(Namakamu) memejamkan kedua matanya dengan sabar. Dari gerbang sekolah hingga di lapangan sekolanya ini, Zidny masih saja menceritakan Iqbaal itu.
"... dan lo tahu, apa? Dia orang kaya!" pekik Zidny dengan hebohnya.
(Namakamu) dengan gemasnya memberhentikan langkah kakinya, otomatis Zidny yang berada di belakangnya pun menabrak punggung (Namakamu). Dan mereka pun berdua hampir jatuh.
"(NAMAKAMU)!" pekik Zidny dengan kesal.
(Namakamu) membalikkan badannya menghadap Zidny. Zidny seketika mundur saat (Namakamu) menatapnya.
"Please! Setiap hari gue dengar tentang Iqbaal inilah.. Iqbaal itulah." (Namakamu) berkacak pinggang sembari menatap Zidny."Lo tahu? Lama-lama gue hafal riwayat hidup dia karena lo selalu ceritain dia!"
"Tapi, (Namakamu), dia itu ganteng banget. Dia bawa motor yang keren! Dia itu nggak ada tandingannya, lah!"
(Namakamu) meremas rambutnya sendiri dengan gemas, lalu memasang wajah memelas. "Terus kenapa dia bawa motor, Zid? Mau gojek? Yaudah! Ntar gue jadi pelanggan dia!" Dan dengan kesal, (Namakamu) berlari menjauh dari Zidny.
Zidny yang melihat temannya berlari, membuatnya pun berlari mengejar (Namakamu) dengan tawanya. "(Namakamu), tungguin!"
**
Hari ini adalah jadwal pelajaran olahraga untuk kelas IPA 1 dan kelas IPA2. (Namakamu) mengikat rambutnya sembari berjalan menuju lapangan, ia melihat Zidny sudah berada di sana karena hari ini adalah tugasnya untuk mempersiapkan peralatan olahraga.
(Namakamu) pun sedikit berlari menuju lapangan untuk membantu Zidny. "Zidnyy," panggil (Namakamu) dengan senyumannya.
Zidny yang mendengar namanya dipanggil pun segera melambaikan tangannya sembari melompat."Sini, bantu gue!"
Di saat ia hendak berlari lagi, sebuah senggolan kecil membuat (Namakamu) sedikit terhuyung ke arah lain.
"Eh, sorry.. sengaja."
(Namakamu) menyipitkan matanya mendengar ucapan laki-laki yang disukai Zidny itu. Iqbaal.
Dan dengan tanpa bersalahnya, Iqbaal berlari lagi meninggalkan (Namakamu).
"What?! Dengan bangganya dia ngomong sengaja?! Duh! Gue gibang juga, nih!" ucap (Namakamu) dengan kesal.
(Namakamu) menepuk seragam olahraganya dengan tatapan membunuhnya kepada Iqbaal, yang terlihat tertawa bersama teman-temannya.
''Gila! Lo beruntung banget bisa ditabrak Iqbaal! AAAA.." pekik Zidny sembari melompat-lompat kecil.
"Berisik! Beruntung kepala lo prisma! Orang kaya gitu lo suka? Buta lo mata lo! Moral nggak ada aja lo suka. Udah sana minggir!" usir (Namakamu) yang lanjut berjalan menuju lapangan dengan hentakkan kakinya yang kesal.
Zidny mengerucutkan bibirnya lucu, "emang beruntung, kok. Ish.. dasar manusia nggak bersyukur," gumam Zidny dengan suaranya yang kecil. Ia pun berjalan mengikuti (Namakamu).
"Lo ngomongin gue?" tanya (Namakamu) dengan matanya yang ia sipitkan.
Zidny menggelengkan kepalanya cepat. "Orang muji-muji Iqbaal, dih. Geer!" ejek Zidny.
"Kok nyolot, sih?! Gue jambak, nih!" Dan mereka pun berolahraga dengan saling mengejar satu dengan lainnya untuk menjambak rambut.
Iqbaal di ujung sana tengah men-dribble bola basketnya sembari menatap kedua gadis itu kejar-kejaran.
"Jadi, gimana, Baal? Udah lo tembak?" tanya Bryan, teman sepermainan Iqbaal sejak duduk dibangku SMP.
Iqbaal pun mengalihkan fokusnya ke bola basketnya. "Rencananya sore ini, sih. Tapi gue mau putusih Dila dulu."
"Eh, Dila untuk gue dong. Cantik soalnya, bagi nomor whatsapp-nya, Baal," sambung Karel, yang juga teman sepermainan Iqbaal sejak duduk dibangku SMP.
"Enak, aja! Gue udah nunggu lama! Nggak..nggak.. Dila untuk gue!" sahut Bio dengan cepat. Bio juga merupakan teman Iqbaal, namun mereka dekat sejak duduk dibangku SMA kelas 10.
"Yaudah, kita suit. Siapa yang kalah, dia nggak menang! Oke?"
Iqbaal melemparkan bola basketnya kepada Karel. Karel kesakitan. "Kenapa lempar ke gue, bangsat! Dikira gue ring basket!" gerutu Karel sembari mengusap kepala belakangnya.
"Sumpah, kalau gue jadi Dilla, gue lebih baik nikah sama kambing daripada sama lo, Rel. YA DI MANA-MANA, YANG KALAH BERARTI DIA NGGAK MENANG, BEGO! Punya teman gini banget, njir!" ucap Iqbaal dengan tidak mengerti lagi.
Bryan tertawa, Bio menepuk bahu Karel dengan tawanya. "Udah, ngalah aja udah.. Dila untuk gue. Untuk seminggu doang kok, selo."
Iqbaal menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya ini.
**
Bersambung
By: Minrik

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
Fiksi PenggemarMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...