(Namakamu) berjalan melewati gerbang sekolahnya, ia berjalan dengan seragam sekolahnya yang rapi. Udara pagi begitu sejuk, matahari pagi pun sedikit tertutup karena sejuknya udara.
Di saat dirinya tengah berjalan menuju kelasnya, seseorang menyenggol sengaja lengannya. (Namakamu) menghentikan langkah kakinya dan melihat siapa yang menyenggolnya. Zidny.
Zidny berjalan santai tanpa ada rasa bersalah. (Namakamu) menatap punggung Zidny sembari menggelengkan kepalanya. "Baru pagi lho," gumam (Namakamu) dengan pelan.
(Namakamu) pun mengabaikannya, ia kembali berjalan tenang menuju kelasnya.
"Selamat pagi." Sapaan pagi itu membuat (Namakamu) kembali menghentikan langkah kakinya, ia melihat Iqbaal berjalan di sisinya. Iqbaal memberikan senyuman manis kepada (Namakamu).
(Namakamu) melihat Zidny berjalan tidak jauh darinya, dan seketika ia tersenyum manis. Ia tahu bagaimana cara membalas perbuatan Zidny yang tidak sopan itu.
"Aduh," ringis (Namakamu) sembari menyentuh bahu kanannya.
Iqbaal yang mendengar ringisan (Namakamu) pun segera menundukkan kepalanya untuk melihat (Namakamu) yang sedikit menundukkan kepalanya. "Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya yang terdengar serius.
(Namakamu) melirik Zidny yang sudah memberhentikan langkah kakinya, Zidny diam di tempat karena suara Iqbaal, mungkin. Ia pun melepaskan tas ranselnya dengan pelan.
"Bahu gue sakit banget, kayanya tas gue keberatan deh," adu (Namakamu) dengan suaranya yang ia buat seakan-akan benar-benar sakit.
"Yaudah, tas lo biar gue yang bawa. Sini tasnya," ucap Iqbaal dengan perhatian penuhnya. Ia pun segera mengambil tas (Namakamu), dan membawanya.
(Namakamu) menggerjapkan kedua matanya bingung, 'kenapa benaran dibawa, anjir?' batin (Namakamu) panik.
Iqbaal bahkan meranselkan tas (Namakamu) ke pundah lebarnya itu, padahal tasnya itu berwarna pink. Bukankah itu tidak sesuai dengan perawakan Iqbaal yang fuckboy?
"Masih sanggup jalan, kan? Atau mau gue antar ke UKS?" tanya Iqbaal kembali dengan khawatir.
'Ini kenapa jadi serius gini?' batin (Namakamu) kembali panik.
(Namakamu) segera menegakkan badannya, dan berpura-pura sakit. "Nggak.. nggak usah. Bahu gue kayak gini karena mungkin udah jarang nonjokin orang, jadi.. ya gini," balas (Namakamu) dengan cepat. Ia melirik ke arah Zidny yang sudah mengepalkan tangannya. (Namakamu) sebenarnya tidak suka seperti ini, tetapi Zidny mulai pertengkaran ini dari awal.
Iqbaal membasahi bibir bawahnya, dan menatap (Namakamu) yang memegang bahunya itu. "Yaudah, kalau bikin bahu lo nggak sakit lagi, lo tonjokin gue aja. Gue bersedia kok."
(Namakamu) kini menatap Iqbaal yang menatapnya dengan tatapan benar-benar memberi perhatian kepada dirinya. (Namakamu) tertawa kecil, dan Iqbaal kembali terpesona akan tawa itu.
"Lo yakin mau ditonjok gue?"
Iqbaal menganggukkan kepalanya seperti anak kecil.
(Namakamu) kembali tertawa, lalu mencubit pipi Iqbaal dengan tangan kecilnya itu sembari sedikit berjinjit. Iqbaal terpana. "Lucu banget," bisik (Namakamu) dengan senyumannya.
Ia pun berjalan meninggalkan Iqbaal dengan tangannya yang sudah memegang pipinya. Jantungnya berdetak kencang. "Aduh, jantung gue," gumam Iqbaal dengan tatapannya yang terpana ke (Namakamu).
Dan tanpa mereka sadar, Laura ada di luar memperhatikan kelakuan itu. Ia menatap benci ke arah (Namakamu) dan Iqbaal.
"Gue menderita, mereka bahagia!" ucap Laura dengan bencinya.
**
Zidny menghapuskan airmatanya dengan kasar, ia merasakan hatinya sangat sakit saat mendengar percakapan (Namakamu) dan Iqbaal tadi. Iqbaal yang begitu perhatian kepada (Namakamu). Apa membuat Iqbaal tidak melirik dirinya? Padahal dirinya menyukai Iqbaal, dirinya yang menganggumi Iqbaal. Tapi, kenapa yang lain mendapatkan dirinya?
Zidny menatap wajahnya yang dengan kedua matanya yang sembab, ia akan membuat (Namakamu) merasakan apa yang ia rasakan.
Ponselnya berbunyi, Zidny segera menjawab panggilan itu.
"Gue mau ketemu sama lo!"
Zidny mengusap airmatanya dengan senyumannya. Laura benar-benar mau membantu dirinya. "Kenapa? Lo udah lihat kemesraan mereka?" tanya Zidny dengan suaranya yang terdengar tenang.
Zidny mendengar suara teman-teman Laura yang memprovokasi Laura.
"Gue mau kita ketemu! Gue mau hancurin cewek itu dan Iqbaal."
Zidny semakin bahagia mendengar itu. "Kafe Panama, jam 5 sore. Gue bakalan di sana menunggu kedatangan lo."
Terdengar helaan napas Laura yang bergetar. "Oke!" Dan Zidny pun mematikan panggilan itu, ia mengepalkan tangannya. "Kalau memang gue nggak bisa bikin Iqbaal dekat sama gue. Gue bakalan bikin (Namakamu) yang mati rasa karena Iqbaal."
**
Bersambung
By : Minrik
![](https://img.wattpad.com/cover/233690684-288-k638340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
FanfictionMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...