"Makasih, ya, Baal, udah mau nganterin aku sampai ke sekolah."
Iqbaal membuka helmnya, dan rambutnya terlihat sedikit berantakan. Iqbaal menjadikan helmnya sebagai sandaran kedua tangannya.
"Iqbaal?" ulang Iqbaal dengan sedikit mengernyitkan dahinya.
"Kan nama kamu Iqbaal."
Iqbaal menyentuh dagu Laura dengan lembut, "baby. Biasakan panggil aku, Baby. Oke?" bisik Iqbaal dengan suara beratnya.
Dan Iqbaal melihat pipi Laura berona akibat ucapannya. Iqbaal memberikan senyuman mautnya. "Aku pergi, ya. Jaga hati untuk aku, oke?" lanjut Iqbaal sembari memakai helmnya kembali.
Laura pun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "Hati-hati ya, Baby." Dan Iqbaal pun pergi meninggalkan Laura yang terlihat sedang kasmaran.
"Laura! Itu siapa?"
"Ih, ganteng banget!"
"Itu bukannya Iqbaal, ya?"
"Beruntung banget, Laura!"
Laura mendengar obrolan teman-temannya yang sejak tadi sudah memperhatikan dirinya dan Iqbaal. Ia merasa beruntung untuk mendapatkan Iqbaal.
**
(Namakamu) hanya menghela napasnya dengan lelah sembari memberikan tisu lagi kepada Zidny yang tengah menangis.
"Kenapa dia harus pacaran lagi, sih? Kan gue belum setujui," tangis Zidny sembari mengambil tisu yang diberi (Namakamu) ke dirinya. Ia mulai membuang ingusnya di tisu itu.
(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas. "Udah gue bilangin kalau Iqbaal itu nggak baik, masih aja demen," gumam (Namakamu) dengan pelan.
"Ha? Lo bilang apa?" tanya Zidny dengan segugukannya.
(Namakamu) kembali memberi selembar tisu kepada Zidny, "ha? Gue hafalin rumus fisika."
"Emang ki-kita ada ulangan fisika?" tanya Zidny dengan suara seraknya yang menangis.
(Namakamu) tidak menjawab, ia hanya lelah dengan kehidupan ini. "Yok, diterusin nangisnya," ucap (Namakamu) dengan lelahnya.
Dan tanpa diperintah pun Zidny menangis patah hati karena Iqbaal berpacaran dengan gadis lain.
"Iqbaaal..."
(Namakamu) menganggukkan kepalanya seperti menikmati nada tangisan temannya, Zidny.
**
"Kali ini sama Laura berapa lama?" tanya Bryan yang baru saja datang memesan makanan di kantin.
Iqbaal yang tengah duduk santai pun hanya menaikkan kedua bahunya. "Bagusnya berapa lama, ya?"
"Satu jam!" celetuk Karel dengan makanan di dalam mulutnya.
"10 menit aja, njir!" sambung Bio dengan semangat.
"1 menit aja! Rekor baru untuk lo, Baal," ucap Karel lagi sembari berdiri untuk meminta tambahan makanan.
Bryan menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan teman-temannya. "Jangan terlalu cepat, lah. Nikmati aja dulu."
Iqbaal pun menyisir rambut lebatnya ke belakang dengan tatapannya ke arah murid-murid yang bercengkrama dengan teman-temannya.
"Itu siapa, sih namanya?" tanya Iqbaal sembari menunjuk ke arah murid perempuan yang tengah bercengkrama dengan temannya.
Bryan dan Bio serentak melihat ke arah telunjuk Iqbaal.
"Baru liat gue. Cantik juga, gebet, ah!" ucap Bio dengan semangat.
Bryan memukul kepala Bio, Bio menendang kaki Bryan.
"Namanya (Namakamu), anak IPA 1. Kenapa? Suka, lo?" tanya Bryan to the point.
Iqbaal hanya berdecak kecil sembari minum pesanannya tadi. "Nanya doang," jawab Iqbaal dengan singkat.
"Hello, guys. Mau, nggak?" ucap Karel sembari membawa piring makanannya.
"EH, GUE MAU DONG!" sahut Bio dengan kuat.
Dan mereka pun berkelahi. Iqbaal kembali menatap (Namakamu) dengan sedikit rasa tertariknya.
**
"TERNYATA BENAR YANG LO BILANG, (NAMAKAMU).. IQBAAL SAMA LAURA KETEMUAN DI TEMPAT KITA NONGKRONG! HUAAA.." pekik Zidny sembari menangis di dalam kelasnya.
(Namakamu) yang tengah menulis catatan pun menutup telinganya. "Apa, sih, Zee?" balas (Namakamu) dengan kesal.
Zidny yang tengah menangis patah hati pun menunjukkan sebuah foto kepada (Namakamu)
"Gue stalking Instagram-nya Laura, dan dia nge-post fotonya dengan Iqbaal tepat dihari mereka jadian.. dan yang di mana waktu itu kita ketemuan, (Namakamu)! AAAA.. GUE PATAH HATI, (NAMAKAMU)." Dan Zidny kembali menangis melihat kenyataan itu.
(Namakamu) menghela napasnya dengan menepuk puncak rambut temannya ini. Zidny sudah menangis dari awal masuk sekolah sampai sekarang. Ia mendengar kabar bahwa Iqbaal berpacaran dengan yang lain.
"Jangan nangis... udah..cup..cup.." hibur (Namakamu) dengan menepuk puncak rambut Zidny.
Zidny yang menelungkupkan kepalanya di atas meja belajarnya seketika menenggakkannya lagi. "GUE PATAH HATI, MASA GUE NGGAK BOLEH NANGIS!" dan nangis kembali.
(Namakamu) hanya menggelengkan kepalanya sembari menghibur temannya kembali. "Ya, semoga aja Iqbaal putus lagi. Amin." Hanya itu yang bisa ia buat untuk menghibur temannya yang tengah patah hati.
Zidny menangis dengan ponselnya yang masih menunjukkan foto Laura dan Iqbaal itu.
**
Bersambung
by: Minrik
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
FanfictionMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...