18. Maafin aku, Pelangi!

66 26 53
                                    

Hosh... Hosh... Hosh....

Suara deru napas Spiana terdengar. Spiana baru saja bangun dari mimpinya. Keringat dingin sudah membasahi wajah cantiknya.

"Ayah...." Spiana kembali terpuruk. Menambah lagi satu bebannya. "Kenapa didunia ini tak ada yang membolehkanku bahagia?"

Isakan demi isakan makin menjadi-jadi. Spiana yang tadinya tidur untuk mengistirahatkan dirinya malah sekarang, bukannya segar dari istirahatnya. Tetapi, malah menjadi lebih hancur perasaannya.

"Ratu Kegelapan...."

"Hiks...."

"SEMUA INI SALAHMU, SETAN!"

Jeritan Spiana membuat semua oramg khawatir. Beberapa prajurit menghampiri kamar Spiana, hanya di depan pintu saja. Disusul oleh Sirei, Nessy, dan RM.

Tok...tok...tok....

"Ada apa Spiana?" ucap Nessy, Sirei, dan RM dengan bersamaan.

Tak ada jawaban disana, hanya suara isakan yang di dengar. "Spiana, kau dengar kami?" Sirei mulai mengeluarkan suara.

Masih tak ada jawaban. Malah, suara tangisan terdengar makin menjadi-jadi. "Kak Ana Kenapa? Aku khawatir kak. Bukain pintunya!" suara Nessy mulai terdengar pilu.

"ARE YOU OKEY, ANA?!" RM mulai khawatir.

DOR....

DOR....

DOR....

Sirei yang tak tahan mendengar suara tangisan yang tak kunjung berhenti. Akhirnya, ia mendobrak pintu kamar Spiana.

Ceklek....

Pintu itu terbuka dengan tiga kali dobrakan. Terlihat disana, Spiana sedang memeluk lututnya, dan menenggelamkan wajahnya diatas lutut. Terdengar isakan yang begitu kencang.

RM mendekat kearah Spiana. Berusaha menenangkannya. Menepuk-nepuk bagian belakang agar Spiana bisa sedikit lebih tenang. "Ana, kamu kenapa? Cerita sama ibu."

Spiana tak menjawab. Ia masih dengan posisi yang sama. Menyembunyikan wajahnya, dan itu membuat RM, Nessy, dan Sirei khawatir.

"Spiana, ayolah! Cerita dengan kami. Atau, kau hanya bisa cerita denganku, Nessy, atau RM. Itu lebih baik! Dari pada kau tak mau menceritakan semua keluh kesamu. " Sirei mulai kesal, dan akhirnya membuka suara.

"Kak, ceritalah! Setidaknya, jika kakak bercerita, beban dipikiran kakak akan berkurang, walaupun sedikit. " Nessy mengelus tangan sang kakak.

Setelah mendengar ucapan sang adik, Spiana akhirnya membuka wajahnya, dan tangisannyapun mulai berkurang. "Aku bermimpi tentang, ayah."

Nessy, RM, dan Sirei terkejut mendengarnya. "Gimana ceritanya kak?" ucap Nessy sang adik.

Sebelum bercerita, Spiana melihat wajah ibunya, dan Sirei. Itu seperti kode Spiana harus menceritakannya. Spiana mulai membuka mulut. "Aku bermimpi, ayah meminta pertolonganku. Saat itu, aku dan ayah berada diruangan kosong serba putih. Disana, aku hanya mendengar suara ayah, tapi wujudnya tidak ada. Aku terus berteriak, dan mencari keberadaan ayah, tapi semua itu hasilnya nihil. Tak ada ayah sama sekali. Sampai-sampai aku terbangun dari mimpiku."

RM, Sirei, dan Nessy terkejut mendengar hal itu. Mimpi apa itu? Apakah Raja Peri meminta pertolongan?- RM membatin.

"Sudahlah nak. Mungkin itu hanya mimpi." RM mencoba menenangkan sang putri.

"Tapi, ini kerasa nyata?" Spiana masih bertanya-tanya.

"Sudahlah Ana! Itu hanya mimpi, jangan di ingat-ingat lagi." Sirei mulai geram.

Spiana mengangguk.

°•♥•°

"Pelangi, are you okay?" ucap Lewis, dan membuat Pelangi tersadar dari lamunannya.

Pelangi mengangguk sebagai jawaban. Lewis yang tak percaya dengan anggukan Pelangi. Kepalanya boleh saja mengangguk, tapi tidak dengan raut wajahnya.

"Ada apa Ngik?" Lewis masih berusaha membujuk Pelangi, agar Pelangi menceritakan semua masalahnya.

"Aku bermimpi indah, tapi keindahan mimpi itu hanya sekejap. Aku rindu dia...." lirih Pelangi. Matanya kembali berkaca-kaca.

Ucapan Pelangi membuat Lewis kebingungan. Dia? Siapa?- batin Lewis.

"Dia yang selalu merawatku dari kecil. Dia yang sangat sayang denganku. Dia yang melahirkanku, dan dia juga yang mengajariku." Belum sempat Lewis bertanya, Pelangi kembali mambuka suara.

"Apakah itu, Ibu mu?" tanya Lewis. Pelangi yang mendengar itu ia tertegun, sekilas ia melihat wajah penasaran Lewis. Kemudian, kembali menatap lurus.

Pelangi mengangguk sebagai jawaban. "Kapan Bunda kesini?" gumam Pelangi yang didengar Lewis.

"Nanti ada saatnya Bunda mu kesini, Ngik." Lewis mencoba menenangkan Pelangi.

"Tapi, Kapan?" tanya Pelangi.

"Tunggu waktu yang tepat."

Pelangi sudah muak dengan jawaban itu. Ia memalingkan wajahnya.

"Ketika waktunya tepat, bukan Bunda mu sendiri yang datang. Tapi, itu juga ayahmu," ucap Lewis menenangkan hati Pelangi.

Pelangi berusaha tegar kembali. Tidak mungkin ia menangisi semua hal yang telah ditakdirkan untuknya. Tidak mungkin juga ia menentang takdir.

Wajah Pelangi kembali bersinar. Menampilkan senyuman manisnya. Ia tak mungkin murung, sedangkan semua orang mempercayainya.

Pintu kamar Pelangi terbuka, mengisyaratkan ada orang yang akan masuk. Terlihat RM, Spiana, Nessy, dan Sirei masuk dengan raut wajah khawatir.

"Pelangi, kau tak apa?" tanya Spiana dengan cepat.

Pelangi hanya mengangguk, kemudian tersenyum ramah.

"Maafin aku Pelangi. Aku sudah menyuruh kamu memasuki lobang yang salah, dan aku menjerumuskan kamu ke tempat yang tersiksa, hiks. Sekali lagi, maafin aku Pelangi." Spiana memegang tangan Pelangi, memohon Pelangi memaafkannya.

"Kau tak salah Spiana. Kau hanya menyuruhku untuk mengambil kayu bakar, dan aku juga tidak tau jika ada Ratu Kegelapan disana. Apa kau tau ada Ratu Kegelapan di sana? Tidakkan?" tanya Pelangi, dan membuat Spiana mengangguk cepat.

Di lain sisi ada yang membatin. Sebelum itu, ia mengunci pikirannya agar tak didengar oleh siapapun.

Aku tau ada Ratu Kegelapan di hutan. Maafin aku yang tidak memberi tau! Ini, aku lakukan semata-mata untuk kebaikan kita semua-batin seseorang.

"Ini semua terjadi karena takdir, dan bukan salah siapa-siapa disini. Jadi, kau tak perlu meminta maaf padaku, karena kau tak salah apa-apa." Pelangi tersenyum.

Spiana tersenyum mendengar jawaban dari Pelangi. Ia memeluk Pelangi dengan erat, "Makasih," bisik Spiana.

Pelangi hanya mengangguk.

°•♥•°

"Kau sungguh kejam, Ratu Kegelapan!" ucap seseorang dibalik pohon beringin nan kokoh. Hutan, disanalah mereka sekarang.

"Ada apa kau ini?!" tanya Ratu Kegelapan.

"KAU HAMPIR MEMBUNUH TEMANKU!"

"Temanmu? Heh, ingat! Sekarang kau telah menjadi budakku! Jadi, kau tak pantas berteman dengan mereka semua!" tutur Ratu Kegelapan dengan menekankan setiap katanya.

"Lagian...melukai Pelangi adalah salah satu rencanaku." cengiran yang ia keluarkan, sedangkan perempuam tadi hanya terdiam.

°•♥•°

I am back guys!

Maaf, part kali ini pendek. Otakku lagi buntu. Belum dikasiin nutrisi:')

Makanya, kasih aku vote biar aku makin semangat nulisnya.

Makasih telah membaca ceritaku:))

[KLIK BINTANG!!!]

👇

Tiga duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang