Kini, (Namakamu) tidak lagi bersama Zidny ketika jam istirahat telah berbunyi, ia sendiri tanpa ada teman.
(Namakamu) duduk sendiri di bangku pinggir lapangan sekolahnya. Udara siang yang panas dan anginnya berhembus membuat (Namakamu) menghela napasnya, lalu ia meminum minumannya yang telah ia beli tadi.
"Gara-gara cowok doang, gue dijauhi," gumam (Namakamu) yang mulai makan camilannya.
Ia melihat beberapa anak laki-laki mulai bermain basket di lapangan, hanya untuk menyegarkan pikiran mereka dari pelajaran-pelajaran di kelas tadi. (Namakamu) merasa kesepian jika tidak ada Zidny. Sembari memakan camilannya, ia pun menggoyangkan kakinya yang sedikit berjinjit, karena dirinya yang bertubuh kecil.
Teriknya matahari siang membuatnya sedikit menyipitkan matanya, tetapi kedua kakinya tetap ia goyangkan.
(Namakamu) yang hendak mengambil minumannya yang ia letak di sebelahnya pun terhenti, ia melihat laki-laki yang menjadi bahan pertengkaran dirinya dan Zidny, Iqbaal. (Namakamu) meliriknya sekilas, lalu kembali menatap lapangan basket itu sambil minum.
Iqbaal kembali diabaikan oleh gadis itu, ia pun sedikit berjalan ke arah gadis itu kemudian mengambil posisi tepat di samping (Namakamu) yang kosong, Iqbaal pun duduk di sana.
"Sendirian?" tanya Iqbaal berbasa-basi.
"Berdua." Jawab (Namakamu) singkat.
Iqbaal menyunggingkan senyumannya, "iya, berdua karena ada gue."
"Nggak. Gue emang berdua," balas (Namakamu) kembali.
Iqbaal mengernyitkan dahinya, "sama teman lo itu? Di mana dia?"
(Namakamu) menghela napasnya pelan, lalu menatap kedua sepatunya. "Gue lagi nggak sama teman gue," ucap (Namakamu) dengan pelan.
"Terus sama siapa?"
"Sama kesendirian gue."
Iqbaal mengacak rambut belakangnya, ia ingin tertawa tetapi rasanya ingin menangis mendengar jawaban itu."Yaudah, gue di sini deh, biar bertiga," lanjut Iqbaal sembari melihat teman-teman sekolahnya bermain basket.
"Nggak boleh," sahut (Namakamu) dengan pelan pula.
Iqbaal mengernyitkan dahinya kembali, "kenapa?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.
(Namakamu) pun menatap Iqbaal, Iqbaal melihat kedua mata gadis itu sayu. "Karena yang ketiga itu adalah setan. Gue nggak suka duduk sama setan."
Iqbaal gemas dengan gadis itu. Ini untuk pertama kalinya dirinya tidak diinginkan oleh seorang perempuan. Biasanya, ia selalu dinantikan untuk di dekat mereka.
"Kapan sih lo bisa lihat gue sebagai laki-laki yang pantas diajak ngobrol?" tanya Iqbaal dengan pasrahnya.
(Namakamu) menghela napasnya pelan, lalu memberikan Iqbaal minumannya yang telah kosong. Iqbaal yang tiba-tiba diberi itu pun hanya menerimanya dengan bingung.
"Ganti minuman gue yang waktu itu lo ambil tanpa izin. Uang gue habis," pinta (Namakamu) yang kembali mengunyah makananya.
Iqbaal berdecak kecil, lalu bangkit dari duduknya. (Namakamu) pun melihat Iqbaal yang telah berdiri dari duduknya.
"Mau ke mana lo?" tanya (Namakamu) kembali.
"Beli minum kan? Jangan pergi dulu, nanti gue balik lagi." Dan Iqbaal pun pergi untuk membeli minum.
(Namakamu) melihat punggung tegap itu berjalan menjauh, "padahal gue bercanda doang."
**
(Namakamu) melihat Zidny yang berjalan tanpa melihatnya lagi. Ia kesal, dan kesabarannya telah habis.
"Zidny!" panggil (Namakamu) dengan keras.
Zidny yang berjalan lebih dahulu pun menghentikan langkah kakinya, ia membalikkan badannya menghadap ke arah sumber suara itu. (Namakamu) menatap Zidny dengan tajam.
"Oke, kalau lo memang benci sama gue, nggak suka sama gue karena Iqbaal dekat dengan gue, gue terima." Ucap (Namakamu) dengan kesabarannya yang telah habis.
Zidny menatap (Namakamu) yang tidak jauh darinya. "Bagus, kalau lo udah sadar."
(Namakamu) bersedekap dada sembari menatap Zidny dengan rasa kesalnya. "Dari sekian permasalahan yang pernah kita berdua alami, masalah inilah yang paling konyol. Karena laki-laki doang lo udah jauhi gue?" (Namakamu) menghela napasnya pelan,"gue harap lo bisa buka mata lebar-lebar, dan jauhi rasa cemburu lo. Jangan pertaruhi tali pertemanan kita hanya karena ini. Lo tahu apa? Karena sekali lo kehilangan seseorang yang dukung lo, lo nggak akan bisa baliki lagi. Kenapa? Karena lo sendiri suruh dia pergi dari sisi lo."
Zidny memutar kedua matanya dengan malas."Nggak penting banget," gumam Zidny dengan malasnya. Ia pun kembali meninggalkan (Namakamu).
(Namakamu) menghembuskan napasnya dengan kasar. "Oke, kalau itu mau dia. Nggak ada teman-teman lagi!"
Dan (Namakamu) pun sepakat untuk jauh dari temannya itu, Zidny.
**
BERSAMBUNG
BY: MINRIK
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
FanfictionMeeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control. "Kalau lo jadi pacar gue, gue jamin, hidup lo bahagia!" Ucap Iqbaal dengan penuh keyakinan. "Dih, siapa lo? SELEBGRAM?!" hina (Nama...