16

1.5K 347 29
                                    

(Namakamu) nggak tau kenapa tapi akhir-akhir ini tuh hari-harinya jadi agak suram, mungkin karena sahabat satu-satunya kini malah berbalik menjadi musuhnya.

Sumpah ya, (Namakamu) gak pernah berharap kalau ini akan terjadi.

Tapi, siapa yang mau disalahkan? Tidak ada. (Namakamu) pun tak punya tenaga untuk menyalahkan orang lain, lebih baik dia terus menyakinkan dirinya untuk kuat.

Mama dan Papa selalu mengajarinya untuk kuat, jadi (Namakamu) tidak akan jadi pribadi yang lemah hanya karena ada yang ingin menjatuhkannya.

Seperti biasa (Namakamu) pulang menggunakan BIS, dia menunggu di halte sendirian. Sembari menunggu BIS datang, (Namakamu) memainkan ponselnya.

Mula-mulanya dia biasa-biasa saja, sampai pada akhirnya dia melihat ada komentar yang menandai dirinya dan begitu (Namakamu) buka isinya adalah hinaan.

Akun instagram itu milik Laura yang (Namakamu) ketahui merupakan mantan Iqbaal, perempuan itu menyebarkan fitnah kalau (Namakamu) menjual dirinya dengan Chandra dan tentu saja orang-orang akan menghujatnya lebih lagi Laura punya followers yang sangat banyak.

Komentar yang masuk beragam, (Namakamu) memutuskan untuk memprivasi instagramnya dan kemudian keluar dari media sosial.

Bertepatan dengan itu BIS datang. (Namakamu) memutuskan untuk mengabaikan kiriman itu, dia tidak perlu memikirkannya. Lagipula orang-orang hanya bisa mengkritik tanpa tau yang sebenarnya.

*

Keesokan harinya, (Namakamu) datang ke sekolah seperti biasa. Namun kali ini dia terang-terangan mendengar orang-orang membicarakan dirinya.

"Lihat deh, bukannya dia yang di bilang Laura jual diri sama mantannya?"

"Dih, kok mau ya jual diri?"

"Coba lo godain, mana tau dapat gratis. HAHAHA."

(Namakamu) menggepalkan tangannya, dia kemudian memutuskan untuk membuka lokernya dan terkejut saat lokernya di penuhi oleh sampah dan surat-surat penuh makian.

(Namakamu) memutuskan untuk membersihkan lokernya, dia membuang semua sampah itu di tempat sampah dan kini berjalan menuju kamar mandi.

(Namakamu) menutup pintu toilet dan duduk di atas closet yang tertutup, (Namakamu) menarik anak rambutnya ke belakang dia kemudian menghela.

Kenapa semuanya jadi seperti ini?

"Eh, kalian tau nggak (Namakamu)?"

"Oh, tau. Kan, dia lagi heboh di SMA tetangga, kan? Katanya dia jual diri gitu."

"Dih, gue sih ogah banget ya jual diri. Kayaknya dia sih nggak sayang sama tubuhnya dan nggak menghargai dirinya sebagai perempuan."

Brak!

Kedua perempuan itu menoleh, mereka sedikit kaget saat melihat (Namakamu) membuka pintu toilet.

"Ada orangnya." Bisik mereka.

(Namakamu) menatap keduanya, lalu tanpa suara dia berjalan keluar dari toilet.

Disaat yang bersamaan, (Namakamu) bertabrakan dengan Zidny. (Namakamu) menatap mata Zidny, sedangkan Zidny mengaduh.

"Duh, lo tuh ya! Jalan tuh lihat-lihat dong."

"Lo kan yang nyebarin berita palsu itu?" tanya (Namakamu).

"Berita soal lo jual diri ke Chandra mantan Laura? Iya, gue. Kenapa?" Zidny bersedekap dada, "Kan, gue udah bilang kalau gue bakal bikin hidup lo menderita. Apapun caranya."

"Kenapa lo jahat sama gue, Zid?"

"Gue yang jahat? ELO YANG JAHAT! Elo penikung, gara-gara lo Iqbaal nggak pernah lihat gue sekalipun. Cantiknya elo itu apa sih? Nggak ada!"

(Namakamu) terkekeh, "Lo harusnya sadar Zid, cinta itu nggak bisa di paksa. Lo nggak bisa maksa Iqbaal buat suka sama lo!"

Zidny menarik senyum miring, "Lo ngomong seakan-akan lo itu manusia paling benar, padahal lo itu jahat."

(Namakamu) mati-matian menahan emosinya, memegang kedua pundak Zidny berniat untuk membuat perempuan itu sadar. Tapi, Zidny malah menjatuhkan dirinya membuat orang-orang melihat mereka.

"(NAMAKAMU), KENAPA LO DORONG GUE?"

"Gue nggak—"

"Aduh, lengan gue yang memar gara-gara lo pukulin aja masih belum sembuh. Kenapa lo jahat (Namakamu)? Padahal gue cuman ngomong baik-baik agar lo segera tobat."

Zidny memegang lengannya seakan-akan lengannya saat ini sakit, padahal tidak ada, itu hanya aktingnya saja.

(Namakamu) mendengar orang-orang kini semakin gencar menyakitinya dengan kata-kata.

"Dia benar-benar perempuan yang jahat."

"Wah tidak tau di untung."

"Padahal sahabatnya baik."

Sedangkan Zidny yang terduduk di lantai kini menggerakkan mulutnya dan (Namakamu) dapat membacanya.

"Lo bakal menderita."

(Namakamu) membalikkan badannya, dia berlari meninggalkan lingkungan sekolah dan dada sesak akibat menahan marah, kesal dan sebagainya.

Kenapa orang-orang hanya bisa menghujat tanpa tau kebenarannya?

Kenapa harus (Namakamu)?

(Namakamu) ingin melawan, tapi dia malas. Dia tidak ingin orang-orang semakin gencar menghardiknya, akan dia pendam ini semua terlebih dahulu sendirian.

Kedepannya, biarlah Tuhan yang memutuskan.

*

Bersambung

By : Venapz

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang