqbaal!
*
BERSAMBUNG
BY: Venapz
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
FanfictionMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...