7

1.7K 357 29
                                    

Bryan menatap Karel dengan tangannya men-dribble­ bola basketnya dengan lihai. "Kalau kalah, kirim kontak cewek yang kemarin kita kejar, oke?" ucap Bryan dengan senyumannya.

Karel menganggukkan kepalanya, "oke, siapa yang berani?"

Iqbaal dengan cepat mengambil bola basket dari Bryan, lalu berlari menuju ring basket lawannya. Dengan lompatan sedikit tingginya, ia memasuki bola basket itu ke keranjangnya.

1-0

Iqbaal tertawa mendengar protes Bryan dan Bio yang melihat Iqbaal terlebih dahulu memulai permainannya.

"BELUM MULAI, ANJIR!"

"Iqbaal mah curang!"

Karel memberikan high five dari jarak jauhnya. Iqbaal membasahi bibir bawahnya sembari mendribble kembali bolanya. "Kejar lah bego!" ejek Iqbaal dengan tawanya.

Sedaritadi banyak yang menonton mereka di lapangan basket itu, rata-rata adalah perempuan-perempuan dengan berbagai tingkat kelasnya. Mereka berbisik, mencari perhatian para lelaki yang tengah bermain basket itu.

Terutama, Iqbaal lah sebagai pusat perhatiannya.

"Lihat deh, Iqbaal ganteng banget! Mau meninggal karena ganteng banget," pekik Zidny yang berada tidak jauh dari lapangan basket itu.

(Namakamu) yang tengah memakan somay di dalam plastiknya pun menjadi terganggu akibat tarikan Zidny ke lengan seragamnya.

"Tuh..tuh..tuh, Lihat! Dia jago banget mainnya! Aaaa... Iqbaal," puji Zidny dengan kagumnya.

(Namakamu) mengunyah makananya dengan penuh dendam. Ia melihat Zidny mulai berdiri dari posisi duduknya tadi, bahkan sekarang sedikit melompat kecil, (Namakamu) melihatnya lompatan kecil itu.

"Iqbaal!" panggil Zidny dengan suaranya yang tenggelam dari suara-suara yang lainnya.

(Namakamu) memutarkan kedua bola matanya dengan malas, ia pun mulai berdiri dari duduknya. Dirinya tidak akan aman untuk makan jika seperti ini terus. "Zee, mending ke kantin, yuk. Gue mau beli minum. Seret nih tenggorokan gue," ajak (Namakamu) sembari menarik-narik lengan baju Zidny.

"Gue di sini aja, mau lihat Iqbaal."

(Namakamu) tidak heran lagi jika Zidny memilih seperti itu, sudah terlihat kesetiaan temannya seperti apa. Ia menganggukkan kepalanya sembari kembali memakan somay yang ada di plastik itu. "Nggak heran lagi sih, kalau lo milih Iqbaal daripada gue," gumam (Namakamu) dengan menggelengkan kepalanya.

Ia pun mulai berjalan menuju kantin, arah kantin itu harus melewati lapangan basket yang tengah menjadi pusat perhatian. (Namakamu) berjalan sembari memakan somaynya, ia tidak perduli dengan para pemain basket abal-abal itu.

"BAAL! OPER KE GUE BOLANYA!" teriak Karel yang berada di posisi dekat dengan ring basket lawan.

Iqbaal berhasil menghindar dari hadangan Bryan pun mulai memberi bola basket itu kepada Karel, tetapi itu semua menghentikan Iqbaal saat tidak sengaja melihat (Namakamu) berjalan di pinggir lapangan basket itu.

(Namakamu) berjalan dengan santainya, dengan makananya. Iqbaal menyunggingkan senyumannya saat melihat gadis itu.

"BAAL! BOLAANYA!" teriak Karel lagi.

Bryan yang melihat itu dengan cepat menyambar bola basket dari tangan Iqbaal, dan mulai membawanya ke ring basket Iqbaal.

1-1

Iqbaal bahkan sedikit memanjangkan lehernya saat (Namakamu) tidak terlihat. Ia seperti kehilangan arah saat tidak melihat (Namakamu) lagi.

"Ah, Iqbaal, mah! Mereka jadi dapat point, kan!" keluh Karel dengan keringatnya yang bercucuran. Iqbaal seketika tersadar, ia sekarang melihat Bryan dan Bio berteriak bahagia karena mendapatkan point dari kelalaiannya.

Iqbaal mengacak rambutnya yang basah akibat keringat, dan mencari keberadaan gadis itu dan kembali berdecak kecil. "Ngapain sih, gue?" gumam Iqbaal pelan.

**

(Namakamu) kembali ke tempat Zidny. Ia kembali dengan minuman botolnya yang dingin, ia membeli dua untuk dirinya dan Zidny.

"Udah senang teriak-teriaknya?" tanya (Namakamu) yang melihat Zidny sudah duduk kembali. "Nih, untuk lo," balas (Namakamu) sembari memberi satu minuman untuk Zidny.

"Iqbaal masa kalah sih. Tapi, dia ganteng sih," cerita Zidny sembari membuka tutup botol minumnya.

(Namakamu) melihat Zidny dengan tatapannya mencoba mengerti. "Ujung-ujungnya ganteng, pasti gitu. " (Namakamu) pun segera merubah posisinya mengarah sepenuhnya ke Zidny."Eh, Zee. Seandainya nih, seandainya. Iqbaal bunuh orang, lo masih bilang dia ganteng?" tanya (Namakamu) dengan gemas.

Zidny mengernyitkan dahinya, "ya, pasti tetap abadi selamanya ganteng!"

(Namakamu) yang mendengar jawaban itu segera meminum kembali minuman dinginnya itu dengan gemas. Ia mencoba memahami Zidny, tapi otaknya tidak pernah menerima kewajaran itu.

Di saat ia tengah meminum-minuman dinginnya itu, tiba-tiba saja minumannya diambil begitu saja dari genggamannya. Sedikit air tumpah ke bajunya.

Zidny membolakan kedua matanya. "Iqbaal," gumam Zidny dengan pelan.

(Namakamu) melihat Iqbaal mengambil minumannya, dan tanpa izinnya, Iqbaal meminumnya tanpa perantara apapun. Bibirnya menyentuh keseluruhan ujung botol itu.

Zidny menatap Iqbaal tanpa berkedip.

Setelah puas minum, Iqbaal mengusap mulutnya dengan lengan seragamnya lalu menyunggingkan senyuman itu kepada (Namakamu). "Terima kasih," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) berdiri dari duduknya, ia melihat Zidny yang tampak masih kagum melihat Iqbaal berada dekat dengannya, dan melihat teman-teman Iqbaal menatap Iqbaal dengan heran.

Dengan rasa kesalnya karena minumannya diambil sembarangan, (Namakamu) menendang kaki Iqbaal, lalu menangkap dengan cepat botol minuman itu sebelum jatuh.

"Sakit.." ringis Iqbaal sembari mengusap kakinya yang ditendang.

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan tidak suka, "ganti minum gue!" bentak (Namakamu).

Zidny dan teman Iqbaal terkejut karena melihat adegan itu.

"(Namakamu)!" tegur Zidny kepada (Namakamu). "Kok gitu, sih? Dia kan cuma minta minum lo."

(Namakamu) ingin membela diri tapi ia menutup mulutnya. Iqbaal meringis sembari menatap (Namakamu) yang terkena marah oleh temannya.

"Minta maaf sana!" ucap Zidny tegas.

"Kan dia yang—"

"Heh!" potong Zidny kembali.

(Namakamu) melihat Iqbaal yang terlihat tersenyum kepadanya, tetapi tetap mengusap kakinya itu. "Ya udah, maaf!" ucap (Namakamu) dengan tidak senang.

"Aduh, kayanya gue perlu ke rumah sakit, nih. Kaki gue ada keretakan nih di tulangnya." Iqbaal membalasnya dengan pura-pura khawatir.

(Namakamu) ingin sekali mematahkan kedua kaki Iqbaal sekarang. Ia kesal!

"Yaudah, sini sekalian gue amputasi kaki lo!" balas (Namakamu) dengan kesal.

"(Namakamu)!"

**

BERSAMBUNG

By: Minrik

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang